Kisah Irbadh bin Sariyah As Sulaimi yang Pernah Berbincang dengan Malaikat

Kisah Irbadh bin Sariyah As Sulaimi yang Pernah Berbincang dengan Malaikat

Devi Setya - detikHikmah
Senin, 04 Mar 2024 05:00 WIB
Kisah Abu Thalhah yang patut menjadi teladan anak
Foto: Getty Images/iStockphoto/irayoflight
Jakarta -

Beberapa sahabat Rasulullah SAW mendapatkan karamah dari Allah SWT. Termasuk Irbadh bin Sariyah As Sulaimi yang memiliki kesempatan untuk bertemu dan berbincang dengan malaikat.

Karomah adalah muliaan atau penghormatan, yakni kemuliaan atau penghormatan dari Allah SWT. Secara istilah, karomah merujuk pada suatu peristiwa atau keadaan yang di luar batas akal sehat dan kemampuan biasa manusia, yang terjadi pada individu tertentu yang diakui sebagai wali Allah.

Irbadh bin Sariyah As Sulaimi adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW dari kalangan sufi. Mereka tinggal di Masjid Nabawi dan Rasulullah SAW sangat menyayangi mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merangkum buku 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karamah oleh Abdul Wadud Kasyful Humam, dikisahkan Irbadh bin Sariyah As-Sulaimi biasa disapa dengan panggilan Abu Najih.

Ia masuk Islam setelah peristiwa fathu Makkah. Irbadh lahir dari sebuah keluarga bermarga Sulaim, yang masyarakatnya dikenal sebagai pandai besi.

ADVERTISEMENT

Pada tahun terjadinya pembukaan Makkah, sekitar 700 orang, di antaranya Abbas bin Mardas datang ke Madinah untuk memeluk Islam. Sementara Irbadh sendiri masuk Islam bersama Utbah bin Abd As-Sulaimi dan lima orang Bani Sulaim lainnya.

Setelah masuk Islam, Irbadh bergabung dengan anggota ahl as-suffah lain yang tinggal di masjid Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah orang-orang miskin yang tidak punya tempat tinggal. Konon merekalah yang mengawali lahirnya aliran sufi.

Setelah bergabung dengan ahl as-suffah, Irbadh seakan mendapatkan kehidupan baru dan kemuliaan yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Meskipun tidak secara tersurat Al-Qur'an menyebut dirinya, tapi kemudian turun ayat 92 surah At-Taubah yang berkaitan dengan ia dan enam sahabat lainnya.

وَلَا عَلَى ٱلَّذِينَ إِذَا مَآ أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَآ أَجِدُ مَآ أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوا۟ وَّأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا۟ مَا يُنفِقُونَ

Artinya: Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu". lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.

Jalaluddin As-Suyuthi dalam tafsirnya Ad-Durr Al-Mansur menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan tujuh sahabat yang mendatangi Nabi Muhammad SAW, saat beliau menginstruksikan perang. Tujuh sahabat tersebut adalah Salim bin Umair dari bani Amr bin Auf, Utbah bin Zaid dari bani Haritsah, Abu Laila Abdurrahman bin Ka'ab dari bani Mazin bin An-Najjar, Amr bin Amr bin Jiham bin Al-Jamuh dari bani Salamah, Harami bin Amr dari bani Waqif, Abdullah bin Ma'qil dari bani Mazinah, dan Irbadh bin Sariyah dari bani Fazarah.

Mereka datang menemui Nabi Muhammad SAW agar diperbolehkan menjadi relawan perang. Namun, Nabi menjawab mereka dengan mengatakan, "Demi Allah, aku tidak mempunyai kendaraan untuk membawa kalian."

Mereka lalu pergi sambil menangis. Mereka sedih karena tidak bisa ikut perang lantaran tidak memiliki bekal dan kendaraan.

Dari sekian jumlah ahl as-suffah dan tujuh orang yang datang menemui Nabi Muhammad SAW untuk meminta izin mengikuti perang, Irbadh adalah yang paling tua usianya.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia ingin sekali cepat meninggal karena usianya yang sudah sangat tua. Ia selalu berdoa agar segera diambil nyawanya dan segera menempati surga yang telah dipersiapkan Allah SWT.

Setiap selesai salat, ia istiqamah berdoa, "Ya Allah, usiaku sudah sangat tua dan tulangku juga sudah mulai keropos, cabutlah nyawaku!"

Suatu hari, ketika Irbadh sedang berada di sebuah masjid untuk salat, lalu ia berdoa, tiba-tiba, ada seorang pemuda berwajah tampan dengan mengenakan kopiah berwarna hijau mengomentari doanya, "Doa apa yang sedang Anda baca?"

Irbadh bertanya, "Wahai anak saudaraku, lalu bagaimana aku seharusnya berdoa?"

Pemuda itu menjawab, "Berdoalah, ya Allah perbaiki amalku dan sampaikanlah ajalku."

"Semoga Allah memberi rahmat kepadamu, siapa engkau?" tanya Irbadh penasaran.

Pemuda itu menjawab, "Aku adalah malaikat Rabail yang bertugas menghilangkan kesedihan dari hati orang-orang mukmin."

Setelah itu, Irbadh menoleh ke arah suara itu, namun ia tidak melihat siapa pun.

Tak lama setelah kejadian itu, Irbadh meninggal dunia di kota kelahirannya, Suriah pada tahun 75 H/695 M pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan.

Wallahu 'Alam




(dvs/erd)

Hide Ads