Mezquita de Cordoba atau Masjid Agung Cordoba adalah masjid indah nan megah yang berada di Cordoba, Spanyol. Masjid ini dibangun atas perintah Abdurrahman Al-Dakhil, penguasa pertama Dinasti Umayyah di Andalusia pada tahun 169-170 H/784-785 M.
Menukil buku Jejak-Jejak Islam karya Ahmad Rofi Usmani, sang penguasa membangun Masjid Cordoba sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas kemakmuran yang dicapai negaranya. Selain itu, masjid ini juga untuk mengimbangi kemegahan Masjid Umawi di Damaskus.
Masjid yang juga sekaligus Katedral ini memiliki peran penting dalam membentuk dua budaya dan agama, Islam dan Kristen di Andalusia selama berabad-abad silam. Lalu, bagaimana sejarah lengkap dari Masjid Cordoba?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Masjid Cordoba Spanyol
Di dalam buku Sejarah Klasik Islam oleh Musyrifah Sunanto, dijelaskan bahwa pada daerah Andalusia yang saat ini disebut Spanyol yang berada di benua Eropa, masuk dalam kekuasaan Dinasti Bani Umayyah ditandai sejak Thariq bin Ziyad mengalahkan pasukan Spanyol yang dipimpin oleh Roderik, raja bangsa Gothia pada 92 H/711 M. Kegemilangan dalam kemenangan ini menjadi titik awal untuk menaklukan kota-kota di semenanjung Andalusia.
Menukil buku Islam dalam Narasi Sejarah dan Peradaban oleh Siti Rohmah dan Anas Budiharjo, salah satu peninggalan di wilayah Andalusia adalah Masjid Cordoba. Awalnya Masjid Cordoba adalah masjid yang sangat indah, namun direbut dan dialih fungsikan menjadi gereja.
Namun, Mark Nayler penulis artikel berjudul A Brief History of The Mosque-Cathedral of Cordoba yang diterbitkan pada 10 Juli 2018 mengatakan, sebelum berdirinya Masjid Cordoba, situs ini awalnya adalah rumah bagi sebuah kuil Romawi, yang kemudian digantikan oleh Gereja Visigoth. Pada tahun 711 M, saat bangsa Moor menduduki Andalusia, bangunan Visigoth dibagi menjadi dua bagian dan digunakan sebagai tempat ibadah umat Kristen serta Islam sebagai bentuk toleransi.
Masjid Cordoba lantas dibangun atas inisiatif dari Abdurrahman Al-Dakhil tahun 784 M yang saat itu memiliki panjang 65 meter dan lebar 75 meter. Arsitek Masjid Cordoba lebih memfokuskan pembangun pada perluasan ruang salat.
Penyempurnaan Masjid Cordoba diteruskan oleh generasi-generasi penerus Abdurrahman. M. Hisyam Al-Ridha, putra Abdurrahman menyelesaikan pembangunan di bangunan utama dan menara masjid.
Pengganti selanjutnya, Al-Hakam I, memberi perintah untuk membangun dua serambi besar pada arah kiblat. Berikutnya, penambahan ruangan besar serta tiang bergaya hypostyle sebanyak 200 tiang dilakukan oleh Abdurrahman II.
Pada pemerintahan Abdullah, arcade dibangun. Arcade mempunyai atap lengkung yang berfungsi sebagai penghubung antara mihrab dan istana.
Saat Abdurrahman III naik, menara yang didirikan Hisyam I diganti menggunakan menara baru dengan tinggi 34 meter berbentuk persegi. Pembangunan itu diawasi oleh al-Muntasir, seorang ahli mosaik dari Konstantinopel.
Penyempurnaan akhir dilaksanakan oleh Khalifah al Hakam II. Beliau memberikan sentuhan monumental dengan mengubah bentuk ruang salat yang berada di depan mihrab.
Akan tetapi sangat disayangkan, dalam sejarahnya masjid ini pernah diubah menjadi gereja katedral saat penguasa Spanyol kembali menguasai Cordoba. Tepatnya pada 1532 M, di jantung masjid ini didirikan sebuah gereja katedral besar yang menyita sepersepuluh luas bangunan masjid.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina