Seluruh Manusia Telah Berjanji kepada Allah SWT Sebelum Lahir, Benarkah?

Seluruh Manusia Telah Berjanji kepada Allah SWT Sebelum Lahir, Benarkah?

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Senin, 18 Sep 2023 12:30 WIB
Ilustrasi samudra
Foto: Getty Images/iStockphoto/Placebo365
Jakarta -

Manusia saat berada di dunia, hidup dengan kepercayaan dan agama yang berbeda-beda. Tapi sesungguhnya, semua manusia sudah berjanji kepada Allah SWT ketika ia masih di dalam rahim. Janji apa itu?

Saat berada di alam rahim, setiap diri sudah menyampaikan janji setia kepada Allah SWT. Di antara janji tersebut adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.

Memang benar bahwa manusia sudah bersyahadat bahkan ketika dirinya belum dilahirkan di dunia. Hal ini tertulis dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 172 yang bunyinya,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, "Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,"

ADVERTISEMENT

Ayat ini menerangkan bahwa sejak di dalam kandungan, manusia sejatinya sudah mengucapkan syahadat dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT.

Saat berada di alam rahim, setiap diri sudah menyampaikan janji setia kepada Allah SWT. Di antara janji tersebut adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.

Namun kenyataannya, tidak semua manusia menepati janji yang mereka buat dengan Allah SWT tersebut. Manusia bisa saja menjadi orang yang beriman, apabila memegang teguh janjinya, dan kafir apabila lupa terhadap kesaksiannya dulu sebelum lahir di dunia.

Hal ini disebabkan karena manusia memiliki fitrah dan akal. Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku Dari Membela Tuhan ke Membela Manusia: Kritik Atas Nalar Agamaisasi Kekerasan oleh Aksin Wijaya.

Aksin Wijaya menyebutkan, manusia memiliki potensi menjadi muslim dan kafir sebab dirinya dikaruniai oleh Allah SWT fitrah dan akal.

Di satu sisi, manusia bisa menjadi muslim sesuai dengan fitrah yang sudah ditetapkan sejak dahulu. Ia tetap memegang teguh janji yang sudah dibuatnya sebelum ia lahir dari rahim ibunya.

Sehingga dirinya hidup dalam ajaran dan tuntunan Rasulullah SAW dan Al-Qur'an. Ia selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

Namun di sisi lain, manusia juga diberi akal oleh Allah SWT yang bisa digunakan untuk berpikir bebas tentang segala sesuatu. Akal tersebut bisa digunakan untuk memilih antara taat dan tunduk patuh kepada Allah SWT, atau menolak untuk mengikuti perintah-Nya. (QS. Al-Balad: 10)

Ibnu Katsir melalui Qashash Al-Anbiya juga menyebutkan hadits Nabi SAW perihal janji manusia kepada Allah SWT ini. Dan mayoritas ulama bersandar pada hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Anas bin Malik.

"Hajjaj telah menceritakan kepada kami, Syu'bah telah menceritakan kepada kami, dari Abu Imran al-Jauni, dari Anas bin Malik, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: 'Pada hari kiamat nanti seseorang akan ditanya, 'Seandainya kamu mempunyai sesuatu di bumi apakah kamu akan menjadikannya sebagai tebusannya?' Orang tersebut menjawab: 'Ya.'

Allah SWT berfirman: 'Sesungguhnya, Aku menginginkan sesuatu yang ringan darimu. Aku telah mengambil perjanjian darimu ketika kamu masih berada di punggung Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun. Namun, engkau menolaknya dan tetap saja mempersekutukan Aku'." (HR Ahmad dalam Musnad-nya [1/272]) Hadits ini juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari riwayat Syu'bah.

Manusia yang kafir adalah yang mengingkari janji kepada Allah SWT, enggan mengikuti aturan-Nya, dan enggan beriman terhadap tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah SWT.

Kafirnya seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah lingkungan keluarga. Seseorang yang telah difitrahkan menjadi muslim, dapat berubah menjadi seorang kafir karena orang tua mereka.

Seperti halnya yang dituliskan dalam buku Pendidikan Agama Islam oleh Al Ikhlas, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa setiap orang terlahir suci tapi orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Apabila dirinya tidak segera bertaubat dan kembali ke fitrahnya, yakni menyembah Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan, maka Allah SWT akan menimpakan azab yang pedih.

Dalam surah Al-Bayyinah ayat 6 yang bunyinya,

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah, saat berada di dalam rahim, setiap diri sudah menyampaikan janji setia kepada Allah SWT. Di antara janji tersebut adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.

Dan apabila seseorang tidak menepati janjinya dengan berubah bersikap kafir dan tidak mengikuti perintah-Nya, maka Allah SWT akan membalas perbuatannya dengan balasan yang setimpal.




(dvs/dvs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads