Dianggap meresahkan, permainan meriam tradisional di Pasirsalam, Kecamatan Mangunreja, Tasikmalaya, Jawa Barat dibubarkan warga dan polisi, Selasa (03/05/22). Mereka langsung membubarkan kegiatan perang meriam dari pohon aren yang masih dilakukan sehari setelah Lebaran.
"Kami dapat laporan dari warga yang resah setelah Lebaran masih ada perang meriam tradisional, lodong ini dari aren besar. Dan bukan lagi dari bambu kecil," kata Bripka Sopyan Permana, Anggota Polres Tasikmalaya dihubungi, Selasa (03/05/22).
Meski sebagian besar melarikan diri, beberapa pemain meriam harus berhadapan dengan petugas. Para pemain diminta menurunkan meriam pohon aren yang berukuran raksasa. Tali bambu yang mengikat meriam juga diputuskan. Sisa karbit sebagai bahan peledak juga masih ditemukan dilokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami datang sama warga sebagian para pemain suda lari. Ada beberapa yang kami pergoki. Plus ditemukan sisa bahan bakar karbit untuk ledakan meriam," ucap Sopyan.
Selain dianggap meresahkan permainan meriam tradisional ini dikhawatirkan merusak rumah warga. Suara dentuman keras terdengar hingga radius 10 kilometer. Bahkan, kaca rumah warga banyak yang bergetar.
"Menurut warga jadi kerasnya dentuman meriam terdengar radius 10 kilometer. Memang lokasinya di hutan tapi suaranya kedenger di pemukiman warga. Bahkan yah, kaca rumah sampai bergetar," kata Sopyan.
Petugas dan warga meminta agar meriam dari pohon aren ini tidak lagi digunakan. Sejumlah pemain meriam juga didata termasuk diminta identitasnya.
"Kami imbau agar permainan meriam yang membahayakan dan ganggu masyarakat dihentikan," ucap Kompol Semioyono, Kapolsek Singaparna.
Permainan meriam tradisional kerap dilakukan saat hari raya Idul Fitri. Tak jarang tradisi turun temurun ini malah membuat resah warga.
(mso/mso)