Shylda, perempuan 25 tahun itu memantapkan diri untuk maju mencalonkan diri sebagai Kepala Desa (Kades) Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi melawan Aum Ruhyandi ayah kandungnya sendiri. Bukti keseriusannya, selama proses Pilkades berlangsung ia memilih tinggal di rumah kerabatnya.
Shylda mengaku serius maju bukan karena tidak adanya lawan sang ayah di Pilkades Padaasih, ia tidak mau dinilai sebagai pelengkap saja di ajang tersebut. Jebolan salah satu universitas di Serang Banten itu mengakui kepiawaian ayahnya selama dua periode memimpin desa, namun ia mempunyai jurus sendiri agar bisa mengalahkan sang ayah nanti.
"Sedikit kebingungan juga cari kelemahan papa, kalau dikorek-korek juga enggak ada sih sepertinya. Tapi ada satu hal yang nanti saya ungkap ketika masuk ke agenda kampanye dengan masyarakat. Papa itu kurang dalam menganalisa dan evaluasi tiap tindakan, itu yang menjadi pelengkapnya nanti, sementara itu dulu," kata Shylda kepada detikJabar, Rabu (20/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kacamata anak sekaligus warga Padaasih, Shylda menilai sang ayah adalah figur yang jarang di kantor dan lebih banyak berbaur dengan masyarakat. Secara teknis hal itu membuat ayahnya akan sulit digantikan di masyarakat. Namun Shylda sebagai penantang baru, akan melakukan hal yang sama dan memberikan nilai tambah ketika memasuki masa kampanye nanti.
"Ya saingan aja, toh saya juga akan berbaur dengan masyarakat. Meskipun saat sambutan usai pemaparan di depan masyarakat dan bapak-bapak RT dan RW saya meyakinkan diri bahwa papah saya lawan saya nanti banyak yang tertawa ketika saya berusaha menempatkan diri sebagai lawan walaupun nanti siapapun yang menang itu adalah pilihan masyarakat. Mungkin lebih kepada adu konsep, apa yang tidak ada di ayah saya akan saya lengkapi," ujarnya.
Shylda ogah disebut pelengkap karena kemunculannya di detik terakhir pendaftaran Pilkades, ia meyakini memiliki potensi diri untuk memimpin desanya menggantikan sang ayah.
"Bukan karena kasihan enggak ada lawan ya, niat maju memang benar-benar ingin memimpin desa dengan kemampuan saya, kalau takdir terpilih, itu kehendak Allah, saya lahir batin Insya Allah siap. Meskipun sekali lagi di mata saya, sebagai orang tua papa tidak ada kekurangan begitu juga ketika beliau memimpin desa juga sangat baik. Namun tentu ada kekurangan yang harus dilengkapi dan Insya Allah itu menjadi bekal saya memimpin Padaasih nanti," ungkap Shylda yakin.
"Kalaupun nanti tidak ditakdirkan memimpinpun akan jadi analisa buat saya, saya bisa tahu langsung bagaimana papa bisa menjerat hati masyarakat selama ini. Ibaratnya sambil mengetahui dan merasakan langsung apa yang dikerjakan papa selama ini," imbuhnya.
Shylda adalah anak sulung dari 8 bersaudara, Shylda putri pertama dari istri pertama Aum Ruhyandi. "Papa adil selama ini dalam memerhatikan anak-anaknya, saya anak pertama dari istri pertama papa. Jadi bisa menilai bagaimana papa baiknya dan adilnya memperlakukan kami anak-anaknya, sepanjang Pilkades nanti saya tinggal di rumah uwak terpisah dari papah," pungkasnya.
Diberitakan, Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) yang digelar secara serentak di Kabupaten Sukabumi bakal diwarnai momen unik pertarungan memperebutkan kursi kepala desa (Kades) antara ayah dan putri kandungnya.
Diketahui tahun ini Kabupaten Sukabumi, 70 dari 381 desa akan akan menggelar pilkades serentak. Salah satunya di Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat. Ada dua bakal calon yang hari ini akan ditetapkan sebagai calon, uniknya mereka berstatus ayah dan anak kandung. Sang ayah Aum Ruhyandi melawan putri sulungnya Shylda.
"Betul ada dua bakal calon, kebetulan hari ini ditetapkan sebagai calon sekaligus mendapatkan nomor urut. Status mereka ayah dan anak kandung, kami sebagai panitia walaupun statusnya begitu kami tetap profesional dalam menjalankan proses demokrasi di desa kami," kata Dudi, Sekretaris Panitia Pilkades Desa Padaasih kepada detikJabar, Rabu (20/4/2022).
(sya/yum)