Ramai Kandungan Susu Kemasan MBG Hanya 30 Persen, Pakar di BGN: Setara Susu Segar

ADVERTISEMENT

Ramai Kandungan Susu Kemasan MBG Hanya 30 Persen, Pakar di BGN: Setara Susu Segar

Fahri Zulfikar - detikEdu
Selasa, 14 Okt 2025 08:30 WIB
Seorang murid menyantap makanannya pada program makan bergizi gratis di SD Bilogae, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Senin (20/1/2025). Sebanyak 337 penerima manfaat termasuk ibu hamil, menikmati sajian yang terdiri dari nasi putih, ayam goreng, nugget, kacang panjang, toge, tempe, buah jeruk, dan susu UHT pada pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perdana yang digelar Satgas Yonif 509 Kostrad di daerah tersebut.
Foto: ANTARA FOTO/Sakti Karuru/Seorang murid menyantap makanannya pada program makan bergizi gratis di SD Bilogae, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Senin (20/1/2025).
Jakarta -

Susu kemasan dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi sorotan lantaran kandungan susu yang hanya 30 persen. Publik mempertanyakan tentang kandungan air yang lebih banyak serta opsi susu segar yang seharusnya diberikan kepada anak-anak.

Pada akhir September 2025 lalu, ahli gizi dr Tan Shot Yen telah mengkritik menu MBG termasuk susu. Menurut dr Tan, susu termasuk protein hewani yang tidak begitu penting, selama ada telur, ikan, hingga daging.

"Kita udah lewat dari empat sehat lima sempurna. Susu adalah bagian dari protein hewan yang tidak penting banget, selama di situ ada telur, ikan, daging, negara kita kurang apalagi," ucap dr Tan dalam rapat yang disiarkan di YouTube TVR Parlemen, beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Etnik Melayu Banyak yang Intoleran Laktosa

dr Tan menjelaskan, bahwa mayoritas etnik Melayu termasuk intoleran laktosa. Kondisi ini berarti tubuh tidak dapat mencerna gula yang ada dalam susu.

"Tidak banyak orang yang tahu bahwa etnik Melayu 80 persennya itu intoleran laktosa, termasuk saya, jadi Anda bisa bayangkan. Menurut Permenkes tahun 2014, udah sebelas tahun, lo, bisa dicatat dicari dokumennya. Kita itu udah keluar dari empat sehat lima sempurna," ungkap lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 1991 tersebut.

ADVERTISEMENT

"Jadi kita nggak mungkin mengonsumsi susu sebagai bangsa Melayu. Akhirnya ada yang mencret," imbuh dr Tan.

Di lapangan, lanjut dr Tan, sudah banyak masyarakat yang bisa menilai, apakah susu kemasan termasuk susu yang baik atau hanya minuman bergula.

"Ini adalah bukti nyata dari susu yang dibagi (oleh program MBG). Anda bisa tahu bahwa publik kita dah pinter, yang dibagi ini bukan susu. Ini adalah minuman bergula," ujarnya.

Susu MBG sudah Sesuai Aturan BPOM

Pakar susu di Badan Gizi Nasional (BGN), Prof Dr Epi Taufik, menerangkan, kandungan gizi susu MBG telah diatur mengikuti spesifikasi khusus dari BGN dengan mengikuti Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Terutama terkait bahan baku susu segar minimum 20 persen, yang ditambah padatan susu dengan kandungan gizi seperti susu segar.

"Kandungan kalsium tidak kurang dari 15 persen daily value, kadar lemak tidak kurang dari 3 persen, kadar protein tidak kurang dari 2,7 persen, dan kadar karbohidrat dan mineral tidak kurang dari 7,8 persen," ujarnya, dikutip dari laman resmi MBG.

Menurutnya, masyarakat kurang memahami tentang kandungan susu segar yang memang didominasi oleh air. Susu sapi segar, misalnya, itu mengandung 88 persen air dan 12 persen bahan kering seperti lemak, protein, laktosa, dan mineral.

"Susu sapi segar, terutama yang saat ini mayoritas berasal dari sapi Frisian Holstein (FH), juga susu kambing, dan bahkan ASI (Air Susu Ibu), kandungan utamanya adalah air," ucap Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Prof Epi memastikan bahwa persentase susu segar dalam menu MBG, kadar gizinya tidak berkurang. Ia menekankan bahwa kandungan minimal 20 persen bukan berarti susu segarnya 20 persen dan sisanya merupakan air.

"Yang penting, kandungan gizi susu MBG (lemak, protein, laktosa/karbohidrat dan mineral) setara dengan susu segar," katanya.

Terkait susu segar, ia mengungkapkan produksi susu segar di Indonesia baru mencukupi 20 persen kebutuhan nasional. Untuk menutupi kebutuhan susu sebelum ada MBG, harus impor 80 persen.

"Produksi susu segar kita kurang dari 1 juta ton per tahun. Dengan adanya tambahan kebutuhan susu MBG, maka ketersediaan susu segar dalam negeri semakin berkurang," ungkapnya.

Dengan kondisi ini, Tim BGN telah mempertimbangkan ketersedian susu segar dalam negeri yang ada saat ini, untuk memenuhi kebutuhan susu regular dan MBG. Tujuannya agar tidak meningkatkan impor yang sudah tinggi.

Terlebih, ada perintah dari presiden agar bahan baku MBG wajib menyerap bahan baku lokal. Maka kandungan susu segar dalam MBG diawali dengan minimum 20% tetapi dengan kandungan gizi setara susu segar.

"Kandungan susu segar dalam susu MBG ini akan ditingkatkan secara bertahap mengikuti ketersediaan produksi susu segar dalam negeri yang dihasilkan oleh para peternak sapi perah dalam negeri," tutur Prof Epi.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads