Kisah Sya'ban Menyesali Sedekahnya Saat Sakaratul Maut

Kisah Sya'ban Menyesali Sedekahnya Saat Sakaratul Maut

Kristina - detikHikmah
Senin, 29 Sep 2025 05:45 WIB
Ilustrasi sahabat nabi yang paling miskin tapi bahagia.
Ilustrasi Sya'ban, sahabat nabi yang menyesali sedekahnya karena tidak optimal. Foto: Getty Images/iStockphoto/Mahfud2015
Jakarta -

Sya'ban RA adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang selalu datang ke masjid sebelum waktu salat tiba. Hingga suatu hari, Rasulullah SAW dan para sahabat dibuat bertanya-tanya karena tak melihat Sya'ban saat salat Subuh berjamaah akan dimulai.

Diceritakan dalam buku Kun 'Ibadurrahman' karya Muhammad Farid Wajdi, Rasulullah SAW sampai menunda salat Subuh untuk menunggu Sya'ban. Namun, hingga waktu salat hampir berakhir, Sya'ban tak kunjung datang. Rasulullah SAW pun memutuskan salat berjamaah tanpa Sya'ban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah salat, Rasulullah SAW menanyakan kabar Sya'ban tapi tak seorang pun yang mengetahuinya. Beliau juga menanyakan rumah Sya'ban dan minta sahabat mengantarkannya karena khawatir terjadi sesuatu pada Sya'ban.

Rasulullah SAW dan para sahabat menempuh perjalanan cukup jauh untuk sampai di rumah Sya'ban, kira-kira tiga jam dengan jalan kaki. Sesampainya di rumah Sya'ban, Rasulullah SAW mengucap salam dan seorang wanita yang merupakan istri Sya'ban keluar.

ADVERTISEMENT

"Benarkah ini rumah Sya'ban?" tanya sang rasul.

"Ya benar, ini rumah Sya'ban. Saya istrinya," jawab wanita itu.

"Bolehkah kami menemui Sya'ban yang tidak hadir salat Subuh di masjid pagi ini?" ucap Nabi SAW.

Dengan berlinang air mata, wanita itu mengatakan Sya'ban telah meninggal dunia pagi tadi. Sontak sahabat mengucap istirja, "Innalillahi wa innailaihiraji'un."

Istri Sya'ban kemudian menanyakan sesuatu kepada Rasulullah SAW terkait kata-kata yang diucapkan suaminya menjelang kematiannya.

"Ya Rasulullah, ada sesuatu yang menjadi tanda tanya kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali, masing-masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya," kata wanita itu.

"Apa saja kalimat yang diucapkannya?" tanya Rasulullah SAW.

"Tiga kalimat yang dikatakannya adalah 'Aduh, mengapa tidak lebih jauh', 'Aduh, mengapa tidak yang baru' dan 'Aduh, mengapa tidak semua'," ucap istri Sya'ban menirukan ucapan suaminya.

Rasulullah SAW kemudian membaca salah satu firman Allah SWT yang artinya, "Sungguh, kamu dahulu benar-benar lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan penutup matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam." (QS Qaf: 22)

Rasulullah SAW kemudian menjelaskan apa yang dialami Sya'ban saat sakaratul maut. Allah SWT, kata Rasulullah SAW, memperlihatkan perjalanan hidup Sya'ban dan ganjaran yang akan didapatnya. Dalam gambaran itu, Sya'ban melihat peristiwa saat dia menempuh perjalanan ke masjid yang memakan waktu sekitar tiga jam. Lalu ia melihat gambaran surga yang disiapkan untuknya.

Saat melihat surga itu, Sya'ban berkata, "Aduh, mengapa tidak lebih jauh." Ia menyesali kenapa jarak perjalanannya ke masjid tidak lebih jauh biar mendapat pahala yang jauh lebih indah.

Kemudian, Sya'ban diperlihatkan peristiwa ketika berangkat ke masjid menggunakan dua baju saat musim dingin. Ia memakai baju baru di dalam dan baju jelek di luar dengan maksud kalau nanti terkena debu, ia bisa tetap salat dengan pakaian yang bagus.

Di perjalanan, Sya'ban bertemu dengan seseorang yang terbaring karena kedinginan. Sya'ban pun melepas baju luarnya dan memberikan ke orang itu dan memapahnya jalan ke masjid untuk salat berjamaah bersama.

Setelah itu, Sya'ban diperlihatkan balasan pahala atas apa yang ia lakukan itu sehingga membuatnya berkata, "Aduh, mengapa tidak yang baru."

Kemudian, Sya'ban diperlihatkan peristiwa saat dia didatangi seorang pengemis yang minta sedikit rotinya. Merasa iba, Sya'ban membagi rotinya dengan ukuran sama besar dan membagi susu dalam gelas sama rata lalu mereka makan bersama.

Allah SWT lalu memperlihatkan pahala atas kebaikan Sya'ban itu kepada pengemis yang sontak membuat Sya'ban teriak, "Aduh, mengapa tidak semua."

Sya'ban menyesal karena jarak perjalanan dari rumah ke masjid tak lebih jauh, menyesal karena tak memberikan baju baru untuk orang yang kedinginan di jalan, dan menyesal tidak memberikan semua roti dan susunya kepada pengemis di pagi hari itu. Ia menyesali sedekah dan kebaikannya setelah melihat ganjaran yang diberikan Allah SWT atas perbuatan itu. Seandainya bisa memberikan optimal, tentu pahalanya akan lebih besar. Masyaallah..

Wallahu a'lam.




(kri/erd)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads