Air Mata Ibu dari Wanita Sukabumi yang Terjebak Prostitusi di Papua

Air Mata Ibu dari Wanita Sukabumi yang Terjebak Prostitusi di Papua

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 18 Feb 2022 13:05 WIB
LA (48) ibu dari salah seorang wanita korban perdagangan manusia di Papua
LA (48) ibu dari salah seorang wanita korban perdagangan manusia di Papua (Foto: Syahdan Alamsyah/detikcom)
Sukabumi -

Mata LA (48) menatap nanar foto putrinya yang terbingkai pigura dengan kelir coklat, didampingi AS kerabatnya LA menceritakan sedikit demi sedikit soal anaknya yang belakangan menjadi korban bisnis prostitusi di tanah Papua.

Di dalam kolase foto, salah seorang korban sebut saja Melati (18) (bukan nama sebenarnya) terlihat cantik mengenakan gaun pengantin. Sang ibu bercerita, kini status putrinya itu adalah orang tua tunggal. Sejak menyandang status itu, otomatis Melati menjadi tulang punggung keluarga.

Ia kemudian menceritakan kisah keberangkatan putrinya ke Papua, tawaran itu diterima Melati karena dia tak punya pilihan lain. Terlebih janji penghasilan menggiurkan yang ditawarkan DR yang dikenal keluarga dengan sebutan One.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Asalnya kan dia (pulang) dari Bekasi, ketika pulang ada yang menawari bekerja. Saat itu Dede (panggilan Melati) bertanya ke One yang datang ke rumah, kerja dimana katanya di karaokean tapi gajinya gede katanya nanti dikenalin ke temannya dia. Saya sendiri tidak tahu siapa yang dimaksud temannya itu," kata LA, Jumat (18/2/2022).

Saat itu One mengiming- imingi gaji dan tips yang besar meskipun tidak melakukan aktivitas seksual. Menurut LA saat itu putrinya langsung mengiyakan, Melati juga menolak untuk melakukan aktivitas prostitusi.

ADVERTISEMENT

"Anak saya langsung tergiur, dia bilang enggak mau kalau harus begituan. Kalau soal tips besar katanya dia mau, One juga meyakinkan putri saya yang memang sudah lama ingin membeli motor bukannya dede pengen motor, kata si One," ujar LA.

Saat itu Melati sempat mengutarakan keinginannya, dengan iming-iming penghasilan besar dia berucap ingin membahagiakan orang tua.

"Dede itu merantau ingin menyenangkan orangtua, kata dia tuh kerja sebulan pun disana mah bisa ngirimin uang berjuta juta.Ya kan kondisi anak lagi terhimpit ekonomi ditambah punya anak kecil, masih butuh susu masih butuh beli susu, dia tanya ke si One dimana kerjanya, di Papua," tutur LA.

Ditempatkan di Pedalaman Papua

Namun impian Melati seketika runtuh setibanya ia dan tiga temannya tiba di Papua. Bukannya di kawasan perkotaan seperti yang dibayangkan, namun ia ditempatkan di pedalaman hutan Papua. Lokasi tempat Melati berada di kawasan pertambangan emas.

"Disana anak saya bercerita katanya ditempatkan di tengah hutan, di pengunungan namun di sana banyak cafe, jadi seputar cafe itu tambang emas. Kalimat pertama yang dia ucapkan Mamah, Dede pengen pulang," lirih LA.

Mendengar permintaan pulang dari putrinya LA mengaku bingung karena cerita indah yang diceritakan saat di kampung halaman tidak sesuai kenyataan setiba putrinya tiba disana.

"Janjinya anak saya hanya mengawasi saja tapi pada saat disana malah jauh dari kenyataan, dia enggak bisa ceritakan kondisi kerjanya karena jauh dari obrolan di rumah. Datang ke sana itu lain lagi, dede itu kan orangnya tidak terbuka ke saya karena rasa takut itu, nah selang beberapa lama disana saking kesal jadi dia cerita. Kata dia mamah di sini tuh segala sesuatunya mahal, mana uang susah didapat, terus kirain sistem kontrak itu dapat gaji, eh ternyata enggak," papar LA.

LA juga mendapat cerita dari putrinya, pengakuannya mereka dijual dengan harga Rp 95 juta. "Katanya mereka dialihkan ke lokasi lain, anak saya mendengar katanya Rp 95 juta uang yang dikeluarkan oleh bos barunya. Setelah di tempat baru itu mereka tiba-tiba dituntut utang Rp 25 juta, katanya kalau tidak dibayar mereka seterusnya bekerja di sana," kata LA.

Di tempat barunya, Melati menceritakan kondisi miris yang dia alami. Mulai dari ruangan mirip kamar, di ruangan itu juga disediakan minuman keras.

"Katanya kerja di cafe, terus cafe nya itu kalau minum (miras) di dalam kamar. Saat kerja pertama pun di kamar jadi Dede kerjaannya bertengkar dengan tamu. Tiap hari bertengkar dengan tamu itu. Namun bagimana lagi dede itu pengen pulang engak betah, tapi jalan enggak ada," pungkasnya.




(sya/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads