Raudah Dirindu, Raudah Jangan Keliru!

Kolom Hikmah

Raudah Dirindu, Raudah Jangan Keliru!

Abdurachman - detikHikmah
Senin, 03 Jun 2024 13:39 WIB
Abdurachman, guru besar UNair
Foto: Dokumen pribadi
Jakarta -

Raudah, nama yang sangat populer bagi jemaah calon umrah, calon haji. Berjuang untuk masuk ke Raudah, bukan hanya bagi para jemaah yang sudah di Madinah. Bahkan para calon jemaah umrah atau haji sudah menanyakannya sejak masih di tanah air.

Raudah adalah lokasi antara maqburah Nabiy dan mimbar Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Masuk dan berdoa di sini merupakan program 'wajib' bagi jemaah calon umrah atau haji.

Pada era ini, masuk ke Raudah memiliki jadual khusus. Kalau jadwal laki dan perempuan berbeda, itu sudah dari dulu. Tapi setelah Covid-19 kemarin, jemaah harus antri, sesuai jadwal yang diberikan oleh pemerintah.

Bahkan, sejak tahun 2023 akhir, jemaah hanya dibolehkan masuk ke Raudah sekali dalam setahun. Jadi, jika ada jemaah berhaji, atau berumrah setahun lebih sekali maka, dia hanya diijinkan ke Raudah lagi setahun setelah masuk Raudah yang sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hakikat Raudah

Mengapa jemaah begitu antusias masuk, shalat, berdoa bahkan menangis lama di Raudah? Tempat ini setidaknya diyakini sangat makbul. Tempat segala pinta mendekati 100% diterima. Atau, sebagian karena merasa bisa lebih dekat dengan posisi Rasulullah berada. Juga merupakan lokasi di mana Rasulullah berlalu lalang dari rumah Beliau ke mimbar, tempat Beliau menjadi imam para sahabat untuk melakukan salat jemaah lima waktu.

Lokasi demikian sangatlah wajar jika diyakini sebagai lokasi yang sangat berkah. Antara lain karena di sanalah bekas jejak kaki Rasulullah yang penuh berkah berulang-ulang melintas. Persoalannya adalah, apakah setiap jemaah yang masuk ke Raudah selalu menghasilkan keberkahan itu? Atau, apakah yang tidak mampu, dengan segala alasannya, masuk ke Raudah adalah mereka yang 'pasti' tidak mampu menerima berkah itu?

ADVERTISEMENT

Sebentar dulu, kita pahami makna berkah. Ia merupakan kata yang setidaknya memiliki makna kemanfaatan yang luas. Semakin berkah semakin luas manfaat yang dihasilkan.

Nah, terkait dengan keberkahan yang dihasilkan, kepada para jemaah yang berhasil masuk Raudah pantas diberikan pertanyaan. Apakah setelah masuk ke Raudah mereka menjadi lebih baik? Lebih baik bermakna antara lain jika kebaikan itu terkait dengan salat, maka boleh jadi salatnya makin khusyu. Sebelumnya jarang salat berjemaah ke masjid setelah dari Raudah semakin rajin. Jika dulunya masih kurang dermawan setelah dari Raudah jauh lebih tajir. Jika sebelumnya kurang mudah menahan emosi setelah dari Raudah lebih sabar, dan seterusnya.

Lalu, bagaimana jika semua kebaikan, kesempurnaan akhlak ini justru digapai oleh orang yang belum berhasil ke Raudah? Apakah pantas mereka disebut kehilangan berkah Raudah?

Kalau dilihat dari hasilnya: siapa pun, entah ke Raudah atau belum, jika akhlaknya semakin mulia maka dialah yang memperoleh berkahnya ibadah. Walau belum berhasil ke Raudah. Sedangkan mereka yang berhasil ke Raudah tetapi belum mampu membuat akhlaknya semakin sempurna, sebaiknya istighfar. Mengapa? Karena bagaimana bisa, tempat yang berkahnya sangat luar biasa belum mampu mengganti akhlaknya yang kurang baik menjadi lebih sempurna?

Jadi ayo kita berpacu bisa ke Raudah. Namun jangan lupa, perubahan menuju akhlak yang lebih mulia merupakan tujuan utama yang harus digapai melalui ibadah apa pun. Termasuk ke Raudah!

Abdurachman
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, pemerhati spiritual medis dan penasihat beberapa masjid di Jawa Timur.
Artikel ini adalah kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Red)




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads