Kedudukan Guru dalam Islam, Punya Peran Mulia sebagai Pewaris Para Nabi

Kedudukan Guru dalam Islam, Punya Peran Mulia sebagai Pewaris Para Nabi

Devi Setya - detikHikmah
Selasa, 25 Nov 2025 10:15 WIB
Ilustrasi Madrasah. Kemenag beberkan target dan pencapaian PPG guru madrasah di 2025.
ilustrasi guru Foto: dok. Ditjen Pendis Kemenag
Jakarta -

Dalam Islam, kedudukan guru menempati posisi yang sangat mulia dan terhormat. Hal ini bukan hanya karena tugas mereka mengajarkan ilmu, tetapi juga karena peran besar mereka dalam membentuk akhlak, memperbaiki perilaku, serta membangun peradaban.

Guru hadir bukan sekadar sebagai pengajar, tetapi juga pembimbing ruhani, penanam nilai, dan penjaga moral generasi. Karena itu, Islam memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli ilmu dan orang-orang yang mengajarkannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip buku Manajemen Pendidik Tenaga Kependidikan karya Cepi Budiyanto, dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi adalah guru pertama, kemudian sahabat-sahabatnya juga adalah guru-guru yang menyiarkan agama dan menyampaikan wahyu kepada umat manusia.

Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu itu kepada orang lain adalah suatu pengalaman yang paling dihargai oleh Islam. Dalam kitab Ihya Al-Ghazali disebutkan bahwa siapa yang memiliki pekerjaan mengajar maka ia sesungguhnya telah memilih pekerjaan besar dan penting.

ADVERTISEMENT

Guru sebagai Pewaris Para Nabi

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hadits ini menjadi landasan utama bahwa para pendidik, termasuk guru, berada pada kedudukan mulia karena mereka melanjutkan misi para nabi yakni menyampaikan ilmu, membimbing umat, dan mengarahkan manusia menuju jalan petunjuk.

Dalam buku Konsep Pendidik Menurut KH. M. Hasyim Asy'ari dalam Kitab Al Adab Al-'Alim Wa Al-Muta'alim dan Relevansinya terhadap Kompetensi Guru PAI karya Zulfaizah Fitri, M.Pd., begitu tingginya penghargaan terhadap guru sehingga Islam menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul, karena guru selalu terkait dengan ilmu sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan.

Ilmu yang Diajarkan Guru Menjadi Amal Jariyah

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,

"Apabila manusia meninggal, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim)

Ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meski seseorang telah tiada. Guru adalah salah satu hamba Allah SWT yang paling berpeluang mendapatkan pahala jariyah terbesar, karena setiap ilmu yang mereka sampaikan akan terus memberi manfaat selama diamalkan oleh murid-muridnya.

Guru dalam Islam Tidak Hanya Mengajar, Tetapi Mendidik Akhlak

Islam memandang pendidikan akhlak sebagai inti dari proses pembelajaran. Rasulullah SAW berkata,

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR Ahmad)

Guru berperan menjadi teladan akhlak mulia tersebut. Mereka bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga menjadi contoh kesabaran, kejujuran, tanggung jawab, adab, dan keteguhan iman.

Para ulama salaf sangat menghormati guru karena mereka percaya bahwa akhlak murid sangat dipengaruhi oleh akhlak gurunya. Imam Malik berkata kepada murid-muridnya, "Pelajarilah adab sebelum kalian mempelajari ilmu."

Imam Syafi'i berkata tentang gurunya, Imam Malik, "Aku membuka lembaran kitab di hadapan guruku dengan sangat pelan, karena takut suaranya mengganggu beliau."

Kisah-kisah seperti ini menunjukkan betapa lembutnya para ulama memperlakukan guru sebagai bentuk penghormatan. Adab kepada guru bukan hanya akhlak, tetapi juga bagian dari ibadah.

Dalam hadits dari Abu Umamah al-Bahiliy berkata,

فضْلُ العالم على الْعابِدِ كَفَضْلي على أَدْنَاكُمْ , ثُمَّ قال: رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : إِنَّ الله وملائِكَتَهُ وأَهْلَ السَّمواتِ والأرضِ حتَّى النَّمْلَةَ : في جُحْرِهَا وحتى الحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلى مُعلِّمِي النَّاسِ الخير

Artinya: "Keutamaan orang alim atas orang yang beribadat ialah seperti keutamaanku atas orang yang terendah di antara engkau semua." "Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya, juga para penghuni langit dan bumi, sampaipun semut yang ada di dalam liangnya, bahkan sampaipun ikan pun, niscayalah semua itu menyampaikan kerahmatan kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada para manusia (pendidik atau guru)." (HR Tirmidzi)




(dvs/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads