Salat adalah ibadah utama dalam Islam yang memiliki kedudukan sangat penting. Mengutip buku berjudul Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, salat adalah tiang agama, tanpa salat Islam tidak dapat berdiri. Rasulullah SAW bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاةُ، وَذَرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Ra'sul amri al-Islam, wa 'amuduhusshalah, wa dzarwatu sanamihi al-jihad fi sabilillah
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Pangkal setiap sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah salat dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah."
Agar ibadah ini sah dan diterima oleh Allah SWT, ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi sebelum melaksanakannya.
Inilah mengapa umat Muslim perlu memahami syarat sah salat secara benar agar ibadah yang dilakukan tidak sia-sia. Berikut sembilan syarat sah salat menurut ajaran Islam.
Syarat Sah Salat Menurut Ajaran Islam
Agar ibadah salat diterima oleh Allah SWT, seorang Muslim perlu memenuhi beberapa ketentuan sebelum melaksanakannya.
Menurut buku Fiqh Shalat Terlengkap karya Abu Abbas Zain Musthofa Al-Basuruwani, syarat sah ialah syarat-syarat yang jika semuanya dipenuhi, maka salat seseorang sah.
Salatnya tidak sah jika salah satu dari syarat tersebut tidak dipenuhi. Berikut ini adalah syarat sah salat yang perlu umat Islam ketahui:
1.Mengetahui Masuknya Waktu Salat
Melansir sumber yang sama, syarat sah salat pertama adalah mengetahui waktu salat. Dalam hal ini, mengetahuinya secara yakin ataupun berdasarkan dugaan. Jika seseorang salat tanpa didahului usaha mengetahui masuknya waktu salat, maka salatnya tidak sah, meskipun pada kenyataannya sudah masuk waktu salat.
2. Suci dari Hadats Kecil dan Besar
Syarat sah salat lainnya adalah suci dari hadats. Baik hadats kecil maupun hadats besar. Mengutip buku Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُۗ مَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Yaa ayyuhalladziina aamanuu idzaa qumtum ilasshalaati faghsiluu wujuuhakum wa aidiyakum ilal-maraafiqi wamsahhuu biru'uusikum wa arjulakum ilal-ka'baiin, wa ing kuntum junuban faththahharuu, wa ing kuntum mardlaa au 'alaa safarin au jaa'a ahhadum mingkum minal-ghaa'ithi au laamastumunnisaa'a fa lam tajiduu maa'an fa tayammamuu sha'iidan thayyiban famsahhuu biwujuuhikum wa aidiikum minhu, maa yuriidullaahu liyaj'ala 'alaikum min harojiw wa laakiy yuriidu liyuthahhirakum wa liyutimma ni'matahuu 'alaikum la'allakum tasykuruun
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur." (QS.Al-Maidah)
3. Badan, Baju, dan Tempat Salat Suci dari Najis
Melansir sumber sebelumnya, syarat ini berlaku jika seseorang mampu membersihkan najis yang ada. Jika dia tidak mampu menghilangkannya, dia bisa salat dengannya dan tidak wajib mengulangi salat.
Syarat sucinya badan dari najis berdasarkan pada hadits yang berasal dari Anas, Rasulullah SAW bersabda:
تَنَزَّهُوا مِنَ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ
Tanazzahuu minal bawli fa'inna 'aamata 'adzaabil qabri minhu
Artinya: "Bersucilah kamu (dari air kencing), karena sesungguhnya, pada umumnya siksa kubur berasal darinya." (HR Daraquthni).
Adapun dasar yang mewajibkan sucinya baju sebelum salat adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Mudatsir ayat 4:
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ
Wa tsiyaabaka fa thahhir
Artinya: "Dan pakaianmu bersihkanlah."
4. Menutup Aurat
Menutup aurat merupakan salah satu syarat sahnya salat yang wajib dipenuhi setiap Muslim. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-A'raf ayat 31.
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَࣖ
Yaa banii aadama khudzuu ziinatakum 'inda kulli masjidiw wa kuluu wasyrabuu wa laa tusrifuu, innahuu laa yuhhibbul-musrifîn
Artinya: "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."
5. Menghadap Kiblat
Dalam buku Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, para ulama sepakat bahwa orang yang melaksanakan salat harus menghadap ke arah Masjidil Haram atau Ka'bah ketika melaksanakan salat.
Hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 144.
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَاۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Qad narâ taqalluba waj-hika fis-samâ', fa lanuwalliyannaka qiblatan tardlâhâ fa walli waj-haka syathral-masjidil-ḫarâm, wa ḫaitsu mâ kuntum fa wallû wujûhakum syathrah, wa innalladzîna ûtul-kitâba laya'lamûna annahul-ḫaqqu mir rabbihim, wa mallâhu bighâfilin 'ammâ ya'malûn
Artinya: "Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."
(lus/lus)












































            
 
 
 
 
 
 
 
 
                
                
                
                
				
				
                
				
                
                
 
            
            
Komentar Terbanyak
Perbandingan Biaya Umrah Mandiri vs Travel, Ini Perkiraannya
Ma'ruf Amin Dukung Renovasi Ponpes Pakai APBN: Banyak Anak Bangsa di Sana
Gus Irfan soal Umrah Mandiri: Pemerintah Saudi Izinkan, Masa Kita Larang?