Kisah Pencari Harta Karun di Pantai Pangandaran, Pensiun dan Jadi Penyiar Radio

Kisah Pencari Harta Karun di Pantai Pangandaran, Pensiun dan Jadi Penyiar Radio

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Kamis, 31 Mar 2022 09:16 WIB
Pencari harta karun di Pantai Pangandaran, Yanto di kediamannya
Pencari harta karun di Pantai Pangandaran, Yanto di kediamannya. (Foto: Aldi Nur Fadillah)
Pangandaran -

Kayanya keindahan objek wisata Pangandaran tidak hanya bicara alam, kuliner, seni dan budayanya. Ada sepenggal kisah unik pencari harta karun di pantai Pangandaran.

Sebut saja Nurdiyanto (48) atau akrab dipanggil Yanto gondrong warga Dusun Karangsalam, Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran yang sudah 20 tahun menggeluti pencarian harta karun.

Di sepanjang pantai Pangandaran, Yanto bersama 2 rekannya menaruh harap besar dari mencari logam dan kepingan uang yang terjatuh atau terkubur pasir laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Logam uang recehan yang didapatkan Yanto sangat beragam, dari mulai Rp100 hingga Rp500 rupiah. Selain itu, kadang-kadang beberapa gram emas ditemukan.

Mesin pencari harta karun yang digunakan Yanto menggunakan mesin detektor pencari emas dan logam-logaman serta magnet besar.

ADVERTISEMENT

"Udah dari tahun 2000an sewaktu saya merantau ke Pangandaran, tujuannya sih nyari rongsok seperti botol aqua, besi-besian dan logam," kata Yanto kepada DetikJabar, Rabu (30/3/2022).

Namun, saat ini Yanto menghentikan aktivitas pencarian harta karunnya di pantai Pangandaran. "Sudah 4 bulan yang lalu saya pensiun jadi pencari harta karun di pantai Pangandaran," ucapnya sambil memandang langit-langit rumahnya sekan teringat lagi.

Pencari harta karun di Pantai Pangandaran, Yanto di kediamannyaPencari harta karun di Pantai Pangandaran, Yanto di kediamannya Foto: Aldi Nur Fadillah

Dahulu Yanto menyisir pantai Pangandaran setiap pagi buta hingga menjelang adanya wisatawan. "Biasanya kalo gak pagi, malam menjelang magrib. Pokoknya setiap wisatawan sepi aja," ucapnya.

Untuk menyambung hidup, Yanto saat ini masih merongksok. Tapi hanya mencari paku sama botol aqua saja. "Sekarang mah cuman cari rongsok sekitaran Desa aja, palingan paku. Lumayan 1kg Rp 4.000 sehari biasanya dapat 10kg an," katanya.

Saat ini Yanto hidup sebatang kara, di rumah kontrakan kecil yang dia sewa. Tinggal di rumah kontrakan bukan perkara mudah baginya.

Apalagi sebulan yang lalu rumah yang dia kontrak tersapu angin. Terpaksa Yanto tinggal di gubuk sederhana. "Anak saya berada di Semarang, sedangkan istri sudah bercerai sekarang di Samarinda," ucapnya.

Bercerita panjang, Yanto juga ternyata seorang penyiar radio Pandu Malang 92,5 FM di Pangandaran. "Meskipun bayarannya gak seberapa, bagi saya menjadi penyiar adalah hobi. Karena dulu saya juga suka ngamen. Jadi pengisi radio sewaktu muda," kata Yanto.

Yanto saat ini menjadi penyiar untuk siaran hiburan dan memutarkan musik dangdut-melayu. "Ada kurang lebih 100 fans radio Pandu Malang, sehingga dirinya sering mendapati saweran-saweran dari para penggemar radio siarannya," kata Yanto.

Meskipun usianya tak lagi muda, bagi Yanto musisi atau seniman tak pernah akan tua. "Menjadi musisi itu merasa berumur muda," ucapnya sambil seruput kopi.

Ket foto. Yanto di kediamannya/Aldi Nur Fadillah




(yum/tey)


Hide Ads