Observatorium dan Musholatorium Imah Noong di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mulai melakukan persiapan pengamatan hilal awal Ramadan yang dilakukan di UPI dan Unisba.
Peneliti Observatorium dan Musholatorium Imah Noong Hendro Setyanto mengatakan pengamatan hilal awal Ramadan di dua lokasi tersebut dilaksanakan mulai Jumat (1/4/2022) dan Sabtu (2/4/2022).
"Dalam pengamatan ini kita akan kirim (peneliti) di dua tempat untuk rukyatnya. Pertama di Unisba dan satu tim lagi akan bergabung dengan pengamatan di UPI," ungkap Hendro kepada detikjabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamatan hilal awal Ramadan nanti bakal menggunakan teleskop ioptron 60 AZ Mount dan teleskop 70 ioptron EQ Mount. Hendro menyebut pengamatan dua hari yang dilaksanakan karena diprediksi bakal ada kendala yang dialami.
"Secara hisab pada hari Jumat sangat sulit, bahkan bisa dikatakan mustahil bahwa hilal itu bisa diamati dengan mata visual atau teleskop biasa. Jadi kita melakukan pengamatan di dua hari Jumat dan Sabtu," tutur Hendro.
Hendro mengatakan, pengamatan pada hari Jumat bakal sulit terlihat karena posisi hilal di sebagian wilayah Indonesia berada di ketinggian 2 derajat. Sehingga, itu bakal menjadi kendala dalam pengamatan.
"Jadi kalau ada kesaksian yang di bawah 2 kemungkinan akan tetap berada di bawah. Sedangkan daerah yang posisinya 2 derajat hanya sebagian kecil," kata Hendro.
Sementara saat ini pemerintah pusat melalui Kementerian Agama (Kemenag) sudah menetapkan kriteria baru dalam pengamatan hilal awal Ramadan yakni dengan menggunakan ketinggian hilal 3 derajat.
"Kalau menggunakan kriteria baru ini seluruh Indonesia tidak ada yang memenuhi kriteria baru tersebut. Jadi, ketetapannya pasti istikmal (pembulatan atau penyempurnaan) jika ketetapan baru ini ditetapkan di Ramadan ini," tutur Hendro.
Perbedaan awal Ramadan sendiri kerap terjadi di Indonesia, terutama antara penetapan oleh pemerintah dan organisasi masyarakat (ormas) Islam.
Namun, Hendro mengatakan seharusnya penentuan awal Ramadan bisa diseragamkan, apalagi setelah ada ormas Islam yang sudah mengumumkan awal Ramadan sebelum ada pengumuman dari pemerintah melalui sidang Itsbat
"Perbedaan (awal Ramadan) itu akan selalu ada di Indonesia. Jadi bakal ada yang mulai puasa pada hari Sabtu atau ada yang Minggu. Tapi harapannya semua pihak menyerahkan kalender ini kepada pemerintah," ujar Hendro.
Menurutnya, penetapan awal Ramadan ini harus diikuti karena hal ini merupakan hak dari pemerintah dan semua warga negara harus tetap mengikuti keputusan pemerintah tersebut.
"Perkara ibadahnya mau berbeda atau apa, itu tergantung masing-masing keyakinan, tapi persatuan atau kesamaan ibadah tidak mungkin ada tanpa ada persatuan kalender dan itu juga tidak mungkin ada tanpa jika kita tidak menyerahkan itu ke pemerintah," pungkas Hendro.
(ors/bbn)