4 Kisah Menarik di Balik Patung Kornel-Daendels Ikon Sumedang

4 Kisah Menarik di Balik Patung Kornel-Daendels Ikon Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Minggu, 03 Apr 2022 02:40 WIB
Patung Deandels di Jalan Cadas Pangeran, Sumedang
Patung Pangeran Kornel dan Deandels di Jalan Cadas Pangeran, Sumedang. (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Patung Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata IX atau Pangeran Kornel dan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di kawasan Cadas Pangeran menjadi salah satu ikonnya Sumedang.

Patung Daendels yang mengenakan jubah busana militer lengkap dengan topi tricorn-nya terlihat menyodorkan tangan kanan, lalu disambut jabatan tangan kiri Pangeran Kornel yang mengenakan berikat kepala Sunda.

Dari balik patung itu, ternyata ada sejumlah kisah menarik untuk di telaah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Daendels Menjadi Gubernur Hindia Belanda Saat Belanda Dikuasai Perancis

Daendel diangkat jadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda oleh Louis Napoleon Bonaparte yang tidak lain adik dari Kaisar Perancis, Napoleon Bonaparte pada 1808.

ADVERTISEMENT

Belanda yang berada di bawah kekaisaran Perancis kala itu mendapat ancaman laut dari persekutuan Eropa yang pimpin oleh Inggris.

Sebagai upaya untuk menyelamatkan tanah Jawa dari serangan hegemoni laut Inggris (setelah sukses menyingkirkan hegemoni Spanyol dan Portugis, sekutu dari Kekaisaran Perancis kala itu) maka diutuslah Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda merangkap Panglima Tertinggi Angkatan Darat dan Laut.

Saat ke pulau Jawa, Daendels tidak menggunakan kapal laut Belanda karena ancaman hegemoni laut Inggris. Ia pun menempuh jalan darat melalui Paris - Lisboa - Cadiz di Spanyol Selatan. Kemudian menyeebrang ke Kepulauan Kanari di Samudera Atlantik di Barat Afrika Utara, lalu naik ke Kapal Amerika menuju New York. Dari situ naik kapal Amerika menuju Jawa dengan memakai nama samaran, Van Vlierden (nama istrinya).

2. Monumen Sejarah Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan

Tugas Daendels terpenting kala itu adalah mempertahankan tanah Jawa terutama Batavia sebagai ibukota kerajaan Belanda di Asia.

Salah satu yang dilakukannya yaitu membangun jalan raya pos atau groote postweg yang membentang dari ujung Jawa Barat sampai ke ujung timur, Jawa Timur atau 1.000 kilometer sepanjang utara pulau Jawa pada 1808.

Saat pembangunan jalan tersebut tiba di Sumedang, Daendels menghadapi kesulitan dimana ia harus menaklukan medan berupa tebing dan jurang. Banyak yang menyebut dalam pembangunannya banyak memakan korban jiwa.

Pramoedya Ananta Toer dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2006 - 70) menyebutkan, dalam pembikinan jalan inilah untuk pertama kali ada angka jumlah korban yang jatuh 5.000 orang.

Masih menurut Pram, angka yang begitu bulatnya telah menunjukan tidak rincinya laporan, hanya taksiran. Jumlah itu bisa kurang atau bisa lebih. Kendati demikian, Pram menyebutnya sebagai genosida tidak langsung demi pembangunan, demi kelangsungan penjajahan, kebesaran, kekayaan dan kemajuan Eropa.

Karena sifatnya sejarah, maka kebenaran akan data-data dari kisahnya masih banyak celah atau peluang untuk dapat dikoreksi-dibuktikan kebenarannya.

3. Patung Kornel-Daendels Sekarang, Pengganti Patung Sebelumnya

Patung Pangeran Kornel dan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels terpampang di Kampus Universitas Winayamukti (Unwim) Tanjungsari, Sumedang. Patung tersebut merupakan patung pertama yang didirikan di Jalan Cadas Pangeran sebelum digantikan oleh Patung yang sekarang ada.

Patung Deandels di Jalan Cadas Pangeran, SumedangPatung Pangeran Kornel dan Deandels di Jalan Cadas Pangeran, Sumedang. (Foto: Nur Azis/detikJabar)

Patung lama Pangeran Kornel dan Daendels itu dibuat oleh seorang pematung bernama Chaltim saat masa Bupati Sutarja pada 1987-1988. Patung lama tersebut pernah menghiasi jalan Cadas Pangeran sekitar 24 tahun lamanya, sebelum digantikan oleh patung yang baru.

Patung tersebut kemudian digantikan oleh patung baru yang dibuat oleh seorang seniman dari Bali lulusan ITB, Gustiyan Rachmadi. Patung tersebut diresmikan Don Murdono, bupati Sumedang saat itu, pada 29 Desember 2012. Patung tersebut menyedot anggaran sebesar Rp 250 juta.

4. Mengenal Pangeran Kornel

Pengeran Kornel memiliki nama lain, yakni Pangeran Kusumadinata IX. Istilah Kornel itu muncul saat ia diangkat Belanda menjadi kolonel.

Pada saat itu, karena istilah untuk jabatan kolonel masih asing, sehingga pelafalannya pun berubah dari kolonel menjadi kornel.

Dikutip dari situs resmi Kabupaten Sumedang, yang diakses detikJabar pada 2 April 2022, nama Pangeran Kornel lebih dikenal di masyarakat jika dibandingkan dengan nama semasa kecilnya, yakni Asep Djamu (1762-1828).

Pangeran Kusumadinata IX juga memiliki nama Surianagara III. Nama tersebut karena ia terlahir dari pasangan Adipati Surianagara II dan Nyi Mas Nagakasih. Adipati Suarianagara II sendiri merupakan Bupati Sumedang (1761-1765).

Saat ayahnya meninggal pada tahun 1765, usia Asep Djamu saat itu masih kecil sehingga diangkatlah Bupati Sementara atau Bupati Panyelang.

Raden Djamu atau Surianagara III baru menjabat sebagai Bupati Sumedang pada tahun 1791. Ia diberi gelar Pangeran Kusumadinata IX yang memerintah pada tahun 1791-1828.

(bbn/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads