Kisah murid Nabi Musa AS yang diazab menjadi kelinci merupakan sebuah pelajaran penting yang mengingatkan kita tentang bahaya menggunakan agama untuk kepentingan dunia. Dalam cerita ini, seseorang yang awalnya belajar dengan ikhlas kepada Nabi Musa AS AS, akhirnya terjerumus dalam godaan duniawi yang membuatnya dihukum oleh Allah SWT.
Peristiwa ini menggambarkan betapa Allah sangat membenci mereka yang menggunakan agama hanya untuk meraih keuntungan dunia. Melalui kisah ini, kita diajak untuk merenung dan memastikan bahwa niat kita dalam beragama adalah untuk mencari ridha Allah dan bukan untuk keuntungan semata.
Dirangkum dari cerita dalam buku Jangan Terlalu Berlebihan dalam Beribadah hingga Melupakan Hak-hak Tubuh oleh Nur Hasan, berikut ini adalah kisah seorang murid Nabi Musa AS yang diazab jadi kelinci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah Murid Nabi Musa yang Menjadi Kelinci
Pada suatu waktu, di tanah yang jauh, di zaman Nabi Musa AS, ada seorang pemuda yang dikenal sebagai pelayan setia sekaligus murid Nabi yang paling cerdas. Dia datang ke Nabi Musa AS dengan penuh semangat, siap belajar segala ilmu yang diajarkan oleh sang nabi.
Dengan sabar, Nabi Musa AS membimbingnya dalam setiap langkah, mengajarkan kebenaran yang mendalam dan rahasia langit. Namun, suatu hari, si murid meminta izin untuk pulang ke kampung halamannya.
"Wahai Nabi, izinkan aku pulang sebentar. Aku ingin mengunjungi keluarga dan kampung halamanku. Aku janji akan kembali padamu," katanya dengan penuh harap.
Nabi Musa AS menatapnya sejenak, ragu, tapi melihat ketulusan di wajah muridnya, dia pun menganggukkan kepala. "Pergilah, semoga Allah memudahkan jalanmu, dan kembalilah ketika waktunya tiba."
Si murid pun berangkat dengan semangat. Setibanya di kampung halaman, dia tidak langsung mencari keluarganya. Sebaliknya, dia mulai mengumpulkan orang-orang, menyampaikan segala yang telah dipelajari dari Nabi Musa.
Dengan kata-kata yang penuh hikmah, dia memukau hati banyak orang. Setiap kali selesai berceramah, dia mendapatkan imbalan yang tak sedikit, dan seiring berjalannya waktu, harta mulai mengalir deras ke tangannya.
Hari-hari berlalu, namun si murid tak kunjung kembali. Nabi Musa AS mulai merasa cemas. "Apa yang terjadi dengan muridku? Mengapa dia belum juga kembali?" pikirnya, hatinya dipenuhi tanya.
Lalu, ia mulai bertanya-tanya kepada orang-orang yang datang dan pergi, namun tak seorang pun tahu keberadaannya.
Suatu hari, saat Nabi Musa AS sedang duduk di suatu tempat yang teduh, sebuah pemandangan menarik perhatiannya. Seorang pria berjalan melewati Nabi Musa AS, menggandeng seekor kelinci dengan seutas tali yang terikat pada lehernya.
"Nah, siapa itu?" pikir Nabi Musa, merasa ada yang aneh.
Dengan langkah tenang, Nabi Musa AS menghampiri pria itu dan bertanya, "Wahai hamba Allah, dari mana engkau datang?"
Pria itu menatap Nabi Musa AS dengan hormat, lalu menjawab, "Saya datang dari kampung ini, wahai Nabi, kampung si Fulan."
Si Fulan, pikir Nabi Musa AS, muridku. "Apakah kau mengenal si Fulan itu?" tanya Nabi Musa AS, matanya tak lepas dari pria tersebut.
"Betul sekali, wahai Nabi. Dan kelinci yang saya gandeng ini adalah si Fulan itu," jawab pria itu dengan tenang.
Mendengar itu, tubuh Nabi Musa AS tiba-tiba kaku. Nafasnya seakan terhenti. "Apa yang kau katakan? Si Fulan menjadi kelinci?" tanya Nabi Musa dengan suara gemetar.
Pria itu mengangguk pelan. "Ya, benar. Itu adalah akibat dari perbuatannya."
Nabi Musa AS merasa hatinya berdebar kencang. Dalam kebingungannya, dia memandang kelinci itu, yang entah mengapa tampak begitu familiar, seolah mengenalnya. Lalu, tanpa bisa menahan rasa penasaran yang membakar, Nabi Musa AS mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah dengan sepenuh hati.
"Ya Tuhanku, kembalikanlah dia pada wujud aslinya, supaya aku bisa bertanya kepadanya tentang apa yang telah dia perbuat hingga menjadi seperti ini."
Tiba-tiba, langit seakan menggelap. Suara Allah SWT terdengar begitu jelas di hati Nabi Musa AS. "Wahai Musa, seandainya semua nabi, mulai dari Adam hingga Muhammad, meminta kepada-Ku hal yang sama, Aku tidak akan melakukannya. Aku melakukan hal ini padanya karena dia menggunakan agama untuk mencari dunia. Dia mengubah ajaran-Ku menjadi jalan untuk meraih kemuliaan duniawi."
Nabi Musa AS terkejut, hatinya dipenuhi kekhawatiran. Allah melanjutkan, "Aku membenci orang-orang yang menjadikan agama sebagai alat untuk meraih keuntungan dunia. Agama bukan untuk dunia semata, tetapi untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat."
Dengan kebingungannya, Nabi Musa AS menundukkan kepala, merenung. Terkadang, jalan yang penuh godaan bisa membuat seseorang tergelincir, bahkan meskipun dia pernah berada dalam cahaya kebenaran.
Kisah muridnya ini yang dulunya sangat cerdas dan tulus, kini menjadi pelajaran bagi siapa pun yang mendengarnya. Sebab, Allah Maha Tahu dan tidak ada yang bisa menipu-Nya.
Wallahu a'lam.
(hnh/kri)
Komentar Terbanyak
BPJPH: Ayam Goreng Widuran Terbukti Mengandung Unsur Babi
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Saat Perang Akhir Zaman Tiba, Sekutu Umat Islam Ini Akan Berkhianat