Pegawai dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Purwakarta mengunjungi pasangan suami-istri, Dasep (49) dan Uju (40) di Kampung Mariuk RT 11 RW 03, Desa Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (10/3/2022).
Kedatangan mereka untuk memberikan edukasi mengenai program Keluarga Berencana (KB). Sebab, pasutri ini dikaruniai 12 anak yang mayoritas masih kecil.
Anak paling kecil masih berusia 4 bulan, sedangkan anak paling besar berusia 23 tahun dan sudah menikah. Ke-12 anaknya hanya berselisih usia 1-3 tahun, yang mayoritas masih di bawah usia 17 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah pernah KB, tapi sepertinya tidak cocok. KB ya KB hamil ya hamil aja," keluh Dasep.
Sementara itu, Kepala DPPKB Kabupaten Purwakarta Yayat Hidayat, melalui Kabid Keluarga Berencana Idi Junaedi mengatakan, pihaknya memberikan edukasi tentang program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan mengajak keluarga tersebut untuk ikut ber-KB kembali.
"Bersama Pak Kadis, kami mengedukasi keluarga Pak Dasep dan Ibu Uju yang memiliki anak 12 orang itu. Alhmdulilah, Ibu Uju bersedia untuk ikut ber-KB kembali. Ibu Uju dipasang implan dan anaknya yang sudah nikah bersedia menggunakan IUD," jelas Idi kepada awak media.
Idi menjelaskan, program Keluarga Berencana (KB) tidak memaksa pasangan suami-istri (pasutri) hanya memiliki dua anak.
"Program KB kini telah direvitalisasi dengan tagline kalau terencana semua akan lebih mudah," jelasnya.
Terkait dengan hal itu, Idi berharap masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang program KB tersebut. "Prinsip dari program ini adalah keluarga yang terencana. Mulai dari perencanaan pernikahan hingga kelahiran anak dan jumlah anak. Kalau terencana, semuanya akan lebih mudah," ujarnya.
Idi menegaskan, Program KB bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga. "Jadi tak ada paksaan atau dibatasi hanya dua anak. Jumlah anak ideal dalam keluarga disesuaikan dengan tingkat kesejahteraan, kesehatan reproduksi dan dukungan ekonomi," ucapnya.
Dia sangat mengharapkan peran tokoh agama hingga tokoh adat memberi pemahaman kepada masyarakat terkait dengan program kependudukan dan pembangunan keluarga.
Diberitakan sebelumnya, Dasep dan Uju adalah sepasang suami istri asal Purwakarta. Dasep terserang stroke. Namun di saat bersamaan harus menghidupi ke-12 anaknya.
(ors/bbn)