Istidraj Saat Anugrah Adalah Murka dan Ujian Allah SWT, Apa Cirinya?

Istidraj Saat Anugrah Adalah Murka dan Ujian Allah SWT, Apa Cirinya?

Elmy Tasya Khairally - detikHikmah
Minggu, 22 Okt 2023 13:00 WIB
Ilustrasi orang yang sombong
Foto: Getty Images/Paul Bradbury
Jakarta -

Ada orang-orang yang tak rajin beribadah, bersikap zalim, namun hidupnya senang. Hal ini bisa dikatakan sebagai istidraj.

Istidraj merupakan pemberian berupa kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Kemudian tiba-tiba semua kesenangan itu dicabut oleh Allah hingga mereka termangu dalam penyesalan

Istidraj Adalah

Mengutip buku Demi Masa oleh Malik al Mughis, istidraj adalah pemberian disertai murka Allah SWT. Dalam kitab al-Hikam, Ibnu Athaillah 'Alaihisalam-Sukandari mengatakan 'Takutlah pada kenikmatan-kenikmatan Allah yang senantiasa mengalir kepadamu, sedangkan engkau terus berbuat maksiat kepadaNya. Karena sesungguhnya adalah istidraj untukmu'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, menukil buku Kemasyhuran Syekh Abdurrauf As-Singkili karya Damanhuri Basyir, M.Ag, istidraj adalah terpedaya dengan suatu nikmat yang diberikan Allah, sehingga membuatnya lupa terhadap pemberi nikmat, yaitu Allah SWT. Nikmat yang ditermanya merupakan suatu kelebihan, tapi dia terkecoh. Sehingga tanpa disadari, dia sedang diuji oleh Allah. Rahmat yang diperoleh menjadi sarana terperosoknya ke jalan yang batil.

Menurut Kitab Al Mawaiz al-Badi'ah, istidraj merupakan suatu keadaan dalam hidup manusia yang berpeluang bisa membawanya jatuh ke derajat yang lebih rendah. Keadaan yang bisa membahayakan manusia tersebut terkait pula dengan akhlak manusia secara batiniyah kepada Allah. Sebab dari sikap inilah seseorang terlena, kemudian tanpa disadari, perbuatannya membuahkan sikap yang tak sesuai dengan tuntunan Allah.

ADVERTISEMENT

Ciri-ciri Istidraj

Bagaimana cara membedakan istidraj dengan kesenangan yang datang dari kebaikan Allah? Berikut ciri-ciri Istidraj :

1. Kenikmatan Melimpah Saat Keimanan Tengah Menurun

Ciri yang pertama yaitu kenikmatan duniawi semakin melimpah dan mudah didapat, sementara keimanan dan ibadah kepada Allah SWT sedang menurun. Mengutip buku Mengeluhlah Karena Kita Membutuhkanya oleh Frans Hendarsah dan Rahmi Herliani,
jika kamu menyaksikan pemberian Allah SWT dari materi perbuatan dosa, maka hal itu adalah aliran waktu dan penangguhan tempo belaka berupa istidraj.

Allah SWT berfirman dalam surat Al An'am ayat 44:

فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ

Artinya: Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.

2. Terus Melakukan Kemaksiatan tapi Kesuksesan Melimpah

Ciri selanjutnya yaitu ketika seseorang harus melakukan kemaksiatan, namun kesenangan dan kesuksesan datang kepadanya. Ali bin Abi Thalib r.a berkata Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau melihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya." (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal.121)

3. Semakin Kikir, Harta Terus Melimpah

Dalam surat Al Humazah ayat 1-3 Allah SWT berfirman "Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung (harta) lalu dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya."
Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang kikir yang selalu menghitung hartanya dan mengira hal itu akan mengukuhkan posisi dan kekuasaan di bumi. Maka Allah SWT akan menjadikan hal itu sebagai istidraj dengan sengaja membuat dirinya semakin kikir dan semakin bertambah kekayaannya.

4. Merasa Sombong Akan Apa yang Didapat di Dunia

Ciri selanjutnya adalah merasa segala kenikmatan yang didapatkan di dunia semata karena usahanya sendiri, tanpa campur tangan Allah SWT.

5. Jarang Terkena Penyakit dan Tertimpa Musibah Meski Tak Mengingat Allah SWT

Orang yang diberi istidraj jarang terkena penyakit meski sering melakukan perbuatan maksiat dan lalai beribadah. Dia pun jarang ditimpa musibah meski tak pernah mengingat Allah SWT.

6. Hatinya Mati

Biasanya, istidraj menimpa orang-orang yang hatinya mati. Adapun orang-orang yang mati hatinya adalah mereka yang tidak merasa sedih atas ketaatan yang ditinggalkannya dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang dilakukannya. Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَاتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَاتُهُ فَهُوَ الْمُؤْمِنُ

"Barangsiapa yang merasa bergembira karena amal kebaikannya dan sedih karena amal keburukannya, maka ia adalah seorang yang beriman" (HR. Tirmidzi).

Cara Menghindari Istidraj

Cara menghindari istidraj yaitu dengan mensyukuri nikmat Allah serta terus beribadah dan menjauhi kemaksiatan. Mengutip laman Universitas An Nur dan buku 17 Maksiat Hati oleh Shabri Shaleh Anwar, berikut penjelasannya.

  1. Sadari bahwa segala nikmat yang datang bersal dari Allah SWT, bukan dari diri sendiri. Bersyukur kepada Allah SWT dengan ucapan, perbuatan dan juga dalam hati
  2. Tingkatkan ibadah kepada Allah. Laksanakan sholat, membaca Al qur'an dan mengamalkannya, berpuasa, zakat dan haji jika mampu.
  3. Jauhi segala bentuk kemaksiatan. Mulai dari menjaga pandangan, pendengaran lisan, hingga hati dari hal-hal yang tidak baik
  4. Berdoa agar terhindar dari Istidraj. Doa merupakan senjata orang mukmin. Jadi dengan berdoa, semoga kita dihindarkan dari istidraj.

Itulah penjelasan mengenai istidraj, ciri-ciri dan cara menghindarinya. Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba yang selalu mensyukuri nikmat Allah SWT dan terhindar dari istidraj.




(elk/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads