Perdana Menteri (PM) Malaysia Dato Seri Anwar Ibrahim menekankan tentang prinsip tawadhu atau rendah diri bagi seorang pemimpin. Hal itu diungkapnya dalam acara CT Corp Leadership Forum yang digelar di Gedung Bank Mega, Jakarta Selatan pada Senin (9/1/2023) kemarin.
Anwar mengatakan, prinsip tawadhu atau dalam bahasa Inggris disebut dengan humility perlu menjadi dasar bagi para pemimpin yang memimpin bidang di luar kemampuannya. Anwar kemudian mengutip salah satu puisi karangan Penyair Britania Raya TS Elliot yang bertajuk Four Quartets untuk menerjemahkan maksud dari tawadhu tersebut.
"'The only wisdom we can hope to acquire. Is the wisdom of humility: humility is endless.' Kalau ada satu-satunya hikmah yang mungkin kita kuasai atau garap adalah merendah diri, humility, atau tawadhu karena hikmah tawadhu itu tidak ada batasnya," ungkap dia, seperti dilihat detikcom dalam tayangan ulang dari CNBC Indonesia, Selasa (10/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Anwar mengungkapkan bahwa keangkuhan merupakan sikap yang dapat tertanam dengan mudah baik bagi pimpinan politik maupun pimpinan lainnya. Menurutnya, bila menerima pujian-pujian dari orang lain, ada baiknya disikapi sebagai peringatan untuk diri sendiri.
"Saya dengar hari-hari, 'Anwar ini paling bijak dan paling kacak (tampan).' Kalau itu mudah diterima, tidak ada tawadhu lagi. Paling tidak ada sedikit peringatan supaya tidak ada bibit arogan atau keangkuhan," tuturnya.
Kemudian, Anwar juga menjelaskan, prinsip tawadhu yang perlu dipegang oleh pemimpin ini memiliki kaitannya dengan menimba ilmu sebaik-baiknya. Selain itu, Anwar juga menyoroti pentingnya accountability (pertanggungjawaban) pada sesama manusia dan Allah SWT bagi seorang pemimpin.
"Kita yakin bahwa pertanggungjawaban yang paling utama adalah kepada Allah SWT," terangnya lagi.
Untuk diketahui, secara bahasa, dikutip dari buku Hakikat Tawadhu dan Sombong oleh Salim 'Id Hilali, arti dari tawadhu adalah ketundukan dan rendah hati. Asal katanya berasal dari Tawaadha'atil ardhu yang berarti tanah itu lebih rendah daripada tanah di sekelilingnya.
Artinya, tawadhu berarti merasa diri kita orang biasa, sekalipun memiliki banyak kelebihan. Dengan sifat tawadhu pun kita senantiasa akan merendahkahkan diri kepada Allah dan tidak berbuat semena-mena atau memandang remeh terhadap sesama.
Melalui salah satu firman-Nya dalam surah Al-Furqan 63, Allah SWT berfirman akan mengasihi hamba-Nya yang bersifat tawadhu.
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا
Bacaan latin: Wa 'ibādur-raḥmānillażīna yamsyụna 'alal-arḍi haunaw wa iżā khāṭabahumul-jāhilụna qālụ salāmā
Artinya: Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salam.
Seperti melansir Ahmad Kusaeri dalam buku Aqidah Akhlak, tawadhu tidak hanya mendatangkan ketentraman dan kedamaian melainkan juga mendatangkan rahmat dari Allah SWT.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi