Sejarah Kung Fu Halal Bernama Chaquan oleh Etnis Muslim China

Sejarah Kung Fu Halal Bernama Chaquan oleh Etnis Muslim China

Yusuf Alfiansyah Kasdini - detikHikmah
Kamis, 05 Des 2024 10:15 WIB
referensi
Foto: Freepik/Freepik
Jakarta -

Kung Fu adalah salah satu seni bela diri yang sudah dikenal luas di seluruh dunia, bahkan telah menjadi simbol kebudayaan Tiongkok. Dengan gerakan yang indah dan teknik yang mendalam, Kung Fu telah menginspirasi jutaan orang.

Namun, ada sisi lain dari sejarah Kung Fu yang mungkin belum banyak diketahui, yaitu versi yang dikembangkan oleh etnis Muslim China yang bernama etnis Hui yang dikenal dengan aliran Chaquan.

Chaquan atau yang disebut sebagai Kung Fu Halal adalah sebuah bentuk seni bela diri yang tidak hanya mengedepankan kekuatan fisik, tetapi juga menekankan pada nilai-nilai moral dan ibadah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seni bela diri ini muncul di tengah-tengah masyarakat Muslim Tiongkok, yang ingin mempertahankan tradisi bela diri mereka tanpa melanggar ajaran agama. Dengan perpaduan unik antara budaya Tiongkok dan ajaran Islam, Chaquan menunjukkan bahwa keduanya bisa berjalan beriringan.

Sejarah Hubungan Ajaran Islam dengan Bangsa China

Menurut laporan 1001 Years of Missing Martial Arts susunan Master Mohammed Khamouch yang dpublikasikan Foundation for Science Technology and Civilisation (FSTC) Limited pada 2007, ajaran Islam telah berinteraksi dengan budaya dan masyarakat China sejak abad-abad awal Islam.

ADVERTISEMENT

Hubungan ini dimulai melalui perjalanan panjang pedagang dan pelancong Muslim dari wilayah Arab dan Persia yang datang ke China untuk tujuan perdagangan, melalui Jalur Sutra yang akhirnya membuka jalan bagi penyebaran ajaran Islam.

Mereka menghadapi perjalanan yang sangat berbahaya, namun tekad untuk membangun hubungan dagang yang kuat membuat mereka tetap bertahan. Kota-kota seperti Chang'an (sekarang Xian), pelabuhan al-Zaytun (Quanzhou), dan Guangzhou (Canton) menjadi pusat bagi etnis Muslim di China, yang berkembang pesat dalam berbagai bidang, seperti ekonomi dan budaya.

Pada masa itu bangsa Arab, membangun masjid, dan menunjuk hakim-hakim Muslim (Qadi) yang memutuskan perkara sesuai dengan hukum syariah. Ajaran Islam tidak hanya diterima sebagai bagian dari kehidupan masyarakat China, tetapi juga sebagai fondasi dalam sistem pemerintahan dan sosial yang ada di China.

Pada masa Dinasti Tang dan selanjutnya, ajaran Islam mulai memberikan pengaruh yang signifikan. Selama Dinasti Yuan, yang dipimpin oleh Kublai Khan, umat Islam diberi kedudukan khusus. Mereka banyak diangkat sebagai pejabat tinggi, penasihat militer, ilmuwan, dan ahli dalam berbagai bidang, seperti astronomi, kedokteran, farmasi, dan filosofi.

Pemerintah Dinasti Yuan juga memberikan ruang bagi umat Islam untuk berperan dalam administrasi dan pemerintahan. Sejumlah pejabat Muslim menduduki posisi tinggi, termasuk gubernur dan penasihat militer.

Ajaran Islam juga memengaruhi perkembangan seni bela diri di China, khususnya dalam seni bela diri tradisional seperti Shuai Chiao, yang menjadi cikal bakal dari kung fu.

Beberapa tokoh Muslim, seperti Ch'ang Tung Sheng, seorang ahli seni bela diri Shuai Jiao, dikenal di China karena kemampuannya yang luar biasa dalam bertarung. Beliau turut berperan dalam mempopulerkan seni ini di kalangan masyarakat China.

Etnis Muslim China: Muslim Hui

Etnis Muslim Hui adalah kelompok minoritas Muslim di Tiongkok, memiliki ciri khas yang membedakan mereka dari kelompok etnis lainnya, termasuk Uighur. Meskipun berasal dari berbagai latar belakang etnis, status minoritas mereka diakui berdasarkan agama, yakni Islam seperti yang diungkapkan oleh Thomas A. Green dkk. dalam bukunya Martial Arts of the World.

Kehadiran mereka dalam dunia bela diri juga cukup unik. Mungkin salah satu alasan utama adalah kebutuhan untuk melindungi diri yang akhirnya menjadi bagian penting dari identitas kebudayaan mereka.

Sejarah hubungan antara etnis Hui dan bela diri dimulai sejak Dinasti Yuan (1279-1368). Ketika pasukan Mongol menaklukkan Tiongkok, banyak bangsa Muslim yang menjadi bagian dari tentara Mongol dan mengenal beragam teknik bela diri, mulai dari pertarungan tangan kosong, gulat, memanah, hingga latihan kekuatan.

Pengetahuan ini masih dibawa oleh etnis Hui setelah keluar dari militer, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun etnis Hui tersebar di berbagai wilayah Tiongkok, mereka tetap mempertahankan tradisi bela diri untuk menjaga identitas Islam mereka yang membuat mereka menonjol di masyarakat China lainnya.

Pada masa Dinasti Qing, beberapa jenderal terkenal berasal dari kalangan Hui, dan Kaisar Qianlong bahkan memberikan pujian bahwa "Etnis Hui di Tiongkok memiliki kecenderungan untuk berfokus pada kekuatan dan keberanian."

Di antara berbagai aliran bela diri, ada beberapa yang secara khusus dihubungkan dengan etnis Hui, seperti shajiaquan, chaquan, bajiquan, jiaomen tantui dan tombak liuhe. Selain itu, bela diri gulat China atau shuai-jiao juga menjadi bagian dari warisan etnis Hui, dengan tokoh terkenal seperti Wang Ziping (1881-1973) yang mempopulerkan aliran ini pada abad ke-20.

Sejarah Kung Fu Halal Aliran Chaquan

Kung Fu Halal aliran Chaquan yang juga dikenal sebagai Zha Chuan, memiliki sejarah yang sangat khas dan kaya akan pengaruh budaya Islam. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, aliran ini pertama kali berkembang di kalangan kaum Hui-China yang mayoritas beragama Islam. Chaquan muncul sebagai bentuk seni beladiri yang unik dengan asal-usul yang berhubungan erat dengan para pengelana dan strategi militer sesuai dengan latar belakang etnis mereka.

Menurut buku D'Cornelis Wushu yang ditulis oleh Cornelis Francis, Chaquan atau Zha Chuan pertama kali diajarkan di China oleh seorang pengelana asal Turki bernama Shameer, yang dikenal di masyarakat China sebagai Zha Mi-er.

Namun, terdapat juga versi lain yang menyatakan bahwa Zha Chuan sebenarnya berasal dari ilmu Jiazi Quan, sebuah seni beladiri yang diajarkan oleh Jenderal Hua Zong-qi.

Dalam versi ini, Cha Yuan-yi yang juga dikenal dengan nama Zha Mi-er adalah sosok yang memainkan peran penting dalam pengembangan Jiazi Quan menjadi bentuk yang lebih terstruktur dan dikenal luas sebagai Xiaojia Jiazi Quan.

Xiaojia Jiazi Quan ini kemudian menjadi dasar bagi perkembangan Zha Chuan yang dikenal sekarang. Dengan kata lain, Zha Mi-er sering dianggap sebagai tokoh utama dalam transformasi Jiazi Quan menjadi Cha Qua dengan banyak teknik yang berkembang dari sana.

Seiring berjalannya waktu, meskipun Zha Chuan lebih banyak dikenal dalam etnis Hui-China, aliran ini tetap menjaga hubungannya sebagai seni beladiri yang menghormati tradisi dan nilai-nilai Islam.

Kung Fu Halal dalam bentuk Chaquan atau Zha Chuan tetap menjadi simbol kehormatan dan keunggulan dalam etnis Muslim Hui, serta menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Islam di Tiongkok.




(inf/inf)

Hide Ads