Surah Al-Maidah ayat 48 Arab, Latin dan Terjemahan

Surah Al-Maidah ayat 48 Arab, Latin dan Terjemahan

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Kamis, 15 Des 2022 17:30 WIB
Young beautiful Muslim Woman Praying In Mosque.
Ilustrasi membaca Al Quran surat Al Maidah ayat 48 (Foto: Dok. iStock)
Jakarta -

Al-Qur'an merupakan kitab terakhir yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi SAW untuk menjadi penyempurna ajaran dari kitab-kitab sebelumnya. Apa maksudnya?

Telah diketahui bahwasanya Allah menurunkan kitab sebelum Al-Qur'an, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Kitab-kitab ini semuanya mengandung ajaran, yakni mengajak untuk patuh dan menyembah Allah.

Bisa dilihat dalam Surah Al-Maidah ayat 111, saat Nabi Isa AS menyebarkan ajaran yang dibawa kepada pengikutnya agar tunduk dan bersujud kepada Allah SWT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun ajaran akan kepatuhan terhadap Allah ini dimaknai sebagai Islam oleh Imam Al-Ghazali dalam buku Kesempurnaan Islam karya Agus Trisa. Menurut Imam Al-Ghazali ajaran nabi dan rasul terdahulu sama dengan ajaran yang dibawa Nabi SAW. Sesuai definisi dari kata 'Islam' sendiri yang ia ungkapkan, bahwa merupakan tunduk kepada Allah dan berserah diri serta menyerahkan segala urusan kepada-Nya.

Ajaran Islam yang Nabi Muhammad SAW merupakan penyempurna dan pembenaran dari kitab-kitab sebelumnya. Sebagaimana kalam Allah SWT dalam potongan ayat Surah Al-Maidah: 48.

ADVERTISEMENT

وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ

Arab Latin: Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-haqqi musaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan 'alaihi

Artinya: Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur'an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya).

Masih dari buku Kesempurnaan Islam, Sayid Sabiq juga berpendapat bahwa ajaran yang sama antara Islam yang dibawa Rasulullah dengan nabi dan rasul terdahulu. Menurutnya kesamaan terlihat dari ketauhidan atau keimanan atau akidahnya, yakni turut mengajak untuk menyembah Allah SWT.

Sementara dalam hal syariat, seperti hukum ibadah seperti salat, puasa, dan lain sebagainya memiliki perbedaan. Sesuai potongan berikutnya dari Surah Al-Maidah ayat 48:


فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ


Artinya: Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Allah hendak mengujimu tentang karunia yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Maka, berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang selama ini kamu perselisihkan.


Disebutkan pula dalam buku Pendidikan Agama Islam oleh Amir Daus, syariat ditunjukkan untuk praktik agama. Adapun syariat yang diberikan Allah SWT berbeda antara umat yang satu dengan umat lainnya. Syariat juga bermakna sebagai hukum-hukum Islam, baik yang ditetapkan langsung oleh Al-Qur'an maupun sunnah Nabi SAW, atau dari pemikiran manusia yakni ijtihad atau ijma ulama.




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads