Kenali Tanda Istidraj, Ujian dari Allah Dalam Bentuk Rezeki

Kenali Tanda Istidraj, Ujian dari Allah Dalam Bentuk Rezeki

Bayu Ardi Isnanto - detikHikmah
Kamis, 07 Nov 2024 11:00 WIB
Ilustrasi harta emas
Foto: Getty Images/iStockphoto/chonticha wat
Jakarta -

Istidraj merujuk pada ujian Allah SWT yang hadir sebagai harta, jabatan, dan berbagai hal lain yang disukai manusia. Rezeki yang sesungguhnya adalah istidraj tentu tidak memberi keberkahan.

Karena itu, seorang muslim wajib mewaspadai tanda-tanda istidraj dalam kehidupannya. Selanjutnya, tiap muslim wajib waspada dan selalu mendekat pada Allah SWT.

Apa Itu Istidraj?

Secara bahasa, arti istidraj adalah tangga, meningkat, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, ataupun perlahan-lahan. Dilansir dari khutbah Jumat di situs Kemenag, istilah ini berasal dari kata istadraja-yastadriju-istidrâjan yang berakar dari kata daraja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara secara istilah, istidraj berarti kenikmatan berupa materi atau duniawi yang diberikan kepada seseorang. Rezeki yang makin bertambah nyatanya tidak membawa kenikmatan batin.

Seseorang yang diuji dengan istidraj akan mengira bahwa dirinya mendapatkan rezeki atas kemuliaan dari Allah. Tanpa dia sadari, Allah sedang murka dan ingin menghinakan dia perlahan-lahan dan bahkan membinasakannya.

ADVERTISEMENT

Melalui ilusi yang tak disadari ini, Allah membiarkan orang tersebut melakukan maksiat yang semakin melalaikan dari ibadah dan semakin jauh dari Allah. Pada saatnya tiba, Allah akan mencabut kesenangan itu dan membuat penyesalan yang terlambat.

Contoh dari istidraj adalah kisah Fir'aun yang mendapatkan kenikmatan duniawi namun tidak mau beriman, hingga akhirnya binasa tenggelam di lautan. Kisah lainnya adalah Qarun yang kekayaannya melimpah namun kikir, hingga kemudian dibenamkan bersama hartanya di dalam bumi.

Dalil Mengenai Istidraj

Istidraj ini dijelaskan dalam sejumlah ayat Al-Qur'an dan hadits. Rasulullah pernah bersabda yang diriwayatkan 'Uqbah bin Amir RA

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

Artinya: "Apabila engkau melihat Allah memberi karunia dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia inginkan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj dari-Nya." (HR Ahmad).

Istidraj juga terdapat dalam firman Allah surat Al-An'am ayat 44

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ

Arab latin: Fa lammā nasụ mā żukkirụ bihī fataḥnā 'alaihim abwāba kulli syaī`, ḥattā iżā fariḥụ bimā ụtū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisụn

Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."

Selain itu, istidraj juga dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 178 yang artinya:

وَلَا يَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّمَا نُمْلِى لَهُمْ خَيْرٌ لِّأَنفُسِهِمْ ۚ إِنَّمَا نُمْلِى لَهُمْ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Arab latin: Wa lā yaḥsabannallażīna kafarū annamā numlī lahum khairul li`anfusihim, innamā numlī lahum liyazdādū iṡmā, wa lahum 'ażābum muhīn

Artinya: "Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan."

Tanda-tanda Istidraj

Bagaimana cara membedakan istidraj dengan kesenangan yang datang dari kebaikan Allah? Berikut ciri-ciri Istidraj:

1. Kenikmatan Melimpah tapi Keimanan Menurun

Dilansir dari buku Mengeluhlah Karena Kita Membutuhkan-Nya oleh Frans Hendarsah dan Rahmi Herliani, tanda pertama dari ujian istidraj adalah datangnya kenikmatan duniawi meski keimanan menurun.

2. Semakin Kikir, Harta Terus Melimpah

Disebutkan dalam surat Al-Humazah ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya:

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ ۝١

Arab latin: wailul likulli humazatil lumazah

Artinya: "Celakalah setiap pengumpat lagi pencela."

ࣙالَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗۙ ۝٢

Arab latin: alladzî jama'a mâlaw wa 'addadah

Artinya: "Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya."

يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗٓ اَخْلَدَهٗۚ ۝٣

Arab latin: yaḫsabu anna mâlahû akhladah

Artinya: "Dia (manusia) mengira bahwa hartanya dapat mengekalkannya."

Hal ini menjadi tanda istidraj, yaitu ketika seseorang sangat senang dengan hartanya namun membuatnya semakin kikir. Allah mungkin akan terus menambah kekayaannya, tetapi hal ini akan membinasakannya.

3. Melakukan Kemaksiatan tapi Bahagia

Orang beriman akan bersedih atas maksiat yang pernah dia lakukan. Maka berhati-hatilah ketika kemaksiatan membuat kamu bahagia, maka hal ini adalah ujian istidraj.

Dalam buku Mutiara Nahjul Balaghah, Ali bin Abi Thalib RA telah mengingatkan perihal istidraj. "Hai anak Adam, ingat dan waspadalah bila kau melihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepada-Nya," tulis kitab tersebut.

4. Sombong Atas Kenikmatan Duniawi

Hal-hal duniawi bukanlah hal penting di mata Allah, sehingga kita tidak boleh terlalu membanggakannya. Terlebih lagi ketika seseorang merasa sombong atas yang dia peroleh di dunia dan merasa hal tersebut diperoleh atas usahanya, bukan dari pemberian Allah SWT.

5. Jarang Sakit Atau Tertimpa Musibah

Orang yang diuji istidraj jarang sakit meski sering berbuat maksiat dan lalai terhadap Allah. Dia juga jarang ditimpa musibah meski tak pernah mengingat Allah SWT. Padahal Allah sering menguji hamba-Nya dengan sakit dan musibah karena ingin hamba-Nya kembali mengingat Allah.

6. Hatinya Mati

Istidraj akan menimpa orang yang hatinya telah mati. Mereka tidak merasa sedih karena meninggalkan ibadah dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang dilakukan.

Hal tersebut berkebalikan dengan sabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa yang merasa bergembira karena amal kebaikannya dan sedih karena amal keburukannya, maka ia adalah seorang yang beriman" (HR Tirmidzi).

Cara Menghindari Istidraj

Sebagai orang beriman, tentu kita harus menghindari istidraj. Berikut ini beberapa cara menghindari istidraj yang dilansir dari situs Universitas An Nur dan buku 17 Maksiat Hati oleh Shabri Shaleh Anwar:

  • Selalu meningkatkan ibadah kepada Allah, terlebih ketika mendapatkan kenikmatan duniawi.
  • Selalu meaksanakan sholat, membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya, berpuasa, zakat dan berhaji jika mampu.
  • Selalu menjauh dari segala bentuk kemaksiatan.
    Mulai dari menjaga pandangan, lisan, pendengaran, hingga hati dari hal-hal yang tidak diridhai Allah.
  • Selalu meyakini bahwa segala nikmat datangnya dari Allah SWT, bukan dari diri sendiri.
  • Bersyukurlah kepada Allah SWT dengan ucapan, perbuatan dan juga dalam hati.
  • Berdoalah agar terhindar dari istidraj. Dengan berdoa, kita akan selalu ingat kepada Allah dan takut jika kenikmatan yang dia dapatkan tidak berkah.

Demikian telah kita ketahui bahwa kenikmatan duniawi bukanlah ukuran kasih sayang dari Allah. Semoga kita selalu dihindarkan dari istidraj.




(bai/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads