Presiden AS Donald Trump berencana memindahkan warga Gaza dengan alasan ingin membangunnya kembali. Namun, seruan ini mendapat kecaman banyak pihak.
Para ahli menyampaikan analisis terkait rencana Trump merelokasi warga Gaza. Hal ini dianggap akan memicu kekacauan lainnya.
Dilansir dari Al-Jazeera, Minggu (9/2/2025) Trump mengklaim keberhasilannya dalam kesepakatan gencatan senjata yang menghentikan perang di Gaza. Namun, ia berencana memindahkan paksa warga Palestina dari wilayah Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump berulang kali menyerukan agar Gaza dikosongkan. Seruan ini diklaim oleh banyak pihak sebagai langkah AS untuk mengambil alih paksa wilayah Palestina.
Para pemimpin di seluruh dunia telah memperingatkan bahwa mengusir warga Palestina dari Gaza akan mengganggu stabilitas seluruh wilayah Timur Tengah.
"Seruan Presiden Trump ini benar-benar keterlaluan dan tidak masuk akal. Pembersihan etnis terhadap lebih dari dua juta orang Palestina dari Gaza sangat merusak peluang untuk kelanjutan gencatan senjata," kata Josh Ruebner, seorang dosen di program Keadilan dan Perdamaian Universitas Georgetown.
"Tentu saja, pembersihan etnis Palestina tidak ada dalam perjanjian gencatan senjata apa pun, dan dengan Trump mengajukan opsi itu, ia akan merusak proses yang sangat sensitif itu."
Gencatan Senjata di Gaza
Gencatan senjata di wilayah Gaza mulai berlaku pada 19 Januari. Trump berpendapat bahwa upaya negosiasinya, yang dipimpin oleh utusan Timur Tengah Steve Witkoff, berperan penting dalam menyegel kesepakatan itu.
Trump menyerukan gencatan senjata dalam pidato pelantikannya saat ia berjanji untuk membuat kesan sebagai "pembawa perdamaian dan pemersatu".
Beberapa hari kemudian, Trump mengusulkan untuk mengosongkan Gaza dari penduduknya. Pada Selasa (4/2/2025) lalu, Trump membacakan pernyataan yang telah disiapkan sebagai usulannya saat berbicara bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
"AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukannya. Kami akan menguasainya," kata Trump.
Meskipun Trump berkomentar demikian, gencatan senjata terus berlanjut. Senjata tetap tidak bersuara, dan Hamas akan membebaskan tiga tawanan Israel lagi dalam beberapa hari mendatang sebagai ganti 183 warga Palestina yang ditahan oleh Israel.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga mengatakan bahwa pemindahan warga Palestina di Gaza akan dilakukan untuk sementara, dan nantinya penduduk akan dapat pindah kembali setelah pembangunan kembali.
Namun pernyataan menlu AS ini bertolak belakang dengan statement Trump yang menegaskan bahwa rencananya ini adalah untuk memindahkan warga Palestina di Gaza secara permanen dan mengklaim wilayah itu untuk AS.
Tanggapan Berbagai Pihak
Khalil Jahshan, direktur eksekutif Arab Center Washington DC, mengatakan usulan Trump menandakan timbulnya malapetaka bagi gencatan senjata.
"Apa yang kami dengar dari Gedung Putih minggu ini, menurut penilaian saya yang sederhana, benar-benar menghancurkan perjanjian gencatan senjata. Sudah hilang," kata Jahshan.
"Itu menghilangkan tujuan perjanjian gencatan senjata: solusi untuk hari berikutnya bagi Gaza dan rakyat Gaza. Jika orang-orang Gaza akan dipindahkan secara etnis ke tempat-tempat seperti Indonesia atau Albania atau ke mana pun, lalu apa tujuan melanjutkannya?" lanjut Jahshan.
Tanggapan juga datang dari Khaled Elgindy, seorang analis Timur Tengah. Ia berpendapat bahwa Trump sama sekali tidak tertarik pada gencatan senjata untuk kesejahteraan warga Palestina. Ia hanya ingin mendapat penghargaan dan klaim positif dari dunia.
"Donald Trump tidak tertarik pada gencatan senjata untuk kesejahteraan warga Palestina," kata Khaled Elgindy.
"Ia tertarik pada tajuk utama gencatan senjata. Ia menginginkan penghargaan. Ia ingin mengatakan, 'Saya menang. Saya orang yang melakukannya.' Dia tidak peduli apakah kesepakatan itu dilaksanakan atau gagal atau berakhir dengan pembersihan etnis."
Ketika ditanya tentang gencatan senjata di Gedung Putih minggu ini, Netanyahu berjanji untuk terus mengejar tiga tujuan perang: membebaskan tawanan, menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, serta memastikan bahwa Gaza tidak menimbulkan ancaman bagi Israel.
Pemimpin dari berbagai negara sepakat mengecam pernyataan dan rencana Trump soal relokasi warga Gaza. Hal ini dianggap sebagai sebuah pelanggaran dan menjadi pemicu munculnya kekacauan baru.
(dvs/inf)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!