Perubahan sistem penerimaan mahasiswa baru telah diumumkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim pada Rabu lalu (7/9/2022). Universitas Padjadjaran (Unpad) menyatakan dukungannya atas perubahan tersebut.
Pada skema baru seleksi masuk PTN tersebut, salah satu perubahannya yakni terkait penghapusan Tes Kemampuan Akademik (TKA) dan pengujian yang mengandalkan Tes Potensi Skolastik (TPS).
Prof. Arief S. Kartasasmita selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad menjelaskan tiga alasan kampusnya mendukung perubahan skema penerimaan mahasiswa yang baru. Apa saja? Berikut penjabarannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3 Alasan Unpad Dukung Perubahan Skema Penerimaan Mahasiswa Baru
1. Unpad telah lama menerapkan TPS dalam seleksi mandiri
Tes Potensi Skolastik adalah tes yang mengukur kemampuan kognitif dengan cakupan penalaran umum dan kemampuan pemahaman. Arief menuturkan, Unpad sudah lama menerapkan tes skolastik dalam seleksi mandiri.
"Berdasarkan penilaian, mahasiswa yang masuk Unpad dengan hasil UTBK maupun ujian TPS di jalur mandiri memiliki kualitas yang seimbang. Artinya, TPS memang cukup andal untuk digunakan menyeleksi mahasiswa baru," ungkap Arief, dikutip dari laman resmi Unpad pada Jumat (16/9/2022).
Kemudian, ia juga menilai bahwa TPS lebih efektif dalam penyeleksian berdasarkan potensi calon mahasiswa baru yang sebenarnya. Dengan demikian, seleksi tidak terbatas hanya pada mata pelajaran tertentu.
Selain itu, perguruan tinggi juga dapat menjaring mahasiswa baru dengan tidak berdasarkan nilai akademik saat di pendidikan menengah (SMA/sederajat). Kemampuan calon mahasiswa yang sebenarnya bisa saja tidak terlihat dari nilai akademik.
"Misalnya ada anak-anak yang sesungguhnya cerdas, tetapi karena ada masalah akses ke sekolah yang bagus atau tidak dapat mengikuti bimbingan belajar intensif, nilai akademik yang didapat tampak rendah sehingga tidak dapat bersaing dengan anak-anak yang memiliki banyak akses untuk mendapatkan nilai tinggi akademik," jelas Arief.
Menurutnya, dengan TPS, maka permasalahan tersebut tidak akan terjadi karena yang diujikan adalah potensi di luar mata pelajaran.
2. Merespons risiko masalah adaptasi mahasiswa baru
Arief mengatakan, seleksi masuk PTN skema baru selaras dengan Kampus Merdeka.
Di kampus, sambungnya, ada risiko masalah saat mahasiswa baru beradaptasi di tingkat awal perkuliahan. Sebab, mahasiswa harus mempelajari berbagai hal yang semasa sekolah mungkin bukan jadi perhatian utama mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, Unpad sudah siap dalam menerapkan sistem belajar hybrid dan kesempatan untuk belajar dengan skema Kampus Merdeka.
Pada sistem tersebut, mahasiswa memiliki akses penuh untuk mempelajari segala hal yang dirasa perlu di luar kelas.
Adapun, dalam skema Kampus Merdeka, mahasiswa dapat mengambil mata kuliah apa saja yang mereka perlukan untuk memperdalam bidang studi yang mereka pilih.
3. Kesempatan yang sama untuk masuk ke semua bidang studi
Arief mengatakan bahwa penyeleksian berdasarkan mata pelajaran tertentu di bidang sains atau sosiohumaniora sudah tidak relevan.
Perubahan skema seleksi masuk PTN ini menurutnya dapat memberi kesempatan para calon mahasiswa untuk masuk ke bidang studi apapun dengan talenta yang terseleksi lebih mendasar.
"Dulu, mahasiswa kedokteran mungkin hanya andal dalam mata pelajaran biologi atau matematika, tetapi sangat lemah di bidang sosial budaya atau komunikasi. Dengan sistem sekarang, mahasiswa akan terjaring berdasrkan potensi dasar di semua aspek kehidupan," tutur Arief.
Meski perubahan ini jadi tantangan bagi Unpad untuk melakukan penyesuaian, kata Arief, berkaca dari pengalaman yang telah diperoleh saat melaksanakan ujian mandiri, Unpad menyambut baik perubahan kebijakan tersebut.
(twu/twu)