Rasulullah SAW menikah dengan Sayyidah Aisyah RA setelah Sayyidah Khadijah RA wafat. Aisyah RA kala itu masih sangat muda.
Dijelaskan dalam As-Sayyidah Aisyah (Umm Al-Mu'minin, Alimah Nisa' Al-Islam karya Abdul Hamid Mahmud Thahmaz yang diterjemahkan Muhammad Misbah, Aisyah RA memiliki nama asli yang diambil dari kata Aisy.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda kepada ku, "Wahai Aisy, ini Jibril yang mengirimkan salah kepadamu."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kitab Asy-Syama'il yang ditulis oleh At-Tirmidzi disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW memanggilnya dengan mengatakan, "Wahai perempuan yang diberi taufik."
Rasulullah SAW juga sering memanggail Sayyidah Aisyah RA dengan nama Bintu Ash-siddiq dan Bintu Abu Bakar.
Nasab Aisyah RA
Aisyah RA adalah putri Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, Khulafaur Rasyidin pertama. Ayah Aisyah RA memiliki nama lengkap Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay Al-Qurasyiyyah At-Taimiyah Al-Makkiyah An-Nabawiyyah, Ummul Mukminin.
Sebagian besar ahli nasab berpendapat nama asli Abu Bakar setelah masuk Islam adalah Abdullah. Sedangkan nama sebelumnya ialah Abdul Ka'bah.
Ibu Aisyah RA adalah Ummu Ruman yang berasal dari bani Firas bin Ghanm bin Malik bin Kananah. Ia masuk Islam sejak awal, seperti perkataan Sayyidah Aisyah RA, "Sejak aku mampu menalar, aku mendapati kedua orang tuaku telah memeluk agama Islam."
Awal Pernikahan Aisyah dengan Rasulullah
Pernikahan Sayyidah Aisyah RA dengan Rasulullah SAW berawal dari wahyu yang turun kepada Nabi SAW. Menurut riwayat yang terdapat dalam Shahih Bukhari, kala itu Rasulullah SAW bermimpi didatangi malaikat dan diperlihatkan sosok Aisyah RA yang kelak menjadi istri beliau. Mimpi ini berlangsung selama tiga malam.
Singkat cerita, Rasulullah SAW melamar Sayyidah Aisyah RA yang saat itu masih berusia 6 tahun, menurut suatu riwayat. Sayyidah Aisyah RA belum pindah ke rumah Nabi Muhammad SAW, dan Nabi Muhammad SAW belum pernah manggaulinya segera selepas pertunangan. Hal ini karena usia Sayyidah Aisyah RA yang masih muda dan banyaknya kesulitan yang dihadapi Rasulullah SAW sebelum hijrah.
Pada tahun kedua hijrah, tepatnya pada 17 Ramadan, terjadilah Perang Badar. Atas izin Allah SWT, Rasulullah SAW bersama kaum muslimin memenangkan perang. Hari setelah Perang Badar ini menjadi waktu yang tepat bagi Nabi Muhammad SAW untuk menikah.
Bulan Syawal pun menjadi saksi pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah RA. Sayyidah Aisyah RA akhirnya bisa pindah ke rumah Nabi Muhammad SAW.
Perpindahan ini menjadi peristiwa terbesar dalam hidupnya, sehingga Sayyidah Aisyah RA sangat menyukai bulan Syawal. Sebab pada bulan itu terdapat kenangan paling berharga dan mulia.
Apakah Siti Aisyah Istri Nabi Punya Anak?
Menurut penjelasan dalam buku Aisyah karya Said Al-A'zhawi An-Nadawi yang diterjemahkan Ghozi Mubarok, Sayyidah Aisyah RA tidak memiliki anak. Hal ini membuatnya juga tidak punya nama julukan (kunyah) seperti tradisi Arab pada saat itu.
Kondisi itu sempat membuat Sayyidah Aisyah RA sedih. Pada suatu hari, Sayyidah Aisyah RA berkata kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, setiap orang mempunyai kunyah, kecuali aku."
Maka Rasulullah SAW memerintahkan Sayyidah Aisyah RA untuk memakai kunyah Ummu Abdillah 'Ibunda Abdullah' (Abdullah adalah nama keponakan Aisyah). (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Anak-anak Rasulullah SAW
Semasa hidup Baginda Nabi Muhammad SAW mempunyai tujuh anak. Enam di antaranya lahir dari istri pertama Sayyidah Khadijah RA, dan satu lainnya dari Sayyidah Mariyah al-Qibthiyah RA. Berikut ini daftar anak-anak Rasulullah SAW.
- Al-Qasim
- Zaenab
- Ruqayyah
- Ummu Kultsum
- Fatimah Az-Zahra
- Abdullah
- Ibrahim
Demikianlah penjelasan mengenai Sayyidah Aisyah RA tidak memiliki keturunan. Namun rasa cintanya kepada Nabi Muhammad SAW sangatlah besar.
(dvs/kri)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza