Asal-usul Nama Gedung Sate yang Kini Jadi Kantor Dinas Gubernur Jabar

Jabarpedia

Asal-usul Nama Gedung Sate yang Kini Jadi Kantor Dinas Gubernur Jabar

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 16 Apr 2022 09:27 WIB
Dalam usianya yang semakin beranjak senja, tidak memudarkan sosok kemegahan dan pesona keindahan arsitektur bangunan tua Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung Sate, merupakan karya monumental dari arsitek Ir. Gerber.
Foto: Rengga Sancaya
Bandung -

Kurang lengkap rasanya kalau tidak berfoto di area Gedung Sate saat berkunjung ke Kota Bandung. Gedung Sate merupakan bangunan ikonik yang bersejarah. Sebelum Indonesia merdeka, gedung ini sudah berdiri kokoh.

Gedung Sate ikon masyarakat Jawa Barat. Gedung bersejarah ini berlokasi di Jalan Diponegoro Kota Bandung. Bangunan ini dibangun pada 1920. Saat itu pemerintahannya masih di bawah naungan Hindia Belanda. Proses pembangunan Gedung Sate memakan waktu empat tahun.

Gaya arsitektur Gedung Sate perpaduan antara wajah budaya timur dan barat, yang ditopang teknik konstruksi maju dari barat. Desain Gedung Sate merupakan karya arsitek J Berger.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gedung Sate merupakan bagian dari pembangunan kompleks pemerintahan zaman kolonial, yakni Gouvernement Bedrijven (GB). Gedung Sate difungsikan sebagai kantor Departemen Pekerja Umum dan Pengairan.

Pembangunan kompleks Gouvernement Bedrijven adalah megaproyek zaman kolonial. Saat itu krisis moneter menimpa Hindia Belanda, tepatnya 1930. Imbasnya, pembangunan megaproyek terkendala dan mandek. Pemerintah Hindia Belanda hanya mampu membangun dua gedung yakni Gedung Sate dan Kantor Pos.

ADVERTISEMENT

Di balik sejarah panjangnya, gedung pemerintahan yang menjadi pusat pemerintahan Pemprov Jabar saat ini mempunyai ornamen yang ikonik sehingga kerap diasosikan dengan namanya sekarang, yakni Gedung Sate.

Menurut Edukator Museum Gedung Sate Winda Putri Pratami, besi yang menyerupai tusuk sate di puncak gedung tersebut berfungsi sebagai penangkal petir. Sedangkan enam buah ornamen menyerupai jambu air di 'tusuk sate' itu terbuat dari perunggu.

"Itu (enam ornamen) melambangkan waktu membangun Gedung Sate. Pemerintah Hindia-Belanda menghabiskan 6 juta gulden atau setara Rp 45 miliar pada tahun itu," tutur Winda, Rabu 20 Januari 2020.

Nama Gedung Sate merupakan ekspresi masyarakat. Saat itu, nama bangunan bersejarah ini menggunakan bahasa Belanda. Namun, masyarakat sulit melafalkan bahasa Belanda. Akhirnya, masyarakat memberi nama Gedung Sate berdasarkan ciri khas dari bangunan tersebut.

"Karena nama aslinya susah, warga Bandung zaman dulu melihat di atasnya ada seperti tusuk satai (sate). Kalau zaman dulu makanan yang ditusuk cuma satai, enggak kayak sekarang," katanya.

Dalam usianya yang semakin beranjak senja, tidak memudarkan sosok kemegahan dan pesona keindahan arsitektur bangunan tua Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung Sate, merupakan karya monumental dari arsitek Ir. Gerber.Dalam usianya yang semakin beranjak senja, tidak memudarkan sosok kemegahan dan pesona keindahan arsitektur bangunan tua Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung Sate, merupakan karya monumental dari arsitek Ir. Gerber. Foto: Rengga Sancaya

Gedung Sate sejak 1980 beralih fungsi menjadi kantor Gubernur Jabar. Sejak saat itu, pembangunan sejumlah gedung lainnya dilakukan. Berbagai perbaikan juga berlangsung dalam beberapa kepemimpinan gubernur.

Misalnya, di bawah kepemimpinan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar dinbangun museum Gedung Sate yang berada di basemen. Sedangkan di era Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum saat ini, terdapat plaza di bagian depan dan perbaikan taman di belakang.




(sud/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads