Misteri Tewasnya Pendaki di Gunung Gede, Pengelola Lakukan Evaluasi

Round-Up

Misteri Tewasnya Pendaki di Gunung Gede, Pengelola Lakukan Evaluasi

Tim detikcom - detikJabar
Kamis, 17 Mar 2022 07:30 WIB
Pendakian Gunung Gede Pangrango via Cibodas.
Pendakian Gunung Gede Pangrango via Cibodas. (Foto: Ismet Selamet/detikJabar)
Jakarta - Doni (45) seorang pendaki asal Depok Jawa Barat meninggal secara misterius di Gunung Gede Pangrango. Pendaki yang melakukan one day trip ini ditemukan tewas tergeletak di jalur pendakian dengan luka memar.

Kepala Bidang I PTN Wilayah I Cianjur Balai Besar TNGGP Diah Qurani Kristina, mengatakan insiden meninggalnya pendaki diketahui pada Sabtu sore sekitar pukul 15.09 Wib.

Saat itu, rombongan pendaki turun usai mendaki tanpa menginap. Namun mereka baru menyadari jika ada seorang anggota rombongan yang tidak ada.

"Rombongan itu mendaki tanpa menginap. Tapi saat turun ternyata ada seorang dari anggota rombongan yang diduga tertinggal," kata dia.

Mengetahui hal tersebut, rombongan kembali naik dan melakukan pencarian. Namun didapati pendaki tersebut tergeletak dengan kondisi sudah meninggal dunia.

"Ditemukannya di jalur turun, sekitar 15 menit dari Puncak Gunung Gede," kata dia.

Di sisi lain, umas Balai Besar TNGGP, Agus Deni, menyebutkan jika terdapat luka memar pada bagian tubuh pendaki tersebut yang diduga disebabkan terpeleset.

"Kemungkinan iya kang terpeleset," ucapnya diangkat saat dikonfirmasi melalui telepon seluler.

Senada, Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan, menuturkan berdasarkan laporan sementara memang ditemukan luka memar. Diduga korban terjatuh saat turun dari puncak.

"Kondisinya korban kan sedang turun dengan kondisi cuaca hujan deras. Dugaan sementara terpeleset dan terbentur," kata dia.

Namun, lanjut dia, polisi belum bisa memastikan apakah benturan itu menyebabkan korban meninggal atau ada faktor lain.

Doni mengatakan Polres Cianjur selidiki meninggalnya seorang pendaki asal Depok itu. Menurutnya polisi tengah berusaha mengkonfirmasi keluarga untuk memastikan apakah korban mengidap penyakit atau tidak.

"Kita masih cari tahu apakah ada riwayat penyakit atau tidak, sehingga ketika mendaki one day trip itu penyakitnya kambuh. Kita masih berusaha konfirmasi ke keluarganya," kata dia.

Selain itu, pihaknya juga melakukan pemeriksaan pada saksi-saksi, diantaranya teman korban yang ikut dalam rombongan pendakian.

Pasalnya ditemukan fakta lainnya, dimana korban mengalami luka memar yang diduga diakibatkan terjatuh dan terbentur benda tumpul.

"Ada dugaan lainnya selain akibat sakit dan cuaca buruk, yakni korban terjatuh dan alami luka akibat benturan, ditemukan ada luka memar," tuturnya.

Ia mengaku masih menunggu hasil visum untuk memastikan penyebab meninggalnya pendaki asal Depok itu. "Kita masih tunggu hasil visum dan penyelidikan, belum bisa menyampaikan terlalu dalam," kata dia.

Pembukaan Jalur Dievaluasi

Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sendiri bakal mengevaluasi pembukaan jalur pendakian. Sebab, saat ini terjadi cuaca ekstrem sehingga banyak pendaki yang sakit dan harus dievakuasi.

Humas Balai Besar TNGGP Agus Deni, mengatakan pihaknya belum menerima informasi pasti apakah akan dilakukan penutupan sementara atau pendakian akan tetap dibuka meski cuaca buruk. Namun, pihaknya masih mengevaluasi, terlebih setelah adanya pendaki yang meninggal dunia.

"Untuk saat ini masih belum ada informasi terkait penutupan namun masih dilakukan evaluasi," kata dia, Rabu (16) 3/2022).

Volunteer Gunung Gede Pangrango Ahmad Zaini, berharap pihak TNGGP melakukan evaluasi untuk mencegah terus timbulnya pendaki yang sakit atau bahkan meninggal karena mendaki di tengah cuaca buruk.

"Kita hanya berharap ada evaluasi dan kalau bisa ditutup sementara, karena cuaca ekstrem," tuturnya.

Dia mengatakan para relawan dan volunteer harus kerja ekstra sejak sebulan terakhir. Pasalnya banyak pendaki nyang harus dievakuasi karena sakit atau mengalami kejadian lainnya.

"Di akhir pekan kemarin saja kita evakuasi sampai 8 orang. Kalau dikumulatifkan sebulan banyak," kata dia.

Menurutnya kondisi tersebut disebabkan cuaca ekstrem. Pasalnya pada cuaca bagus, jarang ada pendaki yang harus dievakuasi karena sakit atau mengalami masalah saat mendaki.

"Kalau cuaca mendukung, sebulan itu hanya beberapa yang dievakuasi," tuturnya.


(ors/bbn)


Hide Ads