Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama Rasulullah SAW yang dikenal sebagai perempuan terhormat, berwawasan luas, dan bijaksana. Sebagai sosok yang mulia, Khadijah memiliki sejumlah gelar yang disematkan pada dirinya sepanjang hidupnya.
Mengutip dari buku Agungnya Taman Cinta Sang Rasul karya Ustadzah Azizah Hefni, Khadijah mulanya berasal dari keluarga terpandang dan memiliki status sosial yang tinggi. Allah SWT mengirimnya kepada Nabi Muhammad sebagai pendamping hidup selama 25 tahun hingga ia wafat.
Khadijah bahkan dijanjikan kelak akan menjadi jajaran wanita penghuni surga pada urutan pertama. Sebab, ia telah mendedikasikan seluruh hidupnya kepada Nabi Muhammad SAW dan agama Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah hadits, Ibnu Abbas pernah berkata, "Rasulullah menggambar empat garis di tanah, kemudian beliau bertanya, 'Tahukah kalian apa ini?' Para sahabat berkata, 'Rasul yang lebih mengetahui.'
Kemudian beliau menjelaskan, 'Ini adalah perempuan mulia penghuni surga: Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim.'" (HR Ahmad).
Adapun sejumlah gelar bagi Khadijah istri Rasulullah SAW yang dapat menjadi teladan bagi perempuan muslim, dirangkum dari buku Menjadi Istri Seperti Khadijah oleh Ibnu Watiniyah dan buku Amazing Stories Khadijah oleh Yanuar Arifin, diterangkan sebagai berikut.
Gelar bagi Khadijah Istri Rasulullah
1. Ath-Thahirah (Wanita Suci)
Gelar Ath-Thahirah yang artinya wanita suci didapatkan oleh Khadijah sejak sebelum kedatangan Islam karena kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia di tengah-tengah kaumnya, serta kesucian dirinya dari noda-noda paganisme (kepercayaan spiritual) pada zaman Jahiliah.
Khadijah pernah menikah dua kali sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW hingga suaminya yang kedua meninggal ketika usianya mencapai puncak remaja. Saat itu, kehidupannya bergelimang harta serta banyak lelaki yang berharap dapat mempersuntingnya.
Namun, banyaknya uang yang ia miliki tidak menjadikannya langsung berhubungan dengan kaum lelaki dan tidak ikut serta bersama pemuka-pemuka Quraisy pada umumnya untuk berdagang. Ia memiliki banyak cara berdagang yang unik, jauh dari godaan hawa nafsu dan kehinaan.
Dalam berdagang, Khadijah tidak ikut serta langsung berdagang bersama kaumnya, melainkan ia memiliki karyawan yang mengelola perdagangannya secara khusus, yakni dikepalai oleh Maysarah sebagai manajer utamanya.
Khadijah memantau segala urusan perdagangan dari istana tempat tinggalnya. Ketika ada perkara yang pelik, maka ia akan menyelesaikannya bersama keluarga besarnya.
Selain itu, Khadijah juga dikenal sebagai sosok yang mampu menjaga harga dirinya. Ia sama sekali tidak terpikat untuk bersenda gurau bersama wanita-wanita sebayanya yang senang berfoya-foya dan berpesta. Berkat kedudukannya yang mulia ini, masyarakat Makkah mengenal Khadijah dengan gelar Ath-Thahirah (wanita suci).
2. Ummul Mukminin (Ibu dari Orang-Orang Mukmin)
Khadijah memiliki gelar Ummul Mukminin, yaitu ibu dari orang-orang mukmin. Gelar kemuliaan ini hanya didapatkan oleh wanita-wanita yang diberi anugerah khusus dari Allah SWT saja. Siapapun yang menyandang gelar ini, ia akan mendapatkan martabat yang tinggi dan mulia.
Khadijah kala itu menjadi perempuan pertama yang beriman, berdakwah kepada kaum lelaki dan perempuan dengan berpeluh keringat, merasakan pedihnya ujian, serta senantiasa bersabar mendampingi rasulullah SAW.
Istri-istri Rasulullah SAW yang lain pun turut mendapatkan gelar Ummul Mukminin. Hanya saja, kedudukan Khadijah lebih tinggi sebab ia lebih dahulu menemani Rasulullah dalam berjuang dan memiliki kedudukan paling utama sebagai balasan dari pengorbanannya.
3. Sayyidah Nisa' Quraisy (Pemuka Perempuan Quraisy)
Khadijah juga mendapatkan gelar yang diberikan oleh kaumnya sebagai pemuka perempuan Quraisy. Orang-orang Quraisy sepakat akan keistimewaan yang dimiliki Khadijah berupa kelebihan fisik maupun perilaku.
Sepanjang usianya, Khadijah tidak pernah melenceng sedikit pun dari sifat-sifat yang mereka sematkan. Ia juga senantiasa menggunakan hartanya untuk menolong dan membantu sesama.
Bahkan, rumah Khadijah dikatakan tidak pernah sepi dari kebaikan tuan rumahnya. Sebab, rumah itu menjadi tempat perlindungan bagi perempuan-perempuan miskin, orang-orang yang membutuhkan, serta para tamu lainnya.
Seluruh kebaikan dan keluhuran yang melekat pada pribadi Khadijah ini menjadikannya begitu layak menyandang gelar Sayyidah Nisa' Quraisy.
4. Sayyidatu Nisâ' lil-'Ãlamîn fid-Dunyâ wal Ãkhirah (Pemuka Wanita Seluruh Dunia dan Akhirat)
Sayyidatu Nisâ' lil-'Ãlamîn fid-Dunyâ wal Ãkhirah (pemuka wanita seluruh dunia dan akhirat) adalah gelar termulia dan paling tinggi yang didapatkan oleh Khadijah. Gelar ini tidak diperoleh wanita-wanita dari umat Muhammad SAW dan istri-istri Nabi yang lain, kecuali Khadijah dan putri Nabi Fatimah.
Gelar ini juga tidak didapatkan oleh umat sebelum Nabi Muhammad SAW, kecuali hamba Allah yang terpilih, yakni Maryam binti Imran (ibunda Nabi Isa AS) dan Asiyah binti Muzahim (istri Fir'aun).
Khadijah dapat memperoleh gelar kehormatan ini sebab ia telah mempersembahkan seluruh hidupnya di jalan Allah SWT. Ia selalu membesarkan hati dan senantiasa mendukung Rasulullah SAW dalam berdakwah.
Itulah 4 gelar bagi Khadijah istri Rasulullah SAW yang dapat menjadi teladan bagi perempuan muslim.
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
10 Negara yang Warganya Paling Rajin Berdoa, Indonesia Teratas