Kilas Balik Dua Tahun COVID-19 di Jawa Barat

Kilas Balik Dua Tahun COVID-19 di Jawa Barat

Sudirman Wamad - detikJabar
Rabu, 02 Mar 2022 10:42 WIB
Aktivitas belajar mengajar di SDN 065 Cihampelas Bandung, Jawa Barat, Senin (7/2/2022). Pemerintah Kota Bandung kembali melakukan pengetatan aktivitas masyarakat termasuk pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi 50 persen guna mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah.  ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Ilustrasi PTM 100 persen di masa pandemi COVID-19 (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Bandung -

Dua tahun sudah masyarakat Indonesia hidup dalam kondisi pandemi COVID-19. Corona mengubah kegiatan dan kebiasaan hidup masyarakat.

Tepat hari ini adalah tahun kedua masyarakat berjuang bersama untuk tetap bertahan saat pandemi COVID-19. Setahunan lebih aktivitas pendidikan di lingkungan sekolah di Jabar berhenti. Ya, proses belajar mengajar beralih dari gawai ke gawai, atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dua tahun COVID-19 mengubah masyarakat lebih produktif dalam rumah. Selain sekolah dari rumah, bekerja pun dari rumah. Pemerintah pun mulai melaksanakan vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak pada Januari 2022. Tujuannya, agar pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen terbatas bisa dilakukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PTM 100 Mulai Diterapkan

PTM 100 di beberapa daerah di Jabar mulai diterapkan pada pertengahan Januari 2022. Seperti di Kota Bandung dan Cirebon yang mulai melaksanakan PTM 100 pada 10 Januari. Kebijakan itu berdasarkan SKB 4 Menteri yang mengakomodasi daerah untuk menggelar PTM 100 persen.

Kadisdik Bandung Hikmat Ginanjar mengatakan, jumlah satuan pendidikan yang telah mendapatkan izin PTMT jenjang PAUD/TK hingga SMA/SMK sebanyak 2.639. Tetapi, kapasitasnya akan berbeda-beda sesuai dengan tahapannya.

ADVERTISEMENT

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar) Dedi Supandi mengatakan, untuk daerah yang yang menerapkan PPKM Level 1 dan 2 diizinkan untuk menggelar PTM 100 persen dengan waktu durasi sekolah maksimal enam jam.

"Jadi bagi daerah level satu dan dua, itu boleh mengadakan PTM 100 persen setiap hari dengan jam (maksimal) sekolah enam jam. Kemudian yang kondisi geografis, ada beberapa titik tertentu kalau kondisi geografis, seperti lansia yang belum banyak divaksin dan itu boleh hanya melaksanakan PTM empat jam," ujar Dedi di Bandung.

"Per 10 Januari sekarang sudah diizinkan, jadi kalau sekolah memadai diizinkan," tuturnya

Omicron di Jabar

Setelah varian Delta mengamuk di Indonesia, khususnya Jabar. Muncul varian anyar, Omicron. Varian Omicron pertama kali diumumkan terjadi di Jabar pada bulan Januari. Tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Jabar dinyatakan positif Omicron.

Kepala Dinkes Jabar R Nina Susana Dewi mengungkapkan warga Jabar yang terpapar virus Corona varian Omicron baru pulang dari Timur Tengah. "Yang dari luar negeri itu saat tiba di Indonesia itu diskrining Omicron, kemudian ada satu perusahaan, kebanyakan TKW diperiksa (sampel lab) di Depok Jawa Barat, ada 20 orang yang positif di Depok, satu orang di antaranya orang Indramayu," ujar Nina pada Januari lalu.

Dari 20 orang dilaporkan Omicron itu, sembilan di antaranya ber-KTP Jabar.

Corona Sempat Ngegas Lagi di Jabar

Selama Januari kasus Corona di Jabar terbilang landai. Namun, dari akhir Januari menuju pertengahan Februari grafik kasus Corona meningkat. Bak pesawat lepas landai. Jabar mencatat rekor tertinggi penambahan kasus COVID-19 di Indonesia, yakni pada 17 Februari yang mencapai 16.251 kasus. Angka ini melebihi kasus saat varian Delta.

Beberapa hari pada Februari, Jabar selalu menjadi rangking satu penyumbang tertinggi kasus Omicron. Bodebek dan Bandung Raya menjadi penyumbang tertinggi. Akhir Februari dan awal Maret ini kasus Omicron di Jabar diprediksi menurun.

Kilas Balik Tahun Pertama Pandemi (Selengkapnya klik di sini)

detikcom sebelumnya pernah mengulas setahun perjuangan masyarakat dan pemerintah menghadapi pandemi. Dari mulainya vaksinasi bagi pelayanan publik dan masyarakat pada Januari lalu, yang saat ini juga masih dilakukan.

Perjuangan saat pandemi ini memang bukan perkara hanya mengubah pola hidup. Tapi, masyarakat dipaksa hidup dengan rasa khawatir. Sebab, 2021 tingkat kematian sempat tinggi. BOR di rumah sakit kolaps. Corona varian Delta mengamuk di Jabar.

Fase kedaruratan ini terjadi pada periode Juli 2021. 20 daerah di Jabar masuk ke dalam zona merah, atau dengan risiko tinggi penyebaran COVID-19. Dengan demikian, daftar zona merah bertambah lima dibandingkan dengan pekan lalu yang berjumlah 15 kabupaten/kota.

Alhasil okupansi rumah sakit meningkat tajam hingga mencapai 90 persen lebih, yang berdampak juga pada ketersediaan oksigen di rumah sakit. Sejumlah rumah sakit pun kelimpungan, pasalnya selain harus merawat pasien COVID-19 yang terus berdatangan, mereka juga harus merawat pasien non-covid.




(sud/yum)


Hide Ads