Larangan Bulan Suro Masyarakat Jawa, Bagaimana Menurut Islam?

Larangan Bulan Suro Masyarakat Jawa, Bagaimana Menurut Islam?

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 03 Jul 2024 11:45 WIB
Kirab malam 1 Suro Keraton Solo, Rabu (19/7/2023).
Kirab malam 1 Suro Keraton Solo (Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng)
Jakarta -

Pergantian tahun dalam kalender Hijriah sebentar lagi akan tiba. Menandakan datangnya bulan Muharram, bulan pertama dan penuh makna bagi umat Islam.

Di masyarakat Jawa, Muharram juga dikenal dengan sebutan Suro. Bulan ini sarat akan tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa.

Masyarakat Jawa mempercayai ada sejumlah larangan bulan Suro yang harus dijauhi. Berikut beberapa larangan dalam bulan Suro serta pandangannya dalam Islam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak Boleh Bepergian

Salah satu larangan yang terdapat di bulan Suro adalah tidak boleh bepergian. Kepercayaan ini tumbuh dalam budaya masyarakat Jawa.

Menurut sebuah jurnal dari UIN Raden Intan Lampung yang ditulis oleh Isdiana berjudul Tradisi Upacara Satu Suro Dalam Perspektif Islam, bulan Suro sering kali dikaitkan dengan berbagai kepercayaan mistis dan dianggap sebagai bulan yang membawa kesialan, termasuk potensi bencana.

ADVERTISEMENT

Meskipun pandangan ini telah sangat melekat dalam masyarakat Jawa, penelitian tersebut menjelaskan bahwa bulan Muharram, atau Suro, sebenarnya adalah bulan yang sangat dihormati dalam ajaran Islam.

Dalam sejumlah kitab-kitab tafsir dikatakan, mencela waktu adalah kebiasaan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan bahwa yang merugikan dan mencelakakan mereka adalah waktu.

Allah pun mencela perbuatan tersebut. Allah Ta'ala berfirman,

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

"Dan mereka berkata: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa (waktu)', dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (QS. Al Jatsiyah 24)

Disebutkan dalam Tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama RI, ayat tersebut menjelaskan keingkaran orang-orang musyrik terhadap hari kebangkitan. Mereka menganggap kehidupan hanya dunia saja. Orang-orang ini suka mencela waktu.

Keterangan itu diperkuat dengan kebiasaan orang-orang Arab jahiliyah yang mencela waktu ketika ditimpa bencan aatau musibah. Mereka mengumpat karena menganggap masa itulah sumber dari musibah.

Dilarang Menggelar Pesta Pernikahan

Menurut sebuah artikel dalam Journal of Sharia Edisi Juni 2022, masyarakat Jawa masih mempertahankan kepercayaan lama yang mencegah mereka mengadakan pernikahan di bulan Suro.

Berdasarkan tradisi yang telah turun-temurun, mereka percaya bahwa menikah pada bulan ini dapat membawa kesialan. Oleh karena itu, selama bulan Suro atau Muharram, masyarakat Jawa cenderung menghindari pernikahan dan acara besar lainnya.

Namun, mengutip dari arsip detikcom, tidak ada satu pun dalil yang melarang pernikahan di bulan Muharram, baik dari Al-Quran atau hadits. Umat Islam dapat menikah di bulan apa saja, termasuk bulan Muharram.

Dilarang Membangun atau Pindah Rumah

Menurut sebuah artikel dalam Journal of Sharia Edisi Juni 2022 berjudul Larangan Menikah di Bulan Suro Perspektif Hukum Adat Jawa dan Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Ngampelrejo Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban) karya Muhammad Hadi Prayitno dan Zamroni Ishaq, masyarakat Jawa masih mempertahankan kepercayaan lama yang mencegah mereka mengadakan pernikahan di bulan Suro.

Dalam video yang diunggah di kanal Youtube Al Bahjah TV, Prof KH Yahya Zainul Ma'arif Lc MA PhD, yang lebih dikenal sebagai Buya Yahya, menyampaikan bahwa dalam Islam tidak ada aturan spesifik mengenai waktu yang paling baik untuk memulai pembangunan rumah.

"Setiap bulan adalah baik. Tidak perlu menunggu Muharram, Rajab, atau bulan Puasa. Yang penting adalah pembangunnya ikut berpuasa Ramadan. Tidak ada aturan yang menyatakan sebaliknya," tegas Buya Yahya.

Buya Yahya menambahkan bahwa kepercayaan tentang hari baik dan hari buruk hanya merupakan mitos yang beredar dari generasi ke generasi. Tidak ada dasar khusus yang membuat kita harus takut pada hari tertentu yang bisa mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan.




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads