Ternyata dalam Islam, menjadi suami atau ayah yang tidak memiliki rasa cemburu adalah hal yang tidak diperbolehkan. Sebab, seorang suami atau ayah yang menginginkan kebaikan dalam keluarganya tidak akan membiarkan terjadi penyimpangan syariat dalam keluarganya.
Menukil dari buku Fiqih Keluarga Terlengkap oleh Rizem Aizid, dayyuts adalah suami yang membiarkan keluarganya dalam kekejian atau kerusakan dan keharaman. Dayyuts adalah tipe suami yang tidak memiliki rasa cemburu kepada istrinya.
Mengutip Tafsir Ibnu Katsir Volume 6 yang diterjemahkan Abdul Ghoffar, dkk mengatakan dayyuts atau qanza' adalah seorang yang tidak memiliki rasa cemburu. Sifat dayyuts seharusnya tidak ada pada diri seorang suami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kitab Al-kaba'ir yang ditulis oleh Al-imam Adzahabi, mendudukan suami addayuts, termasuk dosa besar ke-34. Dosa besar tersebut akan membinasakan pelakunya dengan ancaman azab diharamkan baginya surga.
Sebagaimana hadist Rasulullah SAW,
ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻣُﺪْﻣِﻦُ ﺍﻟْﺨَﻤْﺮِ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻕُ ﻭَﺍﻟﺪَّﻳُّﻮْﺙُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﻘِﺮُّ ﺍﻟْﺨَﺒَﺚَ ﻓِﻲ ﺃَﻫْﻠِﻪِ
Artinya: "Ada tiga golongan yang Allah SWT haramkan surga atas mereka (yaitu) pecandu bir, anak yang durhaka kepada dua orang tuanya, dan dayyuts yang membiarkan kemaksiatan pada istrinya (keluarganya)." (Shahih At Targhib wat Tarhib no. 2512)
Ciri-ciri Suami Dayyuts
Dalam Kamus Al-mu'jam Al-Wasith disebutkan bahwa Dayyuts adalah para lelaki yang menjadi pemimpin untuk keluarganya & tidak punya rasa cemburu serta tidak punya rasa malu. Yang dimaksud dengan tidak punya rasa cemburu adalah dengan membiarkan keluarganya bermaksiat tanpa mau mengingatkan.
Bermaksiat yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut,
- Tidak mau mendirikan shalat fardhu
- Membiarkan istri membuka auratnya ketika keluar rumah
- Membiarkan anak-anak yang sudah baligh dan berakal bergaul bebas
Kedudukan dan Peran Suami dalam Keluarga
Suami tentu harus bersikaplah sebagaimana kedudukan dan perannya dalam rumah tangga. Menukil dari laman Kementrian Agama, kedudukan & peran seorang suami didalam rumah tangganya cukup berat diantaranya:
1. Menjadi Pemimpi yang Bertanggungjawab atas Kepemimpinannya
Sebuah hadist shahih riwayat Imam Bukhari :
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
Abdullah bin Umar berkata, Aku mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala negara) merupakan pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami merupakan pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut.(HR.Bukhari).
2. Suami Sebagai Penyelamat Keluarga dari Siksa Api Neraka
Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak mendurhakai Allah SWT terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6).
3. Suami harus Mawas Diri Terhadap istri dan Anaknya yang dapat Menjadi Musuh
Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anakmu melalaikanmu daripada memperingati Allah. Barangsiapa berbuat demikian maka mereka termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun: 9).
Dalam penafsiran Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitabnya (1301-1372 M), arti 'menjadi musuh bagimu' adalah melalaikan dirimu dari melakukan amal sholeh dan bisa menjerumuskan kamu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah SWT.
Belum terlambat bagi seorang suami mempelajari dan berusaha memperbaiki diri semua perkara rumah tangga sesuai syariat Islam. Semoga Allah SWT menghindarkan Anda dari sifat dayyuts.
(hnh/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi