Kisah Pria Pangandaran Berjalan Mundur untuk Menebus Dosa

Kisah Pria Pangandaran Berjalan Mundur untuk Menebus Dosa

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Sabtu, 02 Apr 2022 06:00 WIB
Pencari harta karun di Pantai Pangandaran, Yanto di kediamannya
Nurdiyanto, warga Pangandaran yang pernah melakoni keliling Indonesia dengan jalan mundur. (Foto: Aldi Nur Fadillah)
Pangandaran -

Nurdiyanto (48) adalah warga Dusun Karangsalam, Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran yang pernah melakoni berjalan mundur keliling Indonesia. Ia menyatakan tujuannya adalah untuk menebus dosa.

Sekitar tahun 1998, Nurdiyanto yang merupakan warga asli Cilacap merantau bersama sang istri usaha bareng di Samarinda, Kalimantan Timur.

Saat mulai berusaha dan menjalankan kehidupan sampai mempunyai anak. Nurdiyanto atau Yanto gondrong ditinggal istri karena menikah dengan orang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Yanto, saat ini usahanya lagi drop dan sedang paceklik, Yanto memang hanya seorang musisi jalanan. Sewaktu niatnya membuka usaha bareng istri. Istrinya malah pergi dan menikah lagi.

"Waktu itu, anak saya dua. Satu istri saya bawa dan satu lagi aku berikan ke ibuku untuk rawatnya," kata Yanto, Jumat (1/4/2022).

ADVERTISEMENT

Karena merasa patah hati dan sedikit rasa dendam, Yanto mencoba melalangbuana dari pulau ke pulau. "Dulu saya jual motor tua merk honda dengan seharga Rp 700 ribu. Itu harta terakhir saya," ucapnya.

Sewaktu akan melalangbuana, Yanto mempunyai inisiatif untuk berjalan mundur keliling Indonesia. "Ini bertujuan untuk menebus segala dosaku kepada Gusti Allah, dan agar terhindar dari rasa dendam terhadap istri, agar tidak mengulangi kesalahan-kesalahan lagi," ucapnya.

Yanto meyakini dengan melakukan jalan mundur, menjadi tantangan untuk hidup lebih baik. Meskipun sangat unik, cara Yanto ingin menebus dosa terhadap dirinya sendiri banyak mendapat dukungan.

"Agar jalannya tidak susah, saya pasang spion di punggung saya menggunakan kayu, jadi saat berjalan masih kelihatan," ucapnya.

Dukungan dari berbagai pihak saat itu kata Yanto. Hanyalah berupa semangat dan air minum yang sering Yanto terima saat perjalanan.

"Saya mulai ekspedisi itu sekitar tahun 1998, mulai dari Baradatu, Palembang, Lampung, Riau. Itu kurang lebih perjalanan selama 1 bulan lamanya," kata Yanto

Selain itu Yanto berharap dulu cara itu menjadi satu pengalaman, "Intinya supaya tidak punya hati dendam, dan istri saya ikhlas sama orang lain,' ucapnya.

Terakhir itu perjalanan setelah Sumatera, Kalimatan, Pulau Jawa baru sampai di Jawa Tengah, Kabupaten Temanggung lalu berakhir di Semarang. "Saya keburu kehabisan bekal dan uang habis. Akhirnya saya istirahat. Sampai keterusan hingga kemudian cari kerja," katanya.

Yanto mulai bermuara ke Pangandaran sekitar tahunn 1999. "Ya waktu itu saya ke Pangandaran cari pekerjaan dan potensi usaha," ucapnya.

Untuk keliling Indonesia Yanto berkeinginan melanjutkan lagi. Namun belum punya bekal yang cukup.

Saat ini Yanto bekerja sebagai penyiar radio Pandu Malang 92,5 FM di Pangandaran, dan tergabung dalam komunitas Pandu Dewanta dan pengepul rongsokan.




(yum/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads