Ikhlas: Pengertian, Tingkatan dan Manfaatnya

Dalam perjalanan hidupnya, manusia kerap dihadapkan pada situasi yang tidak selaras dengan rencana atau keinginannya. Dampaknya, seringkali manusia merasa putus asa dan bersedih.

Meskipun demikian, setiap cobaan atau rintangan yang muncul seharusnya dihadapi dengan penuh keikhlasan. Pentingnya untuk selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dan pertolongan.

Ikhlas menjadi kunci utama dalam menjalani ibadah dan kehidupan sehari-hari. Sebab, tindakan yang dilakukan dengan ikhlas termasuk dalam perbuatan yang terpuji.

Pengertian Ikhlas

Ikhlas adalah perbuatan tulus yang dilakukan oleh manusia tanpa mengharapkan imbalan. Perbuatan ini dilakukan oleh hati sehingga masuk dalam kategori ibadah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ikhlas diartikan sebagai bersih hati atau tulus hati. Artinya, dalam menjalani kehidupan, manusia perlu memiliki sikap ikhlas agar hatinya selalu bersih.

Seseorang yang mampu menerima segala sesuatu secara ikhlas memiliki hati yang tulus. Hal ini berarti ia menerima takdir dan ketetapan dari Allah SWT untuknya. Menurut buku "Ikhlas" karya Umar Sulaiman al-Asygar, dalam agama Islam, ikhlas merupakan tujuan utama dari ibadah. Ia menyatakan bahwa ikhlas adalah ajaran dasar yang diutus kepada semua rasul Allah SWT.

Beberapa ulama lain juga memberikan definisi masing-masing mengenai ikhlas. Menurut Al Raghib dalam kitabnya "Mufradat", ikhlas adalah menyingkirkan segala sesuatu selain Allah SWT. Sementara itu, Sahl ibn Abdullah menyatakan bahwa ikhlas adalah menjadikan seluruh gerak dan diam hanya untuk Allah SWT.

Pada intinya, ikhlas adalah sikap menerima segala sesuatu dengan tulus hati dan tanpa pamrih. Dalam konteks agama Islam, ikhlas diartikan sebagai keikhlasan hati dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

Tingkatan Ikhlas

Nilai ibadah yang dikerjakan oleh tubuh sangat tergantung pada tingkat ikhlas yang dimiliki oleh hati seorang mukmin. Syekh Nawawi Al-Bantani membaginya menjadi 3 tingkatan, apa saja itu?

Menukil kitab Nurudh Dholam, Syekh Nawawi Al-Bantani menyebut seseorang bisa melakukan perbuatan ikhlas karena Allah, akhirat ataupun dunia. Berikut penjelasannya.

1. Ikhlas Karena Allah SWT

Menempatkan ikhlas karena Allah sebagai yang pertama dan utama. Dalam konteks ini, ikhlas bagi seorang mukmin saat beribadah kepada Allah dan melakukan amal saleh berarti tidak memiliki harapan apapun kecuali ridha Allah.

Tidak ada keinginan untuk meraih pahala surga atau menghindari siksa neraka. Menurut pandangan Syekh Nawawi, tingkatan ikhlas seperti ini berada pada puncak tertinggi.

2. Ikhlas Karena Akhirat

Tingkatan ikhlas yang kedua melibatkan beribadah dan beramal saleh dengan harapan mendapatkan pahala, mencapai surga, dan merasa takut akan siksa neraka. Syekh Nawawi menyatakan bahwa tingkatan ikhlas ini terletak pada posisi tengah.

3. Ikhlas Karena Dunia

Tingkatan ikhlas terakhir adalah beribadah dengan harapan mendapatkan balasan di dunia, seperti contohnya seseorang yang membaca Surat Al-Waqi'ah dengan harapan mendapatkan kekayaan, atau memberikan sedekah dengan harapan mendapat rezeki berlipat ganda, dan sebagainya. Syekh Nawawi menyatakan bahwa ikhlas seperti ini merupakan ikhlash yang berada pada tingkatan terendah.

Manfaat Ikhlas

Menurut buku Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas dan Tawakal karya Abdul Syukur al-Azizi, ada beberapa manfaat yang diperoleh ketika seseorang memiliki sifat ikhlas. Di antaranya adalah sebagai berikut:

• Jiwa selalu merasa tenang
• Dimudahkan dalam segala sesuatu
• Dapat menghindari dari perbuatan buruk
• Menggapai cinta manusia
• Meraih Kemenagan di dunia dan akhirat
• Mendapatkan pahala dari Allah SWT
• Meningkatkan kualitas ibadah
• Meningkatkan kepercayaan diri
• Menjadi teladan bagi orang lain

Ikhlas Saat Takdir Tidak Sesuai Harapan

Ikhlas Saat Takdir Tidak Sesuai Harapan