Banyak orang ingin mengunjungi Jerman. Sebab, Jerman memiliki berbagai keindahan dan ragam hal menarik.
Namun, kesempatan untuk menginjakkan kaki di Jerman tak dimiliki semua orang. Salah satu yang beruntung bisa merasakannya adalah seorang pemuda asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Nama lengkap pemuda itu Mochamad Reza Firdaus. Ia sudah setahun lebih hidup di Jerman. Reza panggilan akrabnya, mengisahkan bagaimana pengalaman tinggal di Jerman. Ia berstatus mahasiswa sekaligus menjadi koki alias juru masak di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin orang mengira peluang untuk bisa ke Jerman itu sulit, tapi sebenarnya mudah," kata Reza saat dihubungi melalui telepon selular, Jum'at (4/3/2022).
Ia mengakui bisa pergi ke Jerman karena ada tawaran dari program sekolah yang bekerja sama dengan salah satu universitas di Jerman.
"Jadi bisa ke Jerman itu pas lulus SMA, saya ditawari daftar untuk melanjutkan kuliah ke Jerman dan difasilitasi oleh pihak sekolah dalam program Ausbildung," ungkap pemuda lulusan SMA tahun 2019 ini.
![]() |
Ia kemudian mendaftar program tersebut dan lulus menjalani tesnya. Namun, ada proses yang ditempuh hingga akhirnya ia bisa lulus.
"Sebelum pergi ke Jerman itu harus ujian bahasa dulu kan jadi ada 4 tes dalam sekali ujian dan alhamdulillah lulus, dan total uang yang keluar itu Rp 14 juta rupiah, dari awal daftar, kursus bahasa Jerman," ungkapnya.
Setelah lulus, ia menyiapkan seluruh kebutuhan untuk ke Jerman. "Jadi 350 Euro untuk mengurusi paspor dan visa atau sekitar 5,5 juta rupiah," terangnya.
Setelah di Jerman, ia ditawari kerja di sebuah restoran. "Saat di Jerman saya juga ditawari kerja di sebuah restoran dan semua biaya hidup itu dibayar penuh oleh pihak perusahaan," ungkap pemuda yang aktif di dunia videografi ini.
Dijelaskannya, untuk gaji, ia mendapat 700 euro hingga 1.000 euro per bulan atau sekitar Rp 11-16 juta.
"Jadi ternyata peluang kerja sangat terbuka di sana dan bayarannya juga lumayan untuk bisa memenuhi biaya hidup," terangnya.
Selain itu, ia juga mendapat banyak fasilitas secara gratis. "Jadi kerja di sana itu difasilitasi rumah tempat tinggal, asuransi, uang belanja selama 3 bulan dan tiket transportasi secara gratis," ungkapnya.
Namun, untuk biaya makan hanya dijatah 80 Euro per bulan atau sekitar Rp 1,2 juta dan biaya selain makan sebesar 20 Euro atau sekitar Rp 300 ribu serta untuk biaya tidak terduga itu 50 euro sekitar Rp 790 ribu.
"Jatah makan per bulan itu 80 Euro yang artinya perminggu harus belanja maksimal 20 euro. Sementara jatah kebutuhan selain makan itu 20 Euro seperti beli sabun, shampoo, pasta gigi, dan sebagainya. Jatah kebutuhan lain-lain dan tak terduga itu 50 Euro seperti pengen makan di resto, beli baju dan lain-lain," ungkapnya.
Selain itu, ia mengakui sangat mudah untuk pergi ke luar negeri lainnya. "Di sini ke mana-mana itu gampang cukup beli tiket kereta yang harga kisaran dekat 5-50 Euro bisa pergi ke luar negeri loh. Contoh ke Praha, Polandia, atau ke Amsterdam Belanda, tiketnya murah dan terjangkau," katanya.
Di akhir wawancara ia juga memberikan pesan agar jangan takut untuk mewujudkan mimpi dengan menimba ilmu keluar negeri.
"Kalau kita konsisten jalani prosesnya pasti bakal ketemu jalan mudahnya, menimba ilmu sambil kerja di luar negeri itu sebenarnya bisa kita lakukan, untuk nanti di bawa ke negeri tercinta kita," tandasnya.
(orb/bbn)