Ridwan Kamil: Kekerasan Terhadap Ade Armando Tak Mesti Terjadi!

Ridwan Kamil: Kekerasan Terhadap Ade Armando Tak Mesti Terjadi!

Sudirman Wamad - detikJabar
Senin, 11 Apr 2022 21:16 WIB
Ade Armando
Foto: dok istimewa/tangkapan layar video viral
Bandung -

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kami menolak kekerasan dalam bentuk apapun, salah satunya yang terjadi terhadap Ade Armando. Melalui akun instagramnya, Ridwan Kamil mengunggah video tentang aksi demonstrasi 11 April.

Awalnya, Ridwan Kamil menuliskan definisi dan sejarah sistem demokrasi. Kemudian, Ridwan Kamil pun menjelaskan tentang perbedaan pendapat yang harus disampaikan dengan argumen yang baik. Termasuk bentuk ekspresi dalam menyampaikan pendapat.

Kesepakatan yang sudah dimusyawarahkan sejatinya harus dihormati. Lebih lanjut, Ridwan Kamil mengungkapkan kekerasan tak harus dijadikan sebagai ekspresi dalam menyampaikan argumentasi. Ia pun menyinggung soal kekerasan yang terjadi pada Ade Armando.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apapun ekspresi argumentasinya, jangan pernah membawa kekerasan dalam kegiatannya. Termasuk kekerasan terhadap Ade Armando yang tidak semestinya terjadi, jika semua bisa menahan diri. Apalagi ini adalah bulan suci Ramadan yang harus kita hormati," tulis Ridwan Kamil dalam postingannya.

Gubernur yang akrab disapa Kang Emil juga berterima kasih kepada mahasiswa Bandung yang telah berunjuk rasa dengan tertib. "Terima kasih untuk para mahasiswa yang unjuk rasa dengan tertib dan kondusif, khususnya di Bandung. Hatur Nuhun," kata Kang Emil.

ADVERTISEMENT

Berikut narasi lengkap unggahan Gubernur Jabar Ridwan Kamil melalui akun instagram pribadinya :

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang langsung atau tidak langsung dikendalikan oleh kuasa rakyat. Rakyat menitipkan aspirasi dan keinginannya melalui sistem perwakilan baik perwakilan eksekutif maupun legislatif. Jika satu-satu warga harus ditanya untuk setiap keputusan publik itu namanya populisme referendum.

Pertama dipraktekkan di Athena, Yunani Kuno, demokrasi memberi ruang partisipasi publik dalam setiap dimensi kehidupan. Memilih Demokrasi suka tidak suka adalah buah kesepakatan kita. Dan tujuan kesepakatan ini adalah agar rakyat Indonesia bisa mendapatkan kesejahteraan secepat-cepatnya melalui pilihan sistem politik ini.

Amerika Serikat dan Indonesia memilih demokrasi. Tiongkok tidak memilih demokrasi. Saudi Arabia tidak memilih demokrasi. Itu semua karena kesepakatan historis mereka masing-masing. Demokrasi kesepakatan ini banyak variasinya di Indonesia. Hanya di Aceh disepakati ada partai lokal. Hanya di Yogyakarta disepakati Gubernur adalah Sultan HB untuk selamanya. Di DKI Jakarta disepakati walikotanya ditunjuk gubernur bukan dipilih rakyat. Di Papua disepakati suara coblosan bisa dititipkan kepada kehendak kepala suku.

Sehingga jika ada narasi atau wacana di negeri ini yang berbeda dengan kesepakatan, tentulah harus diekspresikan dan dimusyawarahkan secara baik-baik. Apapun wacananya. Termasuk wacana yang sempat menghangat sebelum demo hari ini, terkait perpanjangan jabatan presiden jadi 3 periode, yang tentunya berbeda dgn kesepakatan hanya 2 periode seperti tertulis di UUD 45.

Karenanya yang setuju silakan argumenkan dgn baik. Yang tidak setuju juga argumenkan dgn baik. Setelah dimusyawarahkan dan bermufakat, berubah tidaknya, itulah kesepakatan yang harus dihormati.

Apapun ekspresi argumentasinya, jangan pernah membawa kekerasan dalam kegiatannya, termasuk kekerasan terhadap Ade Armando yang tidak semestinya terjadi, jika semua bisa menahan diri. Apalagi ini adalah bulan suci Ramadhan yg harus kita hormati.

Terima kasih utk para mahasiswa yang unjuk rasa dengan tertib dan kondusif, khususnya di Bandung. Hatur Nuhun.




(sud/yum)


Hide Ads