Fitnah

Kolom Hikmah

Fitnah

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 26 Apr 2024 08:00 WIB
Poster
Aunur Rofiq. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Fitnah adalah salah satu dosa terbesar. Fitnah adalah perbuatan menuduh seseorang telah melakukan sesuatu padahal orang tersebut tidak melakukannya. Fitnah merupakan perbuatan yang sangat tercela karena bisa merusak nama baik diri sendiri, merusak nama baik orang lain, dan menimbulkan perpecahan. Fitnah juga bisa menimbulkan banyak penyakit hati, seperti syirik, angkuh, kikir, dan kesengsaraan.

Karena fitnah adalah dosa yang serius dan lebih serius daripada pembunuhan, siapa pun yang melakukan dosa ini menghadapi konsekuensi yang sangat serius. Karena besarnya dosa, pelakunya dianggap kafir dan akan mendapat hukuman berat di Neraka Jahannam. Sebagaimana dalam firman-Nya surah at-Taubah ayat 49 yang artinya, "Dan di antara mereka ada orang yang berkata, "Berilah aku izin (tidak pergi berperang) dan janganlah engkau (Muhammad) menjadikan aku terjerumus ke dalam fitnah." Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sungguh, Jahanam meliputi orang-orang yang kafir."

Selain pelaku masuk neraka, fitnah juga menghalangi pelaku menerima syafaat Nabi Muhammad SAW. Yang lebih menyedihkan adalah orang yang memfitnah itu sama terkutuknya dengan setan. Mengapa? Karena setan juga sangat menyukai dusta dan menyesatkan orang lain dari jalan Allah SWT. Sama seperti orang yang memfitnah karena juga berbohong dan membuat orang lain membenci orang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terakhir, fitnah menghalangi pelakunya masuk surga. Mengapa? Karena ketika amal dan dosa ditimbang di akhirat, maka fitnah harus mempertanggungjawabkan fitnahnya. Ketika semua perbuatan baik selesai, dosa orang yang difitnah dipindahkan ke orang yang memfitnah, dan bobot dosanya menjadi bertambah.

Berita bohong yang saat ini telah banyak beredar dan sengaja digunakan untuk kepentingan tertentu dapat disamakan dengan fitnah. Karena keduanya sama-sama berita bohong atau dusta dan bisa merusak persatuan antar umat beragama. Sebenarnya dalam Al-Qur'an, Allah SWT sudah memperingatkan umatnya untuk mengecek setiap berita yang diterima apakah benar atau tidak, yaitu pada firman-Nya surah al-Hujurat ayat 6 yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

ADVERTISEMENT

Pelaku yang menyebarkan berita bohong pastinya akan menyesal ketika amal perbuatan dan dosanya dihitung di akhirat. Karena semua fitnah yang disebarkan harus dipertanggungjawabkan dengan memberikan amal baik ke orang yang difitnah atau menerima amal buruk yang dimiliki orang yang difitnah. Selain itu, jika terjadi musibah pada suatu lingkungan atau negara akibat perbuatan fitnah, pelaku yang menyebarkan tersebut juga pasti akan menerima akibatnya.

Adapun perintah melarang menyebarkan berita bohong dalam firman-Nya surah al-Isra' ayat 36 yang artinya, "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya."
Maknanya, janganlah kita mengikuti sesuatu yang belum jelas kebenarannya baik itu berupa berita bohong (hoax) maupun ujaran kebencian (hate speech). Dan kita harus berhati-hati terhadap hal tersebut karena segala sesuatu baik itu berupa penglihatan (mata), pendengaran (telinga) dan hati kita akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari pembalasan. haruslah semuanya itu digunakan dalam rangka untuk pengabdian diri dan mencari ridha Allah SWT.

Anjuran yang harus dilakukan untuk meneliti kebenaran suatu berita sudah dituntun sesuai dengan firman-Nya di atas dalam surah al-Hujurat ayat 6 dan surah al-Isra' ayat 36. Oleh karena itu sebelum menyampaikan opini sebaiknya diendapkan dalam hati dulu, jika itu benar dan membawa manfaat maka sampaikanlah dan jika tidak benar atau belum yakin kebenarannya sebaiknya diam.

Janganlah engkau gunakan ukuran sesuai dengan karaktermu, jika engkau suka "mengambil" yang bukan hakmu maka ukuran tersebut janganlah kau timpakan pada orang lain. Hindarilah sesuatu opini yang kau sampaikan sebelum engkau tahu persis persoalannya. Akan elok sebelum engkau mengeluarkan opini, dengan tabayyun dulu (adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya) agar opinimu tidak menjadi fitnah.

Ingatlah nasihat Hasan Bashri: Menyebut orang lain itu ada tiga macam, gibah (menggunjing), buhtan (fitnah) dan ifki (dusta). Ketiganya ini hendaknya dihindari dan dijauhi, meskipun zaman sekarang ketiganya ini sering dijadikan alat strategi untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

Tentu bagi orang-orang yang beriman selalu menjauhi penyakit hati ini, khususnya fitnah. Perbuatan ini disamakan dengan perbuatan setan karena sama-sama suka dusta, dan berbohong. Pelaku perbuatan ini menghalangi dirinya masuk surga. Oleh sebab itu, jauhilah dan hindarkan dirimu dari bisikan setan untuk berbuat fitnah. Semoga Allah SWT. selalu memberikan kekuatan iman agar tidak tergoda untuk melakukan fitnah.

*) Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads