Satu keluarga pekerja migran Indonesia (PMI) asal Cianjur akhirnya bisa pulang ke rumah usai tertahan di Riyadh, Arab Saudi. Sebelumnya, satu keluarga yang terdiri dari ibu dan dua anaknya sempat tak bisa pulang ke Indonesia lantaran tak punya ongkos dan anaknya mengalami masalah kesehatan.
Satu keluarga tersebut yakni Maisurah dan kedua anaknya. Mereka sebelumnya tiba di Indonesia beberapa pekan lalu dan menjalani karantina. Usai menjalani karantina, ketiganya diantar ke rumahnya di Cianjur.
Maisurah menceritakan pengalamannya selama berada di Arab Saudi hingga tak bisa pulang. Maisurah mengaku sudah sejak 2006 pergi ke Arab Saudi dan tak pernah pulang ke Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah suami wafat, kami pada Juli 2021 sudah ingin pulang ke Cianjur namun terkendala biaya dan anak saya Muhammad Anwar didiagnosa tumor ganas," ujar Maisurah dalam keterangan yang diterima detikJabar, Jumat (11/3/2022).
Selama anaknya menjalani perawatan, Maisurah beruntung memiliki majikan yang peduli. Proses pengobatan seluruhnya ditanggung oleh majikannya dan pihak KBRI.
Khawatir akan kondisi anaknya, Maisurah meminta KBRI untuk bisa pulang ke kampung halamannya di Cianjur. Pihak KBRI lantas menyampaikan keinginan Maisurah itu ke Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
"Dari KBRI informasinya sampai ke Pak Gubernur Ridwan Kamil, Alhamdullilah takdirnya saya bisa pulang, saya ucapkan terima kasih banyak buat Pak Gubernur Ridwan Kamil," tutur dia.
Kepulangan Maisurah dibantu oleh Jabar Quick Response (JQR). Lembaga kemanusiaan dari Jabar itu kemudian berkoordinasi dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan dinas lainnya untuk pemulangan. Singkat cerita, Maisurah bisa pulang ke tanah air pekan lalu dan sempat menjalani karantina terlebih dahulu.
Dari tempat karantina, Maisurah dan kedua anaknya kemudian dijemput Kementerian Sosial dari Balai Ciungwanara Kabupaten Bogor untuk diantar ke Cianjur..
Ketua Umum JQR Bambang Trenggono menuturkan pihaknya tak sebatas hanya memulangkan Maisurah ke Tanah Air. Proses penanganan penyakit anaknya pun menjadi prioritas.
"Selain mengawal proses pemulangan Ibu Maisurah dan kedua anaknya, proses pemulihan dan pengobatan anaknya juga menjadi prioritas kami," ujarnya.
Dalam penanganan ini, JQR berkoordinasi dengan dinas terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga Dinas Sosial.
"Maka dari itu kami segera respons dan berkonsolidasi dengan OPD terkait baik dari lingkup pemerintah provinsi maupun kabupaten. Hal ini merupakan ciri bagaimana negara hadir dalam permasalahan warganya dimanapun dia berada," tutur dia.
Sementara itu, Kepala Disnakertrans Jabar Taufik Garsadi menyatakan Jabar merupakan provinsi tertinggi ketiga dalam penyumbang PMI terbanyak. Bahkan, hal itu bergaris lurus dengan aneka permasalahan yang dialami PMI.
"Biasanya permasalahan timbul karena banyaknya PMI non prosedural, masalahnya seperti deportasi, PMI ingin dipulangkan, gaji tidak dibayar dan lainnya," kata dia.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemprov Jabar sudah menyiapkan langkah dengan membentuk Jabar Migran Service Center (JMSC). Hal ini berupa pusat layanan ketenagakerjaan. Selain itu ada Satgas perlindungan PMI yang terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah dan Satuan Lembaga Kerja Vertikal.
(dir/ors)