Konflik yang terjadi di tubuh Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) memasuki babak akhir setelah pihak ITB membentuk tim transisi dan tranformasi untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan itu.
Namun, para orang tua mahasiswa SBM ITB menganggap konflik tersebut belum juga beres. Hal itu disampaikan Ali Nurdin, perwakilan Forum Orang Tua Mahasiswa SBM ITB.
"Permasalahan yang terjadi di SBM ITB belum selesai walaupun perkuliahan sudah berjalan, tetapi kondisi status quo sebagaimana diatur dengan Peraturan Rektor No 178B/2022 tidak sepenuhnya diterapkan, dan hanya berlaku sampai dengan Juni 2022," kata Ali dalam keterangannya, Minggu (3/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itupun terbatas hanya pada ketentuan mengenai renumerasi dosen," imbuhnya.
Oleh karena itu, Forum Orang Tua Mahasiswa SBM ITB pada Jumat (1/4/2022) lalu mendatangi kantor Kemendikbud RI. Mereka datang bersama perwakilan pihak dosen SBM ITB.
Ali mengungkapkan, pembiayaan pendidikan di SBM ITB masih sama dengan memberlakukan postur anggaran unifikasi. Padahal keberadaan SBM berbeda dengan fakultas lainnya di ITB.
Ia mencontohkan alokasi dana operasional (ADO) pemeliharaan diharuskan 25%, padahal kebutuhannya hanya 3,7% dari standard AACSB 3.39%. Sehingga sisa alokasi anggarannya tidak bisa dipakai dalam operasional lainnya di SBM ITB.
Kemudian untuk ADO pendidikan hanya 32%, padahal kebutuhannya 37%. Hal itu menurutnya berdampak pada beberapa program kegiatan menjadi hilang atau berkurang.
"Misalnya program International Visiting Lecturer, anggaran turun, sehingga terjadi penurunan visiting professor 6 orang long-visit masing-masing selama 4 bulan turun menjadi 4 orang, 11 orang short-visit turun menjadi 3 orang," ungkapnya.
Dijelaskan Ali, mahasiswa S1 kelas international angkatan 2020 dan 2021 tidak mendapat program pengembangan soft skill seperti yang didapat mahasiswa angkatan 2019 karena tidak adanya anggaran.
"Program ekskursi ke masyarakat dalam bentuk menginap beberapa hari untuk mengenal dan berinteraksi dengan kehidupan masyarakat secara langsung menjadi hilang tidak bisa direalisasikan, dan masih banyak lagi," ujarnya.
Tim Transisi Tak Sesuai Harapan
Ali juga menganggap tim transisi dan tranformasi yang dibentuk Rektor ITB bekerja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pasalnya, kata dia, tim itu hanya melibatkan pihak rektorat dan SBM ITB yang kedudukannya tidak sejajar.
Ia khawatir keputusan yang dihasilkan tim tersebut hanya searah dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di tubuh SBM ITB. Oleh karena itu, orang tua mahasiswa meminta agar Mendikbud yang merupakan ex-officio anggota MWA ITB bisa terlibat menyelesaikan konflik tersebut.
"Mendikbud dapat meminta MWA ITB melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk menyelesaikan masalah di ITB dengan membentuk satgas yang diwakili unsur alumni, masyarakat, pengusaha, unsur senat, rektorat, SBM ITB serta orang tua," jelasnya.
Pada kesempatan itu, orang tua mahasiswa juga memberi tenggat waktu hingga akhir April 2022 agar Kemendikbud bisa menyelesaikan persoalannya SBM ITB. Jika tidak, forum orang tua akan membawa masalah ini ke pengadilan negeri.
"Apabila permasalahan tetap berlanjut yang berdampak pada berkurangnya mutu pendidikan maka forum orang tua akan meminta peran negara melalui pengadilan negeri untuk menyelesaikan permasalahan tersebut," pungkas Ali.
Sementara itu Agung Wicaksono selaku perwakilan dosen praktisi SBM ITB menambahkan kebijakan rektorat ITB akhir-akhir ini telah membatasi para dosen praktisi untuk mengajar pengalaman praktis kepada mahasiswa.
Menurutnya para profesional ini mengajar berdasarkan pengalaman praktis, yang merupakan sebuah kebutuhan bagi mahasiswa di bidang manajemen dan bisnis.
"Contohnya dosen yang mengajar MBA, yang dianggap sebagai program S2 misalkan, harus bergelar S3 dan tidak boleh S2, padahal pengalaman yang lebih diperlukan," singkat Agung.
Ditempat yang sama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi RI Prof Nizam menyatakan, Kemendikbud sejak awal bulan Oktober 2021 telah memperhatikan dan mengikuti permasalahan yang terjadi di SBM ITB.
Prof Nizam juga mengungkapkan jika tuntutan dari orang tua akan diperhatikan demi terjaganya mutu pendidikan di SBM ITB. "Dalam waktu dekat (segera) dilakukan rapat MWA agar sebelum lebaran Idul Fitri tahun 2022, permasalahan yang ada SBM ITB segera selesai," tutup Nizam.
(orb/orb)