Kultum singkat adalah kependekan dari "kuliah tujuh menit," sebuah bentuk ceramah atau pesan keagamaan yang disampaikan secara ringkas, biasanya disampaikan dalam waktu sekitar tujuh menit.
Kultum singkat hadir sebagai sarana bagi pendengar untuk mendapatkan inspirasi dan nilai-nilai moral tanpa memakan banyak waktu, cocok untuk disampaikan dalam berbagai situasi, seperti di masjid, sekolah, atau acara keagamaan.
Kultum singkat menjadi pilihan tepat bagi remaja dan masyarakat yang mencari inspirasi serta pesan kehidupan secara padat dan menarik. Tidak hanya membahas tentang agama, kultum juga merangkum berbagai topik kehidupan, mulai dari motivasi, etika, hingga panduan untuk menjalani hidup lebih bermakna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
10 Contoh Kultum Singkat
Dengan format yang ringkas, kultum memungkinkan kita untuk mendalami pesan-pesan berharga secara efisien. Berikut ini 10 contoh materi kultum singkat yang bisa Anda gunakan untuk berbagai tema dan acara yang dikutip dari buku Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun karya Hasan el-Qudsy.
1. Sukses Berbisnis Niat
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ููุญูุฏููู ููุง ุดูุฑูููู ููููุ ููุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ููุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุงุจูุชููู ููู ููู ููุงููุงูู ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Sukses berbisnis niat? Apakah niat bisa dibisniskan? Lalu dengan siapa niat dibisniskan? Niat, sebagaimana telah kita ketahui, adalah penentu kualitas suatu amal. Di samping itu, pada hakikatnya niat juga merupakan aktivitas jiwa. Karenanya niat bisa menjadi "komoditi" yang dibisniskan. Tentunya bisnis ini hanya bisa berlaku dan legal apabila dilakukan dengan Allah semata.
Lalu bagaimana membisniskannya? Perlu diketahui bahwa barang siapa berniat, serius untuk mengerjakan suatu amalan yang bersangkutan dengan ketaatan kepada Allah, ia mendapatkan pahala. Demikian pula jikalau seseorang itu berniat hendak melakukan sesuatu yang baik, tetapi tidak jadi dilakukan, maka dalam hal ini, orang itu pun tetap menerima pahala. Ini berdasarkan hadits yang berbunyi: "Niat seseorang itu lebih baik daripada amalannya." (HR. ath-Thabarรขni, no. 5942, 6/185). Maksudnya, meniatkan sesuatu yang tidak jadi dilakukan sebab adanya halangan yang tidak dapat dihindarkan itu adalah lebih baik daripada suatu amalan yang benar-benar dilaksanakan, tetapi tanpa disertai niat yang benar.
Di samping itu, dalam amalan yang hukumnya mubah atau jawaz (yakni yang boleh dilakukan dan boleh pula tidak), seperti tidur, makan-minum, jalan-jalan, atau bertamasya, maka jika perbuatan tersebut disertai niat agar kuat untuk beribadah atau bisa melihat keagungan kekuasaan Allah dan menyenangkan keluarga, tentulah amalan tersebut mendapat pahala. Sedangkan kalau tidak disertai niat apa-apa, misalnya hanya supaya kenyang saja, atau bersenang-senang, maka tidak akan mendapatkan pahala apa-apa. Ini sesuai dengan hadits Nabi, "Sesungguhnya tiada suatu nafkah yang engkau berikan dengan niat untuk mendapatkan keridhaan Allah, melainkan engkau pasti akan diberi pahalanya, sekalipun sesuatu yang engkau berikan untuk makanan isterimu." (HR. al-Bukhari, no. 3643, Muslim, no. 3076).
Bahkan satu pekerjaan yang mubah dapat dilipat-lipatkan niatnya, sehingga pahala yang diperoleh akan sesuai dengan lipatan niat yang telah ia niatkan. Misalkan ketika kita mau pergi ke masjid, bisa diniatkan untuk iktikaf, berzikir, ketemu sesama saudara muslim, mendengar ceramah agama, menaruh infak di masjid dan lain sebagainya. Begitu pula ketika kita mau makan, bisa kita niatkan agar mampu shalat, mampu bekerja, mampu menolong orang lain, mampu memberi ceramah, atau beribadah secara umum. Maka, sesuai jumlah amal yang kita niatkan, sejumlah itu pula pahala yang akan kita dapatkan. Jadi, pandai-pandailah kita meniatkan suatu amalan, walaupun tidak semua yang telah kita niatkan bisa terlaksana semuanya karena beberapa hal, maka ia tetap mendapatkan pahala. Begitulah rahasia berbisnis niat.
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata: Dari Rasulullah tentang apa yang diriwayatkan dari Allah, bahwa Allah berkalam, "Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejelekan." Kemudian beliau (Rasulullah) menerangkan, "Barang siapa yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi mengerjakannya, maka Allah mencatat niat itu sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia meniatkan perbuatan baik dan mengerjakannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, hingga kelipatan yang sangat banyak. Kalau ia berniat melakukan perbuatan jelek, tetapi tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat hal itu sebagai satu kebaikan yang sempurna di sisiNya. Jika ia meniatkan perbuatan jelek itu, lalu melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kejelekan." (HR.Muslim).
Jamaah yang berbahagia,
Kegagalan atau keberhasilan kita dalam berbisnis niat ini tentunya kembali kepada kepiawaian kita. Kepiawaian kita ini tergantung pada kedalaman ilmu kita. Semakin dalam ilmu agama seseorang, maka dia semakin tahu bagaimana menginvestasikan dan membisniskan niat. Di sinilah letak kecerdasan spiritual sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas niat seseorang. Tidak jarang orang yang gagal dalam bisnis ini, tetapi juga tidak sedikit mereka yang berhasil. Keberhasilan tersebut, selain adanya unsur kepiawaian, juga lebih banyak dipengaruhi keikhlasan dan kebersihan jiwa. Sehingga keberhasilan bisnis yang sudah dicapai selama hidup, tidak sia-sia dengan riya', ujub, sum`ah, atau virus lainnya yang bisa merusak kesuksesan amal dan niat. Wallรขhul Musta'รขn.
2. Bagaimana Mencintai Rasulullah SAW
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ุงูููุฐูู ุฌูุนููู ุทูุงุนูุฉู ุฑูุณููููููู ุทูุงุนูุฉู ุงูููููู ููู ูุนูุตูููุชููู ู ูุนูุตูููุฉู ุงูููููู ุฃูุดูููุฏู ุฃููู ููุง ุฅููููู ุฅููููุง ุงูููููู ููุญูุฏููู ููุง ุดูุฑูููู ูููู ููุฃูุดูููุฏู ุฃูููู ู ูุญูู ููุฏูุง ุนูุจูุฏููู ูู ุฑูุณููููููู ุงููููููู ูู ุตูููู ููุณููููู ู ููุจูุงุฑููู ุนูููู ู ูุญูู ููุฏู ููุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุงุจูุชููู ูู ู ููู ููููุงูู ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู:
Di setiap bulan Rabiul awal, sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam Indonesia melaksanakan peringatan Maulid Nabi. Berbagai kegiatan dan acara dilakukan untuk perhelatan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah peringatan tersebut benarbenar mencerminkan kecintaan kaum muslimin kepada Nabi mereka? Ataukah itu hanya cinta sesaat yang sering kali pudar dan sirna bersamaan dengan selesainya peringatan tersebut? Lalu apakah hanya setahun sekali kita mengungkapkan rasa cinta kepada Rasullullah ? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang seharusnya kita renungkan pada setiap pelaksanaan peringatan Maulid Nabi.
Jamaah yang berbahagia,
Tidak dipungkiri bahwa kita semua merasa mencintai Rasulullah. Dari cinta itu kita semua berharap mendapat syafaat beliau kelak di akhirat. Namun sekedar pengakuan tentu tidaklah cukup. Setiap cinta membutuhkan bukti, dan bukti cinta kita kepada Rasulullah adalah menjadikan Rasulullah sebagai rujukan dan suri teladan dalam kehidupan kita seharihari. Mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya daripada yang lainnya merupakan landasan keimanan kita. Dalam surat Ali Imran, ayat 31-32 disebutkan,
ูููู ุฅููู ููููุชูู ู ุชูุญูุจููููู ุงูููููู ููุงุชููุจูุนููููู ููุญูุจูุจูููู ู ุงูููููู ููููุบูููุฑู ููููู ู ุฐููููุจูููู ู ููุงูููููู ุบูููููุฑู ุฑููุญููู ู (31) ูููู ุฃูุทููุนููุง ุงูููููู ููุงูุฑููุณููููู ููุฅููู ุชููููููููุง ููุฅูููู ุงูููููู ููุง ููุญูุจูู ุงููููุงููุฑูููู
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda,
ููุง ููุคูู ููู ุฃูุญูุฏูููู ู ุญูุชููู ุฃูููููู ุฃูุญูุจูู ุฅููููููู ู ููู ููุงููุฏููู ููููููุฏููู ููุงููููุงุณู ุฃูุฌูู ูุนูููู
"Tidak beriman seseorang di antara kalian, hingga aku lebih dicintai olehnya daripada bapak-bapaknya, anak-anaknya, dan manusia seluruhnya."
Ma'รขsyiral muslimรฎn rahimakumullรขh,
Klaim atau pengakuan cinta kepada Rasulullah perlu realisasi nyata dalam perilaku kita sehari-hari. Mustahil kita akan mendapatkan buah cinta kepada Rasulullah berupa syafaat kelak di akhirat, kalau perbuatan kita sehari-harinya jauh dari apa yang diinginkan oleh Rasulullah. Hal ini nantinya akan terbongkar kelak di akhirat, di mana ketika semua umat Muhammad diberi kesempatan untuk meminum telaga Kautsar milik beliau apabila seseorang telah meminumnya, niscaya tidak akan merasa dahaga selama-lamanya namun ternyata ada sekelompok umatnya yang tertolak dikarenakan mereka melakukan ibadah-ibadah yang tidak pernah Rasulullah ajarkan. (HR. Muslim).
Dengan demikian, yang dimaksud oleh sabda Rasulullah "Anta ma'a man ahbabta" (Kamu akan dikumpulkan bersama orang yang kamu cintai) (HR. al-Bukhari), adalah kebersamaan yang diiringi pelaksanaan amal yang mampu menjadikan kita bersama dengan orang yang kita cintai. Ketika kita mencintai Rasulullah, maka kita harus beramal sesuai apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah, sehingga kelak di akhirat kita dapat bersama beliau.
Oleh karena itu, saya mengajak diri saya dan kaum muslimin untuk mencintai Rasullah secara benar, dengan cara mengikuti apa yang telah diajarkannya dan menjadikan sunnahsunnahnya sebagai pegangan dan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Jauh dari bidah dan kultus individu yang dilarang oleh Rasulullah. Karena perbuatan bidah ini lebih disukai iblis daripada perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana diungkapkan oleh Sufyรขn ats-Tsauri,
ุงููุจูุฏูุนูุฉู ุฃูุญูุจูู ุฅูููู ุฅูุจููููุณู ู ููู ุงููู ูุนูุตูููุฉู ุงููู ูุนูุตูููุฉู ููุชูุงุจู ู ูููููุง ููุงููุจูุฏูุนูุฉู ููุง ููุชูุงุจู ู ูููููุง. (ุดุฑุญ ุฃุตูู ุงูุงุนุชูุงุฏ ููุงููุงูู
"Perbuatan bidah itu lebih disukai iblis daripada perbuatan maksiat. Karena kemaksiatan terkadang ditobati, sementara bidah tidak ditobati." (Syarh Ushรปl al-l'tiqรขd, karya al-Lรขlikรข'i, 1/132).
Kenapa demikian? Karena pelakunya merasa tidak bersalah, maka otomatis ia merasa tidak perlu untuk bertobat darinya. Bahkan justru sebaliknya, ia akan tetap melaksanakan amalan tersebut terus menerus, dan menyebarkannya, bertolak dari keyakinannya akan kebenaran amalan tersebut. Wal 'iyรขdzubillah.
3. Antara Iman dan Amal
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ููุญูุฏููู ููุง ุดูุฑูููู ููููุ ููุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ููุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุงุจูุชููู ููู ููู ููุงููุงูู ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู
Kaum muslimin rahimakumullรขh,
Iman berasal dari bahasa Arab, รขmana, yang berarti mempercayai atau membenarkan (tashdiq). Dalam pengertian syarak, iman diartikan sebagai pembenaran dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dipraktikkan dengan anggota badan terhadap ajaran Islam. Dengan demikian, keimanan seseorang bisa dikatakan benar apabila mencakup 3 unsur. Pertama, adalalah keyakinan yang teguh dan kuat di dalam hati. Artinya bahwa hati betul-betul menerima, mengakui, dan meyakini segala hal yang harus diimani sesuai perintah agama. Keyakinan ini harus utuh dan tanpa ada sedikit pun pencampuran dan keraguan dalam imannya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah, ayat 42, "Janganlah engkau mencampuraduk kebenaran dengan kebatilan, dan janganlah engkau menyembunyikan kebenaran, padahal engkau mengetahuinya." Kedua, keyakinan dalam hati ini diikrarkan dengan pengakuan dan ucapan lisan atau isyarat. Pengikraran ini disimbolkan dengan pengucapan dua kalimat syahadat. Ketiga, adalah realisasi dan pembuktian keimanan, atau dalam bahasa Al-Qur'an adalah "wa amilush shalihรขt", amal yang saleh dan perilaku yang baik. Atau dengan kata lain, mengamalkan al-Islam secara kaffah.
Seorang dikatakan benar-benar beriman, ketika lahiriahnya sesuai dengan batiniahnya, benar dalam keimanan, dan ikhlas dalam melakukan amalan. Merekalah yang dikatakan sebagai golongan 'ash-Shadiqรปn' (orang-orang yang benar dalam keimanannya), sebagaimana Allah firmankan, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (al-Hujurรขt: 15). Oleh karena itu, syarat diterimanya amalan adalah keberadaan iman. Para ulama mengatakan bahwa antara iman dan Islam tidak mungkin bisa dipisahkan. Pembedaan antara keduanya tidak lain hanyalah pembagian dalam pembahasan. Adapun orang yang mengklaim beriman dengan lisannya, tetapi iman itu tidak meresap ke dalam hatinya, maka dia merupakan orang munafik. Ciri-ciri munafik itu ialah antara kata mulutnya selalu beda dengan kata hatinya, dan orang-orang munafik adalah para penghuni dasar api neraka (an-Nisa': 145).
Jamaah yang berbahagia,
Sebagaimana telah kita kita ketahui, Islam adalah adDin yang berintikan iman dan amal. Jika iman itu diibaratkan "pokok"nya, maka dari pokok itulah keluar cabang-cabangnya. Cabang-cabang tersebut, dalam kaca mata Islam, meliputi semua bidang kehidupan. Maka seorang mukmin harus sadar dengan segala konsekuensi keimanannya. Karena ketika iman lemah, maka yang menjadi pendorong adalah hawa nafsu yang akan menggiring dirinya kepada maksiat, meski tidak sampai membuatnya senantiasa berbuat maksiat dan melanggar seluruh konsekuensi iman tersebut. Tentunya, semakin kuat dan sempurna iman seseorang, semakin besar pengaruhnya untuk melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan keimanannya.
Oleh karena itu, ketika seseorang mengucapkan kedua kalimat syahadat, ia harus sadar dan tahu apa yang terdapat di balik kedua kalimat syahadat itu. Di dalamnya terkandung semua perintah dan larangan. Bahkan semua tuntutan agama terkandung di dalamnya. Inilah sebabnya kaum kafir Quraisy enggan menerima dan mengucapkan kedua kalimat syahadat. Mereka sadar atas semua konsekuensi dari kedua kalimat tersebut.
Orang yang sudah mengucapkan kedua kalimat syahadat, secara syar'i dia dihukumi muslim. Harta, darah, dan kehormatannya dijaga oleh Islam. Oleh karena itu, kedua kalimat syahadat adalah dasar teori dan praktek dari semua yang tercakup dalam Islam. Sehingga ketika seseorang tidak mau mengikrarkan kedua kalimat syahadat, maka baginya tidak ada kewajiban untuk melaksanakan Islam. Namun apabila seseorang telah mengikrarkannya, maka dia mempunyai sebuah kewajiban untuk mengimplementasikan Islam secara menyeluruh dalam kehidupannya (al-Baqarah: 208).
Kedua kalimat syahadat ini seharusnya menjadi roh kehidupan dunia, sebagaimana dikatakan Sayyid Quthb, bahwa kalimat tauhid adalah pedoman kehidupan. Keimanan terhadap kalimat tauhid akan menciptakan keselarasan antara manusia dan sunnatullah di alam ini. Oleh karena itu, apabia dunia ini dipenuhi kekufuran terhadap kalimat tauhid, maka yang terjadi adalah kehancuran dan kerusakan, karena sudah tidak ada lagi keserasian dengan alam yang semua takluk dan tunduk kepada pengakuan kalimat tauhid. Wal 'iyรขdzu billรขh.
4. Kedudukan Akhlak dalam Islam
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ุงูููุฐูู ุฃูุฏูุจู ุฑูุณูููููู ููุฃูุญูุณููู ุชูุฃูุฏููุจูููุ ููุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ู ููู ุฃูุฑูุณููู ููุชูุฃูุฏููุจู ุฃูู ููุชููู ููุชูุตูุจูุญู ุฎูููุฑู ุงููุฃูู ููุฉู. ุตูููููุงุชู ุงูููููู ููุณูููุงู ููู ุนููููููู ููุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุงุจูุชููู ููู ููู ุชูุจูุนูููู ู ุจูุฅูุญูุณูุงูู ุฅูููู ููููู ู ุงููููููุงู ูุฉู ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู.
Ma'รขsyiral muslimin rahimakumullรขh,
Akhlak atau budi pekerti dalam Islam menempati posisi yang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pujian Allah kepada Rasulullah karena ketinggian akhlaknya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Qalam, ayat 4: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." Bahkan beliau sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, "Aku hanyalah diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak." (HR. Ahmad dan disahihkan al-Albรขni). Di samping itu, akhlak menjadi tolok ukur kesempurnaan iman seorang hamba, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah
ุฃูููู ููู ุงููู ูุคูู ูููููู ุฅูููู ูุงููุง ุฃูุญูุณูููููู ู ุฎูููููุง ููุฎูููุงุฑูููู ู ุฎูููุงุฑูููู ู ููููุณูุงุฆูููู ู ุฎูููููุง
"Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istri-istrinya." (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan disahihkan oleh al-Albรขni). Dalam riwayat Muslim disebutkan, "Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya."
Bahkan kelak di hari kiamat, akhlak ternyata menjadi sesuatu yang sangat berharga. Karena ternyata amal perbuatan yang paling berat di hari Kiamat adalah akhlak yang baik. Rasulullah bersabda, "Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan amal) adalah akhlak yang baik." (HR. Abu Daud dan Ahmad, disahihkan al-Albรขni). Tidak hanya itu, orang yang berakhlak mulia, kelak di surga akan berdampingan dengan baginda Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari Kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya." (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Dengan memerhatikan dalil di atas, sudah sepantasnya setiap muslim mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Karena akhlak ataupun budi pekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat setan, dan berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia. Sedang akhlak yang buruk akan membinasakan seorang insan dan juga akan membinasakan umat manusia. Sebagaimana Allah isyaratkan dalam kalam-Nya, "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (asy-Syams: 7-10).
Oleh karena itu, akhlak merupakan salah satu pilar agama yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan tidak ada iman dan Islam kecuali dengan akhlak, karena akhlak mulia merupakan cerminan dari kualitas keimanan dan kebenaran Islam seseorang. Semakin baik iman dan Islam seseorang, maka semakin baik pula akhlaknya.
Jamaah yang berbahagia,
Di antara pokok akhlak dalam Islam adalah sifat malu. Sebagaimana Rasulullah sabdakan, "Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu." (HR. Ibnu Majah). Dalam riwayat Muslim dijelaskan, "Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata." Malu yang dimaksud dalam hal ini adalah malu mengerjakan sesuatu yang yang tidak pantas menurut pandangan norma umum masyarakat dan tidak bertentangan dengan syariat. Adapun malu mengerjakan kebaikan, maka hal tersebut amat tercela dan tidak dibenarkan oleh agama. Dengan memiliki sifat malu, sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya, Riyadhush Shรขlihรฎn, seseorang akan mampu menahan dirinya dari perkaraperkara yang jelek dan menghalangi dirinya dari perbuatan maksiat, serta mencegahnya dari melalaikan kewajiban.
Orang yang masih memiliki rasa malu, tidak mungkin korupsi, mengambil hak orang lain, telanjang di depan umum, atau melakukan tindakan yang tidak pantas. Karena semua perbutannya akan selalu terlihat oleh Allah. Namun apabila rasa malu sudah hilang, maka yang ada adalah perilaku hewan. Tidak ada bedanya antara manusia dengan hewan. Semua menjadi halal. Sungguh benar apa yang sabdakan Rasulullah, Jika kamu tidak malu, berbuatlah sekehendakmu." (HR. Bukhari). Semoga kita semua mampu meningkatkan kualitas akhlak kita dan mampu memperkokoh perasaan malu kepada Allah Amin.
5. Ibadah Anti Korupsi
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ุฑูุจูู ุงููุนูุงููู ููููุ ููุจููู ููุณูุชูุนูููู ุนูููู ุฃูู ููุฑู ุงูุฏููููููุง ููุงูุฏููููู ููุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ุณููููุฏู ุงููู ูุฑูุณูููููู ููุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุจููู ุฃูุฌูู ูุนูููู ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู
Kaum muslimin rahimakumullรขh,
Akhir-akhir ini, kejahatan korupsi mendapat sorotan tajam dan perhatian khusus dari seluruh elemen masyarakat. Tidak ketinggalan para tokoh agama turut prihatin dan menjadi sorotan balik oleh sebagian pihak. Bukan karena korupsinya para tokoh agama, melainkan peran ajaran agama yang mereka ajarkan.
Perlu kita renungi kembali sebagai bangsa yang mayoritas penduduk muslimnya terbesar di dunia. Renungan yang mampu mengembalikan jati diri kita sebagai manusia yang berketuhanan. Tuhan mengajari kita berbagai ritual ibadah. Tentu Tuhan tidak bermaksud dengan ritual tersebut "hanya" untuk memuaskan rongga batin yang sangat sulit diukur dan dibuat data statistik. Layaknya laporan keuangan yang mudah dimanipulasi dalam simbol angka yang penuh teka-teki. Ritual ibadah yang dimaksudkan Tuhan tidak hanya untuk diri-Nya saja, tetapi ritual yang mampu membawa kepada perubahan diri dan sosial. Karena Tuhan tidak membutuhkan apa pun dari diri kita. Allah Mahakaya, dan seluruh makhluk di alam semesta semuanya fakir, butuh kepadanya (Fรขthir: 15). Artinya kita jangan sampai mempunyai pemahaman yang salah ketika melaksanakan ibadah, bahwa itu berarti Allah butuh kepada kita. Tentu, tidak. Ibadah itu dimaksudkan untuk kita sendiri. Baik untuk kehidupan dunia dan akhirat. Untuk akhirat, jelas kita semua mengharapkan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan dunia ini, yaitu surga yang penuh dengan kebaikan. Adapun untuk kehidupan di dunia, maka hal inilah yang perlu kita sikapi kembali.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Di antara sekian ritual ibadah yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam yang telah balig tanpa terkecuali dan dalam kondisi apa pun, adalah ibadah shalat lima waktu. Ibadah yang dikatakan sebagai tiang agama (HR. Turmudzi, no. 2825). Siapa yang mendirikan shalat, berarti ia menegakkan tiang agama, dan barang siapa menyia-nyiakan shalat, berarti ia merobohkan agama. Shalat juga dikatakan sebagai pembeda antara muslim sejati dan muslim KTP. Artinya, dalam KTP boleh saja sama tertulis beragama Islam, tetapi yang membedakan di antara mereka adalah kualitas shalatnya.
Kenapa shalat begitu penting dalam kehidupan beragama bagi umat Islam? Hal itu karena Islam ingin menanamkan kepada umatnya tentang nilai "muraqabatullah" (baca: pengawasan Allah) kepada hamba-Nya. Selalu ingatatas pengawasan Tuhannya yang tidak pernah tidur (Thรขhรข: 14). Minimal nilai itu muncul dalam lima waktu. Antara rentang-rentang lima waktu itulah manusia diharapkan mampu melakukan swamuraqabah (baca: pengawasan sendiri) yang bersumber dari"muraqabatullah" ketika ia melakukan shalat. Karena manusia itu lemah (an-Nisa': 28) dan mudah tergoda serta tertipu dengan berbagai fatamorgana dunia (Ali Imran: 14), maka diperlukan akses "muraqabatullah" sesering mungkin, minimal lima kali dalam sehari. Individu yang mampu mengakses "muraqabatullah" dengan baik dan sempurna dalam shalatnya, kemudian mampu mentranformasikannya ke dalam swamuraqabah dan sosialmuraqabah (baca: pengawasan sosial) dalam pekerjaannya, maka sudah bisa dipastikan ibadah itu akan menjelma menjadi ibadah anti korupsi. Bagaimana tidak, ketika seseorang punya niat untuk melakukan korupsi, ia akan selalu merasa diawasi, baik oleh dirinya, masyarakatnya, dan Tuhannya.
Dengan demikian, ibadah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas pribadi, tetapi juga bagaimana mampu menjelma dalam hubungan pola interaksi sosial. Maka, shalat bukan sekedar kepuasan ritual batin, atau bahkan hanya ritual politik panggung, guna menepis anggapan Islam KTP atau abangan. Yang terakhir ini kelihatannya mudah kita temui pada saat pemilu digelar, di mana para tokoh politik ber"hijau" ria untuk mencitrakan dirinya sebagai calon-calon pembela umat yang pantas untuk dipilih. Namun ketika sudah terpilih, mereka tidak sungkan-sungkan untuk menggelar sederetan sandiwara pembohongan dan penggarongan harta rakyat. Berangkat dari pencitraan diri yang dibuat-buat, bukan ikhlas karena Tuhan-Nya, maka tidak mengherankan jika banyak kita temukan fenomena pejabat kelihatan rajin shalat bahkan haji tiap tahun, tetapi rajin juga korupsi dan memanipulasi angka anggaran negara. Sesungguhnya orang yang demikan itu pada hakikatnya adalah fi shalรขtihim sรขhรปn (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (al-Mรข'รปn: 5). Lalai kalau Allah selalu melihatnya dan mencatat seluruh amal perbuatannya.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita berlatih menjadikan ibadah kita sebagai sarana untuk mendidik kepribadian diri, keluarga, dan sosial masyarakat. Sehingga ibadah tidak berhenti hanya sebatas ritual tanpa makna.
Contoh Kultum Singkat 6-10 >>>
6. Kejujuran dalam Berbisnis
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ููููููู ููุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุงููู ูุตูุทูููู ููุนูููู ุขูููู ููุฃูุตูุญูุงุจููู ุฃููููู ุงูุตููุฏููู ููุงููููููุงุกู ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู:
Jamaah yang berbahagia,
Allah berkalam,
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (atTaubah: 119).
Dalam ayat tadi, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk bertakwa dan bersama orang-orang yang sidik. Makna sidik dalam bahasa kita dimaknai jujur, dapat dipercaya, dan ia merupakan lawan kata dari kata kidzb yang berarti kebohongan. Perkataan bisa dikatakan benar atau jujur apabila sesuai kenyataan yang terjadi. Bisa dikatakan bohong apabila perkataan tersebut tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Begitu pula dengan keyakinan dan perilaku seseorang. Untuk itu, antara kejujuran dan kebohongan tidak mungkin bersatu dalam satu obyek. Karena apabila terjadi, akan menjelma menjadi sebuah kemunafikan. Yaitu perilaku yang lahirnya terlihat jujur, namun batinnya dipenuhi dengan kebohongan. Dalam hadits Rasulullah dijelaskan bahwa, "Tanda orang munafik itu tiga walaupun ia puasa dan salat serta mengaku dirinya muslim. Yaitu jika ia berbicara, ia berdusta, jika berjanji, ia menyalahi, dan jika dipercaya, ia khianat." (HR. Muslim).
Sayyid ath-Thantawi (2061), ketika mengomentari ayat di atas (at-Taubah: 119) menjelaskan bahwa kebenaran atau kejujuran itu meliputi segala aspek kehidupan, baik dalam niat, ucapan, dan perilaku. Niat atau motivasi yang ada dalam diri seseorang dikatakan benar apabila sesuai dengan tuntunan syariat. Begitu pula halnya dengan ucapan dan perilaku. Karena pada dasarnya seorang mukmin sejati meyakini bahwa, "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya." (al-Isra': 36).
Ma'รขsyiral muslimรฎn rahimakumullรขh,
Seorang pebisnis muslim yang taat, tentu akan selalu berusaha jujur dalam segala kehidupannya. Dimulai dari niat ketika berbisnis, modal yang digunakan, transaksi yang dipakai, bahkan sampai cara pemasaran dan pengelolaan laba. Dengan kata lain, dari hulu sampai hilir, ia akan selalu berusaha jujur, agar yang dilakukan dalam bisnisnya sesuai dengan ketentuan syariat. Jika seorang pebisnis telah mampu meletakkan kerangka kejujuran dalam semua lini usahanya secara profesional dan istiqamah, maka label syariah baru pantas disematkan kepadanya.
Selain diperintahkan berbuat jujur, dalam ayat di atas juga terkandung perintah kepada seorang mukmin untuk membentuk komunitas kejujuran. Sebagaimana Allah perintahkan: "wa kรปnรป maash-shรขdiqรฎn" yang artinya: "dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119). Ayat ini mengisyaratkan bahwa kejujuran perlu dibangun bersama dan membutuhkan komunitas untuk menyuarakan dan membentuk opini. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak cukup dirinya telah berbuat jujur, tetapi ia bersama orang lain, ia harus menjalankan kejujuran. Sehingga kejujuran menjadi gerakan masa dan mampu membentuk komunitas kejujuran. Karena kejujuran individual akan sangat mudah terobang-ambing, bahkan bisa jatuh, jika komunitas lingkungannya tidak mendukungnya. Seperti yang terjadi pada saat sekarang ini. Banyak orang yang dulunya dikenal jujur dan menyuarakan kejujuran, tiba-tiba tenggelam lenyak, bahkan terbawa arus kebohongan, tidak lain karena ia jauh dari komunitas kejujuran. Oleh karena itu, Allah memerintahkan orang yang jujur untuk bergabung dangan orang yang jujur, agar dapat saling menguatkan dan saling mengingatkan dalam kejujuran.
Dalam membentuk komunitas kejujuran, strategi yang dilakukan oleh Rasulullah adalah memulai dari diri sendiri, kemudian mengajak keluarga atau teman terdekat dan masyarakatnya. Jika komunitas kejujuran sudah terbentuk dalam masyarakat, maka setiap individu akan merasa mudah dalam menjalankan bisnisnya. Roda perekonomian akan bergerak dengan cepat. Karena seseorang tidak lagi curiga ketika menyerahkan pengelolaan modal kepada pihak lain yang kekurangan modal. Pihak yang menyerahkan akan selalu merasa aman karena pihak yang diserahi selalu bertindak jujur. Inilah, menurut penulis, salah satu isyarat yang terdapat dalam surat al-Lail, ayat 6-7, bahwa Allah akan memberikan kemudahan bagi orang yang memiliki karakter jujur.
Ketika seorang pelaku bisnis dapat berbuat jujur, sesungguhnya ia telah menanamkan modal saham terbesarnya dalam berbisnis. Berbagai kemudahan akan ia dapatkan dalam kehidupannya. Di samping itu, kejujuran akan membawa keberkahan hidup dan harta. Karena tanpa keberkahan, harta tidak akan banyak membawa manfaat bagi si empunya.
7. Kenapa Harus yang Halal?
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ููุงูุดููููุฑู ููููููู ููููุง ุญููููู ููููุง ูููููุฉู ุฅููููุง ุจูุงููููููุ ููุงูุตููููุงุฉู ูู ุงูุณููููุงู ู ุนูููู ุฑูุณูููู ุงููููููุ ููุจููููููุง ู ูุญูู ููุฏู ููุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุจููู ุฃูุฌูู ูุนูููู.
ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู:
Jamaah yang berbahagia,
Mencari dan mengonsumsi rezeki yang halal adalah kewajiban setiap muslim. Karena ia menjadi salah satu syarat mutlak diterimanya semua amal ibadah. Sungguh, Allah tidak akan menerima kecuali sesuatu yang baik. Rasulullah bersabda, "Wahai para manusia, sesungguhnya Allah Mahasuci dan tidak akan menerima kecuali yang suci." (HR. Muslim). Dalam kitab Jรขmi'ul 'Ulรปm wal-Hikam karya Ibnu Rajab, disebutkan bahwa Ibnu 'Abbas berkata, "Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang di dalam perutnya ada sesuatu yang haram." Disebutkan juga, bahwa salah satu ulama salaf yang bernama Wahb bin al-Ward berkata, "Sekalipun kamu berdiri bagaikan tiang, itu tidak ada gunanya bagimu sampai kamu memerhatikan apa saja yang kamu masukkan ke dalam perutmu, halalkah atau haramkah?"
Selain menjadi salah satu syarat diterimanya ibadah, mengonsumsi rezeki yang halal juga menjadi penyebab terkabulnya doa. Sebaliknya, berlarut-larut dalam perbuatan haram akan menghalangi seseorang dari terkabulnya doa. Walaupun dia dalam kondisi orang yang termasuk mudah terkabul doanya, misalnya seorang musafir. Rasulullah menyebutkan dalam sebuah hadits, tentang seorang lelaki yang berpergian jauh, hingga penampilannya menjadi kusut, lalu ia menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berdoa, "Ya Rabb, Ya Rabb," sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dahulu ia diberi makan dari makanan yang haram, maka mana mungkin permohonannya dikabulkan? (HR. Muslim).
Jamaah yang berbahagia,
Mengonsumsi yang halal tentu membahwa manfaat yang besar baik di dunia maupun akhirat. Di akhirat, jelas akan terselamatkan dari api neraka. Karena tidak ada daging yang tumbuh dari harta haram kecuali daging tersebut lebih berhak masuk ke dalam neraka, sebagaimana Rasulullah sabdakan, "Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih layak baginya." (HR. ath-Thabarรขni).
Adapun manfaat di dunia, sebagaimana diterangkan oleh para ulama, di antaranya adalah, Pertama, harta halal akan melahirkan amal saleh dan amal yang bermanfaat bagi diri maupun sesama. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat:
ููุง ุฃููููููุง ุงูุฑููุณููู ูููููุง ู ููู ุงูุทูููููุจูุงุชู ููุงุนูู ููููุง ุตูุงููุญูุง ุฅููููู ุจูู ู ุชูุนูู ูููููู ุนููููู ู
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al-Mu'minรปn: 51). Beliau menjelaskan, "Pada ayat ini, Allah memerintahkan para rasul 'alaihimussalรขm agar makan makanan yang halal, dan beramal saleh. Disandingkannya dua perintah ini mengisyaratkan bahwa makanan halal adalah pembangkit amal saleh. Dan sungguh, mereka benar-benar telah menaati kedua perintah ini." (Tafsir Ibnu Katsir, 5/477).
Berangkat dari pemahaman ini, sekiranya kita perlu introspeksi diri, jika suatu saat badan terasa berat dan malas untuk melakukan sebuah amal kebaikan, bisa saja hal tersebut karena makanan dan minuman yang kita konsumsi adalah dari harta yang haram.
Hadirin wal hadirat yang dimuliakan Allah,
Manfaat lain dari mengonsumsi rezeki yang halal adalah dapat menjadi obat berbagai penyakit. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Jarรฎr ath-Thabari ketika menafsirkan kalam Allah,
ููุขุชููุง ุงููููุณูุงุกู ุตูุฏูููุงุชูููููู ููุญูููุฉู ููุฅููู ุทูุจููู ููููู ู ุนููู ุดูููุกู ู ูููููู ููููุณูุง ููููููููู ูููููุฆูุง ู ูุฑููุฆูุง
"Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang baik lagi baik akibatnya." (an-Nisa: 4). Ibnu Jarรฎr mengatakan, "Makna kalam Allah: ููููููููู ููููููุฆูุง ู ูุฑูููุฆูุง adalah: "Maka makanlah pemberian itu, niscaya menjadi obat yang menawarkan." (Tafsir Ibnu Jarรฎr, 7/560). Adapun dalam tafsir al-Qurthubi dijelaskan bahwa: "Al-hanรฎ ialah yang baik lagi enak dimakan dan tidak memiliki efek negatif, sedangkan al-mari ialah yang tidak menimbulkan efek samping pasca dimakan, mudah dicerna, dan tidak menimbulkan penyakit atau gangguan." (Tafsir al-Qurthubi, 5/27).
Dengan alasan-alasan yang telah disebutkan, maka tidak ada alasan lagi bagi seorang mukmin untuk tidak mencari rezeki yang halal dan mengonsumsi rezeki yang halal. Karena yang halal itu berkah dan selalu memberikan ketenangan pada jiwa.
8. Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Islam
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ุงูููุฐูู ุฎููููู ุงููุฅูููุณูุงูู ุนููููู ููู ุงููุจูููุงูู ููุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ุตูุงุญูุจู ุงููุจูุฑูููุงูู ููุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุจููู ููู ููู ููููุฌู ู ูููููุฌููู ุฅูููู ููููู ู ุงููููุฑูููุงููุ ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู:
Ma'รขsyiral muslimรฎn rahimakumullรขh,
Dalam surat ar-Rahmรขn, Allah menjelaskan bahwa diriNya adalah pengajar ('allamahul bayรขn) bagi umat manusia. Sedang ayat pertama yang diturunkan Allah adalah surat al-'Alaq, "Bacalah dengan nama Rabb-mu yang menjadikan." Ayat inilah yang memastikan bahwa Muhammad adalah seorang nabi dan rasul. Ayat ini juga yang diperdengarkan pertama kali kepada telinga beliau. Wahyu pertama ini menegaskan kepada umat manusia tentang kedudukan ilmu dalam agama Islam. Kalau kita perhatikan bersama, dalam surat tersebut, Allah memerintahkan kita untuk membaca dan belajar. Allah juga mengajarkan kita dengan qalam yang sering kita artikan sebagai 'pena. Namun sebenarnya kata qalam juga dapat dipahami sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Termasuk di dalamnya adalah alat percetakan, komputer, internet, dan lain sebagainya. Di luar itu, surat al-'Alaq juga mengisyaratkan tentang pentingnya ilmu dan kewajiban untuk mentransferkan ilmu tersebut kepada generasi berikutnya.
Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Al-Qur'an maupun hadits, ilmu pengetahuan memiliki kedudukan paling tinggi melebihi hal-hal lain. Bahkan salah satu sifat Allah adalah Dia memiliki ilmu, yang Maha Mengetahui. Asy-Syauqi, seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Bahkan orang yang tinggi derajatnya di hadapan Allah adalah mereka yang berilmu. Karena dengan ilmu itu seseorang dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dengan ilmu yang benar, seseorang mampu memperoleh keimanan yang benar. Tanpa ilmu yang benar, keimanan seseorang akan mudah untuk dipermainkan. Begitu pula ilmu yang tidak didasari keimanan yang benar, akan mudah membuat orang memperjualbelikan ilmunya dengan nilai-nilai materi yang tidak ada nilainya di sisi Allah. Antara iman dan ilmu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, apabila kita berharap dari ilmu tersebut lahir sebuah kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Kaum muslimรฎn rahimakumullรขh,
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad ๏ทบ menganjurkan kita untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatiannya kepada kewajiban menuntut ilmu sedetail Nabi Muhammad. Maka tidak heran jika sejarah mencatat masa keemasan peradaban Islam, di mana umat Islam telah mampu memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi para ulama Islam. Menyebar mulai kota Madinah, Baghdad, Kairo, sampai Spanyol, dan Cordova di benua Eropa. Berbagai perguruan tinggi dibangun untuk memperkuat pembelajaran dan penelitian keilmuan. Di masa itu, dunia Eropa masih dipenuhi dengan kegelapan dan tidak ada satu pun perguruan tinggi didirikan.
Tugas kita sekarang adalah mengembalikan kejayaan tersebut. Dengan kembali memupuk semangat belajar, penelitian dan pengembangan keilmuan yang berdasarkan kepada nilai-nilai AlQur'an dan As-Sunnah. Karena tanpa nilai tersebut, ilmu tidak akan mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk umat manusia, seperti yang terjadi sekarang. Secara materi, ilmu pengetahuan begitu pesat perkembangannya, namun ternyata ilmu tersebut tidak mampu 'memanusiakan' manusia secara jujur dan adil. Ketimpangan tersebut bermula dari ketimpangan niat yang dimiliki para ilmuwan ketika belajar.
Jamaah yang berbahagia,
Ada sementara orang yang niat mencari ilmu itu adalah: al-'ilmu lil 'ilmi, yaitu mencari ilmu karena ilmu semata-mata. Dia sangat senang dan mabuk dengan ilmu. Orang semacam ini cenderung menjadi budak ilmu dan tidak memerhatikan etika dan akhlak. Ada juga yang disebut dengan al-'ilmu lillah, yaitu orang yang menuntut ilmu karena perintah Allah, dengan tujuan agar dapat mengamalkan ilmu sebagai bentuk pengabdian dan pendekatan diri kepada Allah. Ilmuwan semacam ini akan menggunakan ilmunya untuk membangun kehidupan manusia seutuhnya. Semuanya dengan tujuan agar dapat melindungi iman, memperkuat syariat, dan mengumandangkan kalimatullah. Mereka adalah ilmuwan yang bertakwa. Mereka akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah, sebagaimana Allah janjikan dalam Al-Qur'an yang artinya, "..niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (al-Mujadilah: 11)
9. Pendidikan Generasi Muslim
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ูููููููุ ูู ุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ุงููููุจูููู ุงููู ูุตูุทููููุ ูู ุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุงุจูุชููู ููู ููู ุชูุจูุนูููู ู ุจูุฅูุญูุณูุงูู ุฅูููู ููููู ู ุงููู ูุตููููู ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู:
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah telah diberi misi dan tanggung jawab masing-masing untuk meneruskan kehidupan di atas muka bumi ini, di mana setiap tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Termasuk di dalamnya adalah memastikan terciptanya generasi muslim yang beriman, bertakwa, dan berkualitas. Tentunya menjalankan amanah bukanlah sesuatu yang mudah. Rasulullah bersabda, "Seberatberat agama ialah memelihara amanah. Sesungguhnya tidak ada agama bagi orang yang tidak memelihara amanah, bahkan tidak ada salat dan zakat baginya (tidak diterima)." (HR. al-Bazzar).
Jika kita perhatikan kehidupan anak-anak sekarang, banyak aspek akhlak dan moral anak-anak yang memprihatinkan. Seperti masalah aurat yang serba terbuka, kelahiran anak di luar nikah, pergaulan bebas, narkoba, serta budaya pornografi dan pornoaksi. Semua ini menunjukkan lemahnya pendidikan agama dan kendornya ikatan akidah dan akhlak pada diri anak, di samping sulitnya anak mendapatkan suri teladan yang benar dari lingkungannya.
Salah satu konsep hidup yang ditegaskan oleh Rasulullah adalah keteladanan dan pendidikan terhadap anak-anak. Pendidikan anak bermula dari individu-individu yang menjadi ibu dan bapak itu sendiri. Seorang bapak maupun ibu harus mengerti tujuan kita dihidupkan Allah di dunia ini, apa tugas dan kewajiban mereka, dan bagaimana pertanggungjawabannya kelak di sisi Allah? Tanpa memahami perkara-perkara ini, mustahil lahir sebuah generasi yang bertakwa dan mampu memiliki kecemerlangan di dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Ma'asyiral muslimรฎn rahimakumullรขh,
Anak merupakan amanah dari Allah yang hendaknya dipelihara dan dibimbing sesuai dengan pesanan dan panduan syariat Allah dan Rasul-Nya. Jika ini tidak dilaksanakan dengan betul, maka ia bisa menjadi penyebab orang tuanya terseret ke lembah neraka di akhirat dan mendapat malu di dunia. Amaran ini dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surah atTahrim, ayat 6: "Peliharalah diri kamu dan ahli keluarga kamu dari neraka."
Zaman telah berubah, perkembangan dan kemajuan kehidupan sedikit banyak telah mengubah nilai-nilai murni kehidupan dan keimanan kita. Maka sebagai ibu bapak, kita hendaklah banyak memberi bekal keimanan kepada anak-anak kita agar tidak hanyut dan lenyap ditelan perkembangan zaman. Sejak kecil, anak-anak seharusnya menerima asupan nutrisi pendidikan agama yang cukup. Mulai dari dalam kandungan, setelah lahir, hingga dewasa. Pendidikan agama sejak dini sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian anak. Hal ini diakui sendiri oleh ilmu pengetahuan modern yang mengatakan, bahwa masa yang paling dominan untuk membentuk kepribadian manusia adalah masa kanak-kanak. Rasulullah bersabda yang maksudnya, "Sesungguhnya setiap anak dilahirkan atas fฤฑtrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri) sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR. ath-Thabarรขni).
Jamaah yang berbahagia,
Berbicara tentang bagaimana cara mendidik anak, kita dapat menengok pendidikan yang dilakukan Luqman kepada anaknya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an, yaitu mencakup asas pendidikan tauhid, akhlak (norma dan etika), shalat (ibadah), pendidikan amar makruf nahi mungkar (kepekaan sosial), bersikap tabah dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat (interaksi sosial). Pokok-pokok pendidikan dasar ini harus ditanamkan orang tua kepada anak sejak dini. Sudah barang tentu, orang tua harus berusaha menjadi teladan yang bisa ditiru oleh anak. Karena inti utama pendidikan anak adalah keteladanan. Oleh karena itu, saleh atau tidaknya seorang anak menjadi pertanda berhasil atau gagalnya orang tua dalam mendidik anak. Sabda Rasulullah, "Dan bahwasanya anakanak itu termasuk hasil usahamu." (HR. al-Bukhari).
Adalah menjadi harapan setiap orang tua agar dikaruniai anak-anak yang saleh. Anak saleh adalah investasi tanpa rugi bagi setiap orang tua. Di dunia ia memuliakan, dan di akhirat menyelamatkan dari siksaan Allah. Rasulullah bersabda, "Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim).
10. Seks dan Islam
ุงููุญูู ูุฏู ููููููู ุฑูุจูู ุงููุนูุงููู ูููู ููุงูุตููููุงุฉู ููุงูุณููููุงู ู ุนูููู ููุจููููููุง ู ูุญูู ููุฏู ูู ุนูููู ุขูููู ููุตูุญูุจููู ุฃูุฌูู ูุนูููู. ุฃูู ููุง ุจูุนูุฏู
Saudaraku yang dimuliakan Allah,
Membahas masalah seks tidak akan pernah habis. Pembahasan masalah ini akan terus mengalir dan menarik selama manusia masih menghuni planet bumi ini. Hal ini karena kebutuhan manusia terhadap seks merupakan kebutuhan mendasar dan fitrah, seperti kebutuhan makan dan minum. Islam adalah agama yang sempurna (al-Ma'idah: 3). Tidak ada masalah dalam kehidupan manusia kecuali Islam telah mengaturnya. Tidak ada secuil permasalahan, termasuk masalah seksual, kecuali Islam telah membahasnya dan memberikan petunjuk yang benar bagi kehidupan manusia. Rasulullah menjelaskan dalam sebuah hadits, "Tidak bersisa satu hal pun yang dapat mendekatkan seseorang kepada surga dan menjauhkannya dari neraka, yang belum dijelaskan kepada kalian." (HR. al-Haitsami dalam Majma'uz-Zawa'id).
Berbicara tentang seks, Islam sama sekali tidak pernah ragu-ragu, atau menolaknya, apalagi menutup-nutupinya. Permasalahan seks dalam Islam merupakan satu kesatuan dalam syariat. la tidak bisa dipisahkan dari akidah, ibadah, dan akhlak. Oleh karena itu, banyak ayat-ayat Al-Qur'an maupun hadits Rasulullah yang secara gamblang telah membahas masalahmasalah seksualitas. Sebagai contoh, lihat saja kalam Allah dalam surat al-Baqarah, "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. (al-Baqarah: 187). Dalam hadits sahih, Rasulullah bersabda, "Apabila ia duduk di antara empat pangkal (kedua tangan dan kedua kaki) dan khitannya (alat kelamin) menyentuh khitan lainnya maka wajiblah mandi." (HR. Muslim).
Jamaah yang berbahagia,
Ketika Islam memperbolehkan seseorang melakukan hubungan seksual, Islam tidak melepasnya seperti hewan tanpa kontrol. Karena yang akan terjadi adalah pengumbaran hawa nafsu serta merebaknya dekadensi moral. Di sisi lain, Islam juga tidak mencegah atau menghilangkan naluri seksual yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Islam memandang bahwa keberadaan naluri seksual sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk mempertahankan keberadaan dan keberlangsungan manusia di muka bumi sebagai khalifah. Dengan adanya naluri birahi inilah, manusia bisa menjaga eksistensinya di muka bumi. Oleh karenanya, Islam mengatur dan mendudukkan permasalahan kebutuhan seksual ini di bawah kebijaksanaan syariat dan kesucian jiwa. Maka disyariatkan pernikahan antara lakilaki dan perempuan dengan tujuan mendapatkan keturunan, di samping untuk memenuhi kebutuhan seksual secara halal. Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya "Pendidikan Anak Menurut Islam" menjelaskan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah untuk melindungi kelangsungan manusia. Dengan pernikahan, umat manusia akan semakin banyak dan berkesinambungan. Oleh karena itu, Islam tidak mengenal sistem kerahiban atau kepasturan. Karena hal ini bertentangan dengan fitrah, naluri, dan kecenderungan manusia normal. Sebagaimana Rasulullah terangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, "Sesungguhnya Allah telah mengganti pola hidup kerahiban (kependetaan) kita dengan ajaran agama yang lurus dan mudah." Dalam hadits lain, Rasulullah menyabdakan, "Barang siapa mampu menikah, namun ia tidak menikah, maka tidaklah dia termasuk golonganku." (HR. al-Baihaqi).
Kaum muslimin yang berbahagia,
Pandangan dan realita seksualitas dalam Islam, jauh berbeda dengan apa yang pernah dialami dan berkembang di dunia barat. Pada abad pertengahan masehi, di barat berkembang sebuah pemahaman di mana masalah seksual dianggap kotor, jijik, dan tidak pantas dibicarakan oleh agama. Maka muncul istilah "Rahbaniyyah" di mana seorang pastur atau pendeta tidak diperbolehkan menikah. Wanita dianggap sebagai makhluk yang kotor, jahat, hina, dan penyebab semua kerusakan di dunia. Akibat dari keengganan agama dalam membahas seksualitas, berbagai penyelewengan seksual dan dekadensi moral di barat berkembang pesat.
Pandangan semacam itu jelas berbeda dengan Islam. Islam sejak awal telah membicarakan seks dan meletakannya sesuai petunjuk Allah sebagai Pencipta fitrah manusia. Di samping itu, dalam pandangan Islam, hidup mati manusia adalah untuk pengabdian diri kepada Allah. Sebagaimana Allah firmankan "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (adz-Dzรขriyรขt: 56). Oleh karena itu, sejak awal Islam memandang kegiatan seksual adalah bagian dari pengabdian dan ibadah kepada Allah. Dengan demikian, semua harus tunduk di bawah aturan Allah, sehingga kenikmatan itu membawa keberkahan di dunia dan akhirat.
Komentar Terbanyak
Ribuan Orang Teken Petisi Copot Gus Yahya dari MWA UI
142 Negara PBB Setuju Palestina Merdeka tapi Gaza Terus Digempur Israel
KTT Darurat Arab-Islam di Doha Kecam Serangan Israel, Hasilkan 25 Poin Komunike