Cerita Keikhlasan Petugas Haji, Rawat Jemaah Lansia Sakit Karena Ingat Ibu

Catatan Seorang Pelayan (5)

Cerita Keikhlasan Petugas Haji, Rawat Jemaah Lansia Sakit Karena Ingat Ibu

Meliyanti Setyorini - detikHikmah
Kamis, 15 Jun 2023 18:00 WIB
Kegiatan setiap hari Mirfaun Numa (Irfa)
Mirfa'un Nu'ma (Irfa). Foto: Meliyanti Setyorini
Jakarta -

Bekerja dengan keikhlasan harus menjadi semangat yang dimiliki setiap petugas haji. Petugas haji layanan lansia ini bekerja ikhlas karena selalu mengingat ibunya setiap merawat jemaah lansia.

Kegiatan setiap hari Mirfa'un Nu'ma (Irfa) dimulai dari hotel Arkan Bakkah 1 Gedung A dengan mengecek para lansia di kamar 529. Di kamar ini ada nenek Ombah, nenek Bonih, nenek Aminah dan nenek Rianah. Nenek Ombah adalah lansia yang membantu lansia lain di kamarnya.

Setelah itu Irfa bergegas ke hotel Makkah Concorde, yang berjarak kurang lebih 200 meter dari kamar hotelnya menginap di Arkan Bakkah 1. Di sini perempuan 29 tahun ini akan memandikan jemaah lansia yang baru sembuh dari sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jemaah haji yang biasa dipanggil Mak Odah ini sangat mengandalkan petugas untuk mandi dan beraktivitas lainnya. Nenek 73 tahun ini harus dibantu duduk di kursi roda, dimandikan, dikeramasi rambutnya, diganti bajunya hingga disisir.

Kegiatan setiap hari Mirfa'un Nu'ma (Irfa)Kegiatan setiap hari Mirfa'un Nu'ma (Irfa) Foto: Meliyanti Setyorini

Alasan di balik keikhlasan Irfa ternyata sangat personal. "Soalnya ibu saya juga dulu nggak bisa ngapa-ngapain di saat ibu sakit. (Jadi) waktu orang jamaah lansia turun dari bus kelihatan ibu aja terus, kayak ibu saya, itu yang bikin saya biasa aja (ikhlas)," kata Irfa, Selasa (13/6/2023).

ADVERTISEMENT

Mak Odah baru menjalani operasi pada kaki, sedangkan suaminya yang selama ini jadi pendamping juga baru dirawat. Jadi geraknya sangat terbatas. Untuk kesekian kalinya Mak Odah berterima kasih kepada petugas. "Terima kasih ya."

Rasio petugas dengan lansia yang jomplang pada ibadah haji tahun ini tentu saja mengakibatkan peran aktif dari sesama jemaah. Apalagi tidak semua lansia menerima dengan tangan terbuka uluran tangan petugas.

"Mungkin personil pendamping itu perlu, dari kita jumlah 14 (petugas lansia) kita kurang mampu mengakomodir mungkin ada pendamping lebih ini akan teratasi. Kalau kita sudah di lapangan mau dia konsumsi, akomodasi kita bantu semua," ungkapnya.

"Pernah, kita mau makan dia nggak mau karena bukan saudaranya yang ngasi makan padahal punya riwayat GERD, mau pulang. Masalahnya adalah lansia kena demensia pengen keluar, "Aku harus nyalain lampu rumah." Yang bikin sedih itu. Nanganin satu nenek gak cukup satu orang," pungkasnya.

Tetap semangat dan selamat bertugas, Irfa.




(lus/lus)

Hide Ads