Salah satu syarat sahnya salat adalah suci dari najis, baik yang menempel di tubuh, pakaian, maupun tempat salat. Untuk itu bagi mereka yang hendak melaksanakan ibadah, diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu. Tapi sebelumnya, apa saja yang termasuk najis?
Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 1 mendefinisikan najis secara bahasa, yakni berasal dari kata 'an-najas'. Apabila huruf jim nya dibaca dengan kasrah, maka menjadi 'an-najis' dengan jamaknya 'al-anjas' sehingga memiliki arti, nama bagi benda yang kotor menurut pandangan syariat.
Macam-macam Najis
Dalam Kitab Lengkap Panduan Shalat oleh M. Khalilurrahman Al-Mahfani & Abdurrahim Hamdi, ulama sepakat membagi najis ke dalam tiga: najis mughalazhah (berat), najis mutawasithah (sedang), dan najis mukhaffafah (ringan).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Najis Mukhaffafah
Najis Mukhaffafah adalah najis yang hukumnya ditetapkan melalui dalil yang tidak qath'i (dalil yang jelas dalam Al-Qur'an dan sunnah). Yang termasuk najis mukhaffafah adalah air kemih bayi laki-laki yang belum memakan apapun, kecuali air susu ibunya.
Cara penyuciannya, cukup dengan memercikkan air ke tempat yang terkena air kencing tersebut.
2. Najis Mutawasithah
Najis Mutawasithah adalah sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia, berupa air seni, kotoran , dari haid dan nifas, dan lainnya, kecuali air mani. Untuk membersihkan najis ini dengan dihilangkan terlebih dahulu zatnya dengan dicuci menggunakan air. Sehingga wujud, aroma, maupun warnanya hilang.
Najis mutawasithah terbagi menjadi dua:
- Najis ainiyah, yaitu jenis najis yang wujudnya jelas, seperti kotoran manusia atau binatang, serta darah.
- Najis hukmiyah, merupakan najis yang tak nampak bentuknya, tetapi aromanya tercium, seperti bau kencing dan arak.
3. Najis Mughalazhah
Najis Mughalazhah adalah najis yang hukumnya ditetapkan melalui dalil yang jelas dalam Al-Qur'an dan sunnah. Najis mughalazhah berupa kotoran binatang, bangkai daging dan kulitnya, air liur binatang buas.
Membersihkan najis ini dengan menggunakan tanah atau debu agar zatnya najisnya hilang. Kemudian dicuci memakai air dan sabun atau sejenisnya sebanyak tujuh kali berulang.
Najis yang Dimaafkan
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam buku Fikih Empat Madzhab Jilid 1, menerangkan sejumlah najis yang dimaafkan menurut ulama madzhab Syafi'i, di antaranya:
1. Perkara najis yang tidak bisa dilihat oleh mata normal, sekalipun najis mughalazhah.
2. Asap dari bakaran benda najis yang terpisah dari apinya
3. Sisa kotoran dari bekas istinja menggunakan batu, merupakan najis yang dimaafkan bagi orang yang bersangkutan, tidak untuk orang lain. Namun bila najis yang menempel di batu itu mengenai air yang jumlahnya sedikit, maka termasuk air itu menjadi najis. Berbeda halnya dengan air yang banyak dan mengalir, maka airnya tidak berubah jadi najis.
4. Tanah di jalan yang tercampur najis juga dimaafkan, bila najisnya tidak tampak.
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
BPJPH: Ayam Goreng Widuran Terbukti Mengandung Unsur Babi
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Iran-Israel Memanas, PBNU Minta Kekuatan Besar Dunia Tak Ikut Campur