Malam masih menyelimuti siang, matahari masih senyap di peraduan. Seorang ibu sepuh mengirim WA audio kepada adiknya yang dirasa memiliki kedudukan nyaman di suatu instansi. Ia bercerita tentang pejabat yang menjadi atasan dari anaknya. Putra pejabat itu hendak masuk suatu institusi pendidikan tertentu. Pendidikan dokter spesialis dalam bidang yang banyak diminati.
"Kalau seandainya harus menghadap, ia akan menghadap kepadamu". Itu sekelumit permohonan yang dimajukannya di suatu akhir malam.
Beraneka bentuk pengharapan dan permohonan model seperti ini. Entah di negeri ini atau entah di mana saja. Boleh jadi menggunakan kalimat yang sedikit berbeda. Tapi maksudnya sama, ingin ditolong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak jaman dahulu sudah beruntun kisah tentang bagaimana pertolongan kepada seseorang menghadirkan pertolongan serupa kepada si penolong.
Di masa bepergian jauh masih lebih umum menggunakan kapal laut daripada pesawat udara. Pada masa itu, beberapa Kyai yang menerima banyak santri di pondoknya, memberangkatkan putra penerus mereka ke Arab Saudi, Yaman, maupun Mesir.
Sementara putra-putra para Kyai itu mengikuti pendidikan agama di negara-negara teluk, sementara orang tua mereka berada di Indonesia. Sering terjadi uang kiriman belanja bulanan, baik untuk biaya pendidikan maupun biaya belanja harian mengalami kendala. Entah karena cuaca yang bertepatan dengan banyak angin kencang, atau orang yang akan dititipi uang belum ada yang bepergian ke arah negara tujuan.
Lalu apa yang mereka para Kyai itu lakukan. Mereka sengaja memberikan santunan kepada para santri di pondoknya. Dengan keyakinan bahwa apa yang mereka perbuat akan dibalas Tuhan.
Lalu apa yang mereka ceritakan selanjutnya. Entah dari mana datangnya. Entah siapa yang berkenan membantu. Tapi yang jelas para putra beliau di negeri nun jauh di sana ditolong orang (baca ditolong Tuhan) melalui jalan yang bukan perlu logika normal.
Kisah di atas sebenarnya terjadi berulang, acak dan tersebar bahkan di seluruh dunia. Sering orang memberikan stigma kebetulan. Padahal, ada beberapa periset yang membuktikan bahwa hal itu terjadi melalui proses. Bukan sekedar kebetulan.
Tentang hal itu, ada dua orang periset terkenal (Stephen Post dan Jill Neimark) yang menemukan jawaban dari hal-hal yang sering diberi stigma kebetulan di atas. Hasil temuan mereka dinarasikan dalam bentuk buku. Buku tersebut sangat terkenal. Buku itu menjadi best seller internastional. Ia menjadi sumber inspirasi sangat baik selama beberapa tahun bahkan sampai sekarang. Buku itu berjudul "Why Good Things Happen to Good People". Mengapa hal-hal baik selalu mengejar orang-orang yang baik.
Dalam buku itu dipaparkan mengenai fakta bahwa mereka yang hidup panjang umur. Hidup lebih bahagia. Hidup lebih sehat. Hidup berkah. Mereka meninggal setelah sempurna melakukan pengabdian. Mereka hanya memerlukan satu modal saja. Apakah satu modal utama itu? Ialah hidup dengan cara suka menolong!
Dr. Stephen G. Post dan Jill Neimark telah melakukan riset dengan mengumpulkan penelitian di universitas-universitas terbaik di negara Amerika Serikat untuk membuktikan manfaat hidup yang meningkat dari perilaku suka menolong. Penelitian menarik ini menunjukkan bahwa ketika siapa pun kita, yang menyiapkan diri untuk selalu memberikan pertolongan. Apalagi dilakukan sejak muda. Maka hidup akan serasa mudah. Gampang puas, gampang bahagia, segar fisiknya, berbeda secara signifikans daripada hidupnya orang yang enggan memberikan pertolongan.
Orang-orang yang suka menolong orang lain, diri mereka menjadi panjang umur. Tidak mudah depresi. Kesehatan fisik menjadi prima. Kesuksesan mudah diraih.
Post dan Niemark melakukan riset ini selama 50 tahun. Risetnya menemukan bukti bahwa orang-orang yang biasa memberikan pertolongan, apalagi sudah dimulai sejak SMA, mereka memiliki kesehatan fisik dan mental prima sepanjang hidup mereka. Penelitian lain menunjukkan bahwa orang-orang tua yang menyediakan diri untuk menolong orang lain, mereka panjang umur.
Perilaku suka menolong orang lain telah menunjukkan dukungan kualitas kesehatan kepada para penolong. Hasil ini lebih tampak nyata pada para penderita penyakit kronis, termasuk HIV AIDS, multipel sclerosis, dan penderita penyakit jantung. Riset juga menunjukkan bahwa orang-orang dari semua usia yang senang menolong orang lain secara teratur, bahkan dalam cara-cara kecil, mereka memiliki kehidupan paling bahagia.
Nabi Muhammad SAW memberikan konsep dasar tentang bagaimana cara, agar seseorang bisa memperoleh pertolongan dengan mudah. Ialah menolong orang lain.
Sabda beliau, "Wallahu fii aunil abdi maakaanal abdu fii auni akhiihi" (Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya).
Bahkan di dalam Islam, orang yang enggan menolong orang lain masuk dalam kriteria orang yang tidak pantas menyebut diri sebagai orang yang beragama (QS al-Ma'uun 107:7). Mereka yang termasuk pendusta agama adalah mereka yang enggan melakukan pertolongan kepada orang lain, walau hanya sekedar menolong hal-hal yang remeh-temeh.
Pertolongan yang pasti bisa hanyalah pertolongan Tuhan. Dan Tuhan berjanji akan menolong siapa pun yang suka memberikan pertolongan kepada orang lain.
Mulai sekarang hayo siapkan diri untuk senantiasa siap menolong siapa pun di jalan Tuhan. Setidaknya agar hidup panjang umur, sulit sakit, mudah sukses, hidup bahagia sejahtera! Itu setidaknya sudah dibuktikan melalui riset ilmiah, di samping fakta empiris yang jumlahnya sulit dihitung.
Abdurachman
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa