Dalam Islam terdapat istilah ghuluw, yaitu sikap berlebihan dalam beribadah atau menjalankan ajaran agama.
Walaupun memang, Allah menciptakan manusia yang hidup di dunia ini untuk beribadah kepada-Nya. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang beribadah secara berlebihan dan tidak memikirkan aspek-aspek lainnya di dalam kehidupan?
Pengertian Ghuluw
Dalam bukunya Apa, Mengapa, Bagaimana Wasathiyyah, Prof Quraish Shihab menjelaskan bahwa ghuluw berarti sikap yang melampaui kewajaran, baik dalam bentuk berlebihan maupun meninggikan sesuatu secara tidak semestinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ghuluw adalah sikap atau tindakan yang berlebihan hingga melampaui batas kewajaran. Kata ini berasal dari akar huruf ghain, lam, dan waw, yang mengandung makna "tinggi melebihi semestinya" atau "melampaui batas."
Dalam konteks perilaku, ghuluw merujuk pada seseorang yang melakukan sesuatu secara ekstrem, tidak sesuai porsi, atau melampaui batas yang seharusnya. Sikap seperti ini dipandang sebagai tindakan yang keluar dari keseimbangan.
Bahaya Ghuluw dalam Beragama
Kembali mengutip buku Apa, Mengapa, Bagaimana Wasathiyyah, oleh Prof Quraish Shihab, istilah ghuluw ini juga muncul dalam beberapa ayat Al-Qur'an, di antaranya sebagai berikut:
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ
Artinya: "Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar..." (QS. An Nisaa: 171).
Larangan bersikap ghuluw disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh An Nasa'i dan Ibnu Majah. Hadits tersebut menegaskan bahwa umat Islam tidak boleh berlebih-lebihan dalam beragama.
"Jauhkan diri kalian dari berlebih-lebihan (ghuluw) dalam agama. Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam agama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian," (HR An Nasa'i & Ibnu Majah).
Selain itu, diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwasannya Rasulullah bersabda,
"Janganlah memberat-beratkan (tasyaddud) terhadap diri kalian, sehingga Allah akan memberatkan diri kalian. Karena sesungguhnya satu kaum telah memberat-beratkan diri mereka sendiri, lalu Allah memberatkan mereka. Mereka kini tersisa di kuil-kuil dan tempat-tempat peribadatan mereka. Sebagaimana firman Allah,"Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (kerahiban) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka." (QS. Al-Hadid: 27)
Berkaitan dengan hal ini, Prof Nasaruddin Umar dalam acara detikKultum juga menyinggung bahwa beribadah yang berlebihan akan menyiksa diri seseorang.
"Orang beribadah tapi melampaui batas, menyiksa diri," jelasnya dalam detikKultum detikcom pada Minggu (25/3/2023).
Prof Nasaruddin memberikan contoh perilaku ghuluw yang pernah dilakukan sebagian sahabat Nabi, seperti terus-menerus berpuasa hingga tidak pernah makan siang, begadang setiap malam untuk beribadah tanpa tidur, serta menjauhi hubungan dengan istri.
Dia menyebut sikap seperti ini jelas tidak dibenarkan. Kita memang dianjurkan untuk memberikan yang terbaik kepada Allah SWT, tetapi tetap dalam batas yang seimbang. Ibadah tidak boleh dipaksakan sampai melampaui kemampuan dan prinsip kewajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, kita tidak boleh beribadah secara berlebihan hingga mengabaikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan. Ibadah ritual memang utama, tetapi menjaga keseimbangan dengan aktivitas lain seperti bekerja, berkeluarga, dan bersilaturahmi juga merupakan bentuk ibadah. Semua itu termasuk amalan yang dicintai Allah selama dilakukan dengan niat yang benar dan tidak melampaui batas.
(hnh/inf)












































Komentar Terbanyak
Potret Keluarga Cendana Syukuran Gelar Pahlawan Nasional, Dihadiri Menag
Video Cium Anak Kecil di Panggung Viral, Gus Elham Minta Maaf
Masjid Palestina Dibakar Pemukim Israel, Kecaman Dunia Menggema