Nabi yang bergelar Khotibul Anbiya adalah Nabi Syu'aib AS. Ia adalah seorang rasul yang hidup sekitar 1600 SM-1500 SM yang diutus untuk penduduk Madyan.
Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa yang diterjemahkan oleh Saefulloh MS menceritakan, julukan Khotibul Anbiya tersebut disebutkan oleh sejumlah ulama salaf. Khotibul Anbiya sendiri artinya juru bicara para nabi.
Baca juga: 4 Nabi yang Diyakini Masih Hidup hingga Kini |
Ibnu Ishaq bin Basyar meriwayatkan dari Juwaibir dan Muqatil, dari ad-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Setiap kali Rasulullah menyebut Nabi Syu'aib, beliau selalu mengatakan: 'Ia adalah khatibul anbiya (juru bicara para nabi)'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ibnu Katsir, sebutan tersebut disematkan kepada Nabi Syu'aib AS karena kefasihan tuturnya, ketinggian bahasanya, dan keluwesan penggunaan kata-kata yang tepat pada saat ia menyampaikan dakwah kepada kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT dan risalah yang dibawanya.
Dijelaskan lebih lanjut, Nabi Syu'aib AS berdakwah kepada kaum Madyan. Penduduk Madyan merupakan kaum Arab yang menetap di kota Madyan terletak di daerah Ma'an, perbatasan Syam, dekat dengan danau kaum Luth.
Madyan adalah nama kabilah (suku) terkenal yang berasal dari Bani Madyan bin Madyan bin Ibrahim khalilullah. Nabi yang di utus ke tengah-tengah mereka adalah Nabi Syu'aib bin Misykal bin Yasyjan.
Dalam hadis riwayat Abu Dzar yang terdapat dalam kitab Shahih bin Hibban pada pembahasan tentang "Para Nabi dan Rasul" disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "Ada empat nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu Hud, Shaleh, Syu'aib, dan nabimu ini (Muhammad), wahai Abu Dzar." (HR. Ibnu Hibban)
Nabi Syu'aib Menghadapi Kekufuran Penduduk Madyan
Penduduk Madyan adalah orang-orang kafir yang mempunyai kebiasaan merampok di tengah jalan (begal) dan menakut-nakuti orang yang sedang dalam perjalanan. Mereka menyembah Aikah, yaitu sebatang pohon yang dikelilingi oleh kebun-kebun.
Penduduk Madyan adalah kelompok masyarakat yang paling jahat karakternya dalam berhubungan dengan orang lain. Mereka suka mengurangi timbangan dan takaran ketika menjual dan mengambil tambahan ketika membeli.
Allah SWT mengutus seorang laki-laki dari kalangan mereka sendiri, yaitu Syu'aib AS. Ia mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT semata dan tidak menyekutukan-Nya.
Nabi Syu'aib AS melarang mereka dari perbuatan keji dan tercela, seperti mengurangi timbangan dan takaran serta menakut-nakuti orang di tengah jalan. Sebagian di antara kaumnya itu beriman, tetapi kebanyakan tetap dalam keadaan kafir.
Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan azab yang sangat pedih kepada mereka. Dialah Allah SWT, Tuhan yang Maha Melindungi lagi Maha Terpuji.
Berkaitan dengan hal ini Allah SWT menyampaikan dalam firman-Nya,
وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ ٨٥
Artinya: "Kepada penduduk Madyan, Kami (utus) saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata, "Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada bagimu tuhan (yang disembah) selain Dia. Sungguh, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka, sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah merugikan (hak-hak) orang lain sedikit pun. Jangan (pula) berbuat kerusakan di bumi setelah perbaikannya. Itulah lebih baik bagimu, jika kamu beriman." (QS Al-A'raf: 85)
Allah SWT telah memberikan bukti kebenaran melalui mukjizat yang diberikan kepada Nabi Syu'aib AS. Walaupun berita tentang mukjizat beliau tidak sampai kepada kita secara detail, ayat di atas telah membuktikan adanya mukjizat itu meskipun bersifat umum.
Nabi Syu'aib AS melakukan berbagai cara untuk berdakwah, hal itu dijelaskan Allah SWT dalam surah Hud ayat 88,
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ ٨٨
Artinya: "Dia (Syuʻaib) berkata, "Wahai kaumku, jelaskan pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya). Aku (sebenarnya) tidak ingin berbeda sikap denganmu (lalu melakukan) apa yang aku sendiri larang. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan sesuai dengan kesanggupanku. Tidak ada kemampuan bagiku (untuk mendatangkan perbaikan) melainkan dengan (pertolongan) Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.
Namun tetap saja, penduduk Madyan tidak mempan dan enggan menerima ajakan Nabi Syu'aib AS. Setelah menyampaikan dakwah dengan metode anjuran, Nabi Syu'aib beralih pada metode yang bersifat larangan dengan disertai ancaman yang sangat menakutkan.
Penduduk Madyan masih sangat bersikap kufur dan terus menolak ajakan Nabi Syu'aib AS. Hingga pada akhirnya Allah SWT memberikan azab terdahsyat bagi orang-orang kafir dengan siksa yang sangat pedih.
Allah SWT menimpakan gempa yang sangat dahsyat kepada mereka sehingga semua aktivitas kehidupan terhenti seketika.
Allah berfirman dalam surah Al-A'raf ayat 91,
فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ ٩١
Artinya: "Maka, gempa (dahsyat) menimpa mereka sehingga mereka menjadi (mayat-mayat yang) bergelimpangan di dalam (reruntuhan) tempat tinggal mereka."
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!