Nabi Muhammad SAW harus melewati tantangan dakwah yang sangat berat. Sejumlah kitab sirah dan tarikh menceritakan betapa sulitnya dakwah beliau dan bagaimana sikap Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah kala itu.
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir sepanjang zaman yang diberi mukjizat oleh Allah SWT berupa Al-Qur'an. Beliau ditugaskan Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam yang terdapat dalam kitab suci tersebut agar menjadi pedoman hidup bagi seluruh manusia untuk memperoleh kehidupan akhirat yang baik.
Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW telah dijaga oleh Allah SWT baik kepribadiannya dan akhlaknya. Dikatakan dalam buku Nabi Muhammad SAW Menurut Numerologi dan Astrologi Cina yang ditulis oleh Muharram Hidayatullah, Nabi Muhammad SAW selalu berbicara dengan sopan dan sabar, beliau juga merupakan orang yang adil dan bijaksana, tidak pernah mementingkan diri sendiri, dan selalu mencurahkan waktunya untuk umatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu pula sikap Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah.
Sikap Nabi Muhammad dalam Berdakwah
1. Sabar dan Pemaaf
Nabi Muhammad SAW merupakan manusia paling sabar sepanjang masa. Beliau bahkan mau memaafkan kaumnya agar diampuni oleh Allah SWT bahkan ketika malaikat sudah siap untuk memberi mereka pelajaran dan tinggal menunggu aba-aba Rasulullah SAW saja.
Cerita ini dikutip dari Hayatus Shahabah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi. Dalam hadits Al-Bukhari, suatu saat istri Nabi SAW pernah bertanya kepadanya hari yang lebih keras daripada saat Perang Uhud. Nabi SAW pun menjawab yaitu saat beliau menyeru kepada Ibnu Abdi Yalail bin Abdi Kalal, namun dirinya tidak memenuhinya.
Nabi SAW pun pulang dengan keadaan pucat dan akhirnya pingsan. Bangun dari pingsannya, pandangannya tertuju pada awan yang melindunginya.
Di atas awan itu, sudah ada Jibril yang sudah mendengar bahwa kaum Nabi Muhammad SAW menolaknya. Allah SWT juga sudah mengutus malaikat gunung yang siap menimpakan gunung untuk meluluhlantahkan tempat itu.
Namun Nabi Muhammad SAW dengan sikap pemaafnya dan kesabarannya, menolak tawaran tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku justru berharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya."
2. Lemah Lembut dalam Menyampaikan Dakwahnya
Dikutip dalam buku Dakwah Humanis karya Ichsan Habibi, Nabi Muhammad SAW sebagai pendakwah agama Islam yang memiliki sikap lemah lembut dalam dakwahnya.
Kelemahlembutan ini merupakan rahmat dari Allah SWT yang dilimpahkan pada Rasulullah SAW dan hamba-hamba-Nya. Seperti yang tertera dalam firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran ayat 159, yang berbunyi,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."
Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab tafsirnya, lemah lembut yang disebutkan dalam ayat di atas merupakan gambaran akhlak Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan pendapat Al-Hasan Al-Basri.
3. Menyesuaikan Cara Bicara dengan Lawan Bicaranya
Dalam buku Bintang Daud di Jazirah Arab (Relasi Politik Nabi Muhammad dengan Yahudi di Madinah) yang ditulis Khoirul Anwar, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki julukan sebagai al-Amin (yang bisa dipercaya).
Ketika berkomunikasi, beliau akan menyesuaikan dengan lawan bicaranya. Masyarakat Arab terkadang bersikap moderat dan kadang bersikap keras ketika berkomunikasi dengan Nabi Muhammad SAW.
Begitu juga sebaliknya, respons dari Rasulullah SAW juga menyesuaikan dengan masyarakat di sana yang kadang bersikap secara moderat dan terkadang keras.
4. Tidak Pernah Memaksakan Kehendak
Masih dalam sumber yang sama dikatakan, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memaksakan kehendaknya atau ajarannya kepada siapa pun. Terdapat beberapa ayat Al-Qur'an yang melegitimasi sikap Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah yang tidak memaksakan kehendak. Salah satunya dalam surah Yunus ayat 99 yang berbunyi,
وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِى الْاَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۗ اَفَاَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ
Artinya: "Seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang di bumi seluruhnya beriman. Apakah engkau (Nabi Muhammad) akan memaksa manusia hingga mereka menjadi orang-orang mukmin?"
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
BPJPH: Ayam Goreng Widuran Terbukti Mengandung Unsur Babi
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Saat Perang Akhir Zaman Tiba, Sekutu Umat Islam Ini Akan Berkhianat