Dalam sejarah Islam, ada banyak kisah inspiratif yang mengajarkan tentang keimanan dan takdir Allah. Salah satunya adalah kisah Julaibib RA, seorang sahabat Rasulullah SAW yang memiliki penampilan fisik yang tidak menarik dan hidup dalam kemiskinan, namun berhasil menikahi seorang gadis cantik yang salihah bak bidadari.
Kisahnya menjadi bukti nyata bahwa kemuliaan seseorang bukan diukur dari rupa, nasab, atau harta, melainkan dari ketakwaan kepada Allah SWT. Begini kisahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siapa Julaibib RA?
Julaibib adalah nama yang tidak lengkap dan tidak biasa. Ia hadir ke dunia tanpa diketahui siapa ayah dan ibunya.
Dalam buku 99 Asmaul Husna Kisah dan Mukjizat yang ditulis Chris Oetoyo, dijelaskan bahwa Julaibib memiliki penampilan fisik yang jauh dari kata menarik: wajahnya jelek, tubuhnya pendek dan bungkuk, serta kulitnya hitam. Ia juga seorang yang sangat miskin dan tidak memiliki rumah, hanya berteduh di shuffah Masjid Nabawi.
Meski demikian, Julaibib memiliki keimanan yang luar biasa. Ia selalu berada di barisan terdepan saat salat dan jihad. Meskipun banyak orang memperlakukannya seolah ia tidak ada, Rasulullah SAW selalu memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.
Julaibib tidak pernah menyesali keadaannya. Karena ia yakin Allah SWT memiliki rencana terbaik untuknya.
Rasulullah SAW Melamar Bidadari untuk Julaibib
Dikisahkan dalam buku Jangan Berhenti Mencoba karya Nasrul Yung, Rasulullah SAW melihat ketulusan dan keimanan Julaibib. Beliau pun menawarkan Julaibib untuk menikah. Awalnya, Julaibib merasa tidak mungkin ada yang mau menikahinya, mengingat kondisi fisiknya.
Namun, Rasulullah SAW tidak menyerah. Beliau menggandeng tangan Julaibib dan membawanya ke rumah salah seorang pemimpin kaum Anshar untuk melamar putrinya yang terkenal cantik dan salihah.
Saat Rasulullah SAW menyampaikan niatnya, sang ayah dari gadis itu sangat gembira, mengira Rasulullah SAW akan melamar putrinya untuk diri beliau sendiri. Betapa terkejutnya sang ayah dan istrinya ketika mengetahui bahwa lamaran itu adalah untuk Julaibib.
"Dengan Julaibib? Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lacak, tidak berpangkat, tidak bernasab, tidak berkabilah, dan tidak bertahta. Demi Allah, tidak akan pernah putri kami menikah dengan Julaibib," ujar ibu sang gadis dengan terkejut.
Alasan Sang Gadis Mau Menerima Julaibib
Perdebatan orang tuanya didengar oleh sang gadis dari balik tirai. Dengan suara lembut, ia bertanya siapa yang meminta. Setelah mengetahui bahwa itu adalah permintaan Rasulullah SAW, ia berkata dengan tegas:
"Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tidak akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku."
Sang gadis kemudian membaca QS Al-Ahzab ayat 36:
وَمَاكَانَلِمُؤْمِنٍوَّلَامُؤْمِنَةٍاِذَاقَضَىاللّٰهُوَرَسُوْلُهٗٓاَمْرًااَنْيَّكُوْنَلَهُمُالْخِيَرَةُمِنْاَمْرِهِمْۗوَمَنْيَّعْصِاللّٰهَوَرَسُوْلَهٗفَقَدْضَلَّضَلٰلًامُّبِيْنًاۗ
Artinya: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata."
Mendengar ketulusan dan ketaatan gadis itu, Rasulullah SAW berdoa untuknya, "Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Jangan Engkau jadikan hidupnya payah dan bermasalah."
Julaibib Syahid dan Ditinggikan Allah
Singkat cerita, Julaibib dan gadis tersebut menikah. Tak lama setelah pernikahan, terjadi Perang Uhud.
Julaibib dengan penuh semangat ikut berperang dan gugur sebagai syuhada. Saat pemakaman, Rasulullah SAW terlihat memalingkan wajahnya dari Julaibib.
Ketika para sahabat bertanya mengapa, Rasulullah SAW menjawab, "Kulihat para bidadari memperebutkannya, hingga salah seorang dari mereka tersingkap betisnya." Ini adalah tanda kemuliaan Julaibib di mata Allah.
Seperti yang dikutip dari buku Tetes Embun karya Iqbal Syafi'i, kisah cinta Julaibib dan istrinya menjadi contoh sempurna tentang cinta yang dibangun atas dasar keimanan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa jodoh terbaik adalah yang tidak hanya melihat rupa dan harta, tetapi juga akhlak dan ketakwaan.
Wallahu a'lam.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Konfirmasi Dugaan Nampan MBG Terpapar Minyak Babi
Erdogan Sebut Kematian di Gaza Itu Genosida Total dan Hamas Bukan Teroris
Desak Solusi Damai, Negara-negara Arab Ingatkan Trump Bahaya Aneksasi Tepi Barat