.webp)
Ratusan pengemudi ojek online (ojol) menggelar unjuk rasa di depan Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana. Mereka menuntut aplikator mengevaluasi layanan tarif murah yang justru dianggap membebani mitra pengemudi ojol.
Aksi itu digelar karena mereka sudah geram dengan kebijakan aplikator pada layanan ojol yang mereka gunakan. Ditambah saat situasi pandemi, pemasukan mereka juga ikut menurun karena harus mengikuti sejumlah aturan dari pihak aplikator.
"Selama ini kami diam aja, kami ikut aturan. Tapi kalau kayak gini, aplikator hanya pengen untungnya aja. Kita driver itu manusia, bukan sapi perah," kata Alif, perwakilan massa ojol kepada detikJabar, Kamis (24/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama bertahun-tahun menjalani profesi sebagai ojol, Alif mengaku kantor aplikatornya tak pernah transparan menyampaikan regulasi mengenai penyesuaian tarif layanan. Mereka pun menuntut aplikator bisa transparan mengenai kebijakan regulasi tersebut.
"Penyesuaian tarif harus transparan, jangan sepihak kayak gini. Terus jangan sampai ada persaingan tarif dengan aplikasi yang lain, harus transparan lah kalau bisa disampaikan ke kita sebagai mitra," ungkapnya.
"Karena kami ini mitra bukan karyawan. Jadi aplikator jangan pengen enaknya aja, jangan pengen untungnya aja, sementara kami yang di jalan itu dirugiin," pungkasnya.
Pantauan di lokasi, aksi spontanitas ini dimulai sekira pukul 11.00 WIB. Mereka mulai merangsek ke depan gerbang Balai Kota Bandung dan turut memberhentikan rekannya yang melintas di Jalan Wastukencana supaya ikut mogok membawa penumpang.
Usai puas menyampaikan tuntutan, ratusan pengemudi ojol ini lalu membubarkan diri sekitar pukul 12.00 WIB. Jalanan yang tadinya sempat macet usai dipenuhi massa pendemo pun mulai lancar seperti sedia kala.
(ral/mso)
