Kisah pilu berlatar belakang kemiskinan terungkap di Sukabumi, Nenek Atikah (44) bersama tiga cucunya terpaksa makan nasi kepal campur penyedap rasa karena tak mampu membeli lauk.
Kondisi itu terjadi setelah Dela, ibu dari tiga anak yang kini hidup bersama Atikah meninggal dunia saat bekerja menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) di Jakarta. Dela sendiri merupakan tulang punggung keluarga, sementara suaminya hanya bekerja serabutan. Berikut fakta-fakta kisah pilu tersebut:
Ekonomi Seret Sepeninggal Putrinya
Nenek Atikah mengalami kesulitan ekonomi usai ditinggal Dela putri satu-satunya sekaligus tulang punggung keluarga pada tahun 2020 silam. Almarhumah Dela meninggalkan tiga orang anak masing-masing Yuna (8), Nurani (3) dan Filani (2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usup (30), menantunya atau suami dari Dela kala itu menganggur, penghasilannya pun tidak menentu. Kalaupun ada penghasilan, kata Atikah, menantunya itu hanya mengirim uang seadanya saja. Sementara menurut Atikah kebutuhan tiga cucunya tidak bisa ditunda-tunda, alhasil untuk makan saja mereka hanya menikmati nasi kepal.
"Jadi mulai mamahnya meninggal bulan Maret 2020, sejak itu susah, dia meninggal di Jakarta pas dipulangin ke sini terpaksa pinjam uang ya karena ongkos kepulangan jenazah sampai Rp 4.300.000, meninggal di Jakarta, saya terpaksa utang," kata Atikah kepada detikJabar, Kamis (31/3/2022).
Viral Usai Makan Nasi Campur Penyedap Rasa
Sepeninggal Dela, kehidupan ekonomi Atikah dan tiga cucunya morat-marit bahkan untuk makan saja mereka terpaksa makan nasi kepal campur bumbu penyedap rasa.
"Jadi bukan makan garam, itu kejadiannya baru-baru anak saya meninggal kondisi saya susah, mana anak-anak masih nyusu sementara bapaknya waktu itu nganggur, kadang ada, kadang enggak tapi enggak cukuplah, kesusahan banget. Untuk beli susu untuk Pampers bingung namun alhamdulillah beras ada. Cuma lauknya terus terang saat itu makan nasi pakai Royco disatuin ke kantong plastik dikepal-kepal," kata Atikah kepada detikJabar, Kamis (31/3/2022).
"Keponakan saya (yang tinggal) di bawah yang viralin kan nanya kok anak-anak gitu amat makannya. Kata saya ya mau bagaimana lagi, ngutang ke warung juga saya nggak enak belum kebayar. Kadang janji kalau menantu ngirim saya bayar, kalau ada uang," cerita Atikah.
Saat itu kata Atikah, salah seorang kerabatnya melihat saat ia dan tiga cucunya makan nasi kepal campur bumbu penyedap rasa. Setelah itu kisahnya langsung ramai di media sosial.
Kisahnya Viral-Sedot Perharian
Kisah Nenek Atikah ternyata sudah seringkali viral, meski kondisi ekonominya perlahan sudah membaik. Cerita pilu yang mereka alami kembali sering muncul di media sosial dan menyedot perhatian banyak pihak.
Hal itu diungkap Founder Sahabat Kristiwan Peduli (SKP) Indonesia Kristiawan Saputra. Ia mengaku sudah melakukan pendampingan sejak 2020, tak lama setelah kisah Nenek Atikah dan tiga cucunya itu ramai di media sosial.
"Yuna dan adik-adiknya sudah kami dampingi sejak 2020, mulai dari kami dapat informasi, sampai sekarang masih rutin ke sana. Ketiga anak piatu ini memang sering viral dan kemarin viral lagi," kata Kristiawan kepada detikJabar, Kamis (31/3/2022).
Dijelaskannya, kondisi keluarga itu memang memprihatinkan. Apalagi, kedua orang tua ketiga bocah itu tak ada di rumah. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya di luar kota.
"Kebetulan kemarin juga kami dari sana, mereka ini ditinggal ibunya meninggal dunia. Ayahnya masih ada cuma kondisi ekonominya kurang baik sebagai buruh serabutan dan saat ini kerja di Tangerang," ungkapnya.
Sudah Diketahui Kemensos
Founder Sahabat Kristiwan Peduli (SKP) Indonesia Kristiawan Saputra menjelaskan, kondisi keluarga itu memang memprihatinkan. Apalagi, kedua orang tua ketiga bocah itu tak ada di rumah. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya di luar kota.
"Kebetulan kemarin juga kami dari sana, mereka ini ditinggal ibunya meninggal dunia. Ayahnya masih ada cuma kondisi ekonominya kurang baik sebagai buruh serabutan dan saat ini kerja di Tangerang," ungkapnya.
Bahkan, Kris mengatakan pihak Kementrian Sosial (Kemensos) sudah mendatangi lokasi kediaman nenek Atikah dan tiga cucunya itu.
"Saya datang bersama pihak kementrian. Anak yang kecil itu dulu nyusunya air tajin (air rebusan beras) dan kebanyakan memang sering makan nasi dengan garam. Bahkan sampai sekarang ditanya masih makan nasi garam, setelah kita dampingi kondisinya membaik," ungkapnya.
Menurut Kristiawan, pihaknya tidak dengan tangan kosong ketika mendatangi kediaman nenek dan tiga cucunya itu. Rezeki yang didapat dari para dermawan didistribusikan langsung kepada mereka.
"SKP membawa bantuan kebutuhan pangan dan uang tunai. Jadi dari sejak awal punya jadwal rutin ke sana. Dari dulu sampai sekarang kita per-dua bulan, per satu bulan sekali, kita selalu kesana, kita punya jadwal untuk anak piatu ini," tuturnya.
(sya/mso)