Kematian pasti terjadi kepada siapa pun. Meskipun begitu, tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti datangnya kematian tersebut. Kematian tidak mengenal usia dan jabatan seseorang.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Munafiqun ayat 11 yang berbunyi,
وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ ١١
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah Jilid 1: Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi menjelaskan kematian menurut ulama bukan sekedar ketiadaan, tetapi mati adalah terputusnya hubungan roh dengan tubuh, terhalangnya hubungan antar keduanya dan bergantinya keadaan dari suatu alam ke alam lainnya.
Dalam Al-Qur'an, kematian juga disebut sebagai musibah terbesar. Hal ini terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 106,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْنٰنِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ اَوْ اٰخَرٰنِ مِنْ غَيْرِكُمْ اِنْ اَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَاَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ الْمَوْتِۗ تَحْبِسُوْنَهُمَا مِنْۢ بَعْدِ الصَّلٰوةِ فَيُقْسِمٰنِ بِاللّٰهِ اِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۙ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللّٰهِ اِنَّآ اِذًا لَّمِنَ الْاٰثِمِيْنَ ١٠٦
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, persaksian di antara kamu, apabila telah datang kepada salah seorang (di antara) kamu (tanda-tanda) kematian, sedangkan dia akan berwasiat, adalah dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang selain kamu (nonmuslim) jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Jika kamu ragu (akan kesaksiannya), tahanlah kedua saksi itu setelah salat agar bersumpah dengan nama Allah, "Kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini walaupun dia karib kerabat dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah. Sesungguhnya jika demikian, tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa."
Kematian seseorang yang beriman tidak sama dengan orang yang tidak beriman. Orang yang tidak beriman dan hidupnya banyak kemaksiatan akan merasakan penderitaan dan rasa sakit yang luar biasa, meskipun yang terlihat tidak mengalami sesuatu apa pun. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut:
وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ يَتَوَفَّى الَّذِيْنَ كَفَرُوا الْمَلٰۤىِٕكَةُ يَضْرِبُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَاَدْبَارَهُمْۚ وَذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ ٥٠
Artinya: Seandainya engkau melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah-wajah dan punggung-punggung mereka (dan berkata), "Rasakanlah olehmu siksa yang membakar," (niscaya engkau saksikan sesuatu yang sangat dahsyat). (QS Al-Anfal: 50)
Sedangkan untuk orang beriman akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan dalam menjalani sakaratul maut. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
الَّذِيْنَ تَتَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ طَيِّبِيْنَ ۙيَقُوْلُوْنَ سَلٰمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ٣٢
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik. Mereka (para malaikat) mengatakan, "Salāmun 'alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu). Masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan." (QS An-Nahl: 32)
Almas Abyan al-Fatih dalam buku berjudul Surat Yaasiin, Al-Waqi'ah, Al-Mulk dan Al- Kahfi menuliskan suatu riwayat yang mengisahkan bahwa Nabi Ibrahim AS pernah mengajukan pertanyaan kepada Malaikat Maut, "Apakah kamu menunjukkan bentukmu ketika hendak mencabut nyawa orang yang berakhlak tercela dan sering berbuat maksiat?"
Malaikat Maut menjawab, "Kamu pasti tidak akan kuat memandangku dalam bentuk seperti itu?" Diperingatkan seperti itu, Nabi Ibrahim AS bergeming dan bersikeras ingin melihatnya. Malaikat Maut pun menyanggupinya.
Lantas, Malaikat Maut menyuruh Nabi Ibrahim AS membalikkan tubuh. Ketika disuruh berbalik kembali, ia melihat seorang lelaki yang berkulit hitam pekat dengan rambut berdiri. Baunya sangat menusuk hidung, sangat busuk, ada api dan asap yang keluar dari mulut dan hidungnya.
Baru sesaat memandang wujud malaikat seperti itu, Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan dan tak sadarkan diri. Ketika siuman, beliau mendapati Malaikat Maut telah kembali ke bentuk semula.
Nabi Ibrahim AS berkata, "Wahai Malaikat Maut, seumpama orang yang tercela dan suka berbuat maksiat itu hanya melihat wajahmu ketika sakaratul maut, pasti hal itu sudah sangat menakutkan baginya."
Kemudian, Nabi Ibrahim AS menanyakan rupa Malaikat Maut ketika mencabut nyawa orang yang beriman dan beramal kebajikan. Sekali lagi, beliau disuruh membalikkan tubuh.
Ketika berbalik, ia melihat wujud Malaikat Maut menjelma menjadi orang yang berwajah menarik, berbusana bagus, dan beraroma sangat wangi. Nabi Ibrahim AS berkata, "Malaikat Maut, seandainya seorang yang beriman dan beramal kebajikan hanya bisa melihatmu ketika akan meninggal dunia, maka hal itu sudah cukup membahagiakan dirinya."
Walaupun kaum beriman dan beramal saleh mendapatkan keringanan dari Allah SWT dalam menghadapi sakaratul maut, namun dalam suatu riwayat ditegaskan bahwa sakaratul maut tergolong sangat berat dan menyakitkan.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, "Tidak ada sesuatu yang dialami oleh anak Adam dari sesuatu yang diciptakan oleh Allah yang lebih berat daripada kematian." (HR Ahmad)
Wallahu a'lam.
Baca juga: Benarkah Usia Nabi Nuh Capai Seribu Tahun? |
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Ustaz Khalid Basalamah Buka Suara Usai Dipanggil KPK
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Saat Perang Akhir Zaman Tiba, Sekutu Umat Islam Ini Akan Berkhianat