Pagi-pagi sekali anak-anak berpakaian profesi berkumpul di sekolah mereka di SMP Labschool Kebayoran, Jakarta Selatan, Jumat (19/9/2025). Beberapa di antaranya berseragam pilot, sebagian lain mengenakan scrub khas dokter.
Rupanya, siswa kelas 7 dan 8 ini ramai-ramai menyambut para orang tua yang juga para profesional di bidangnya masing-masing untuk sharing pada Parents Day.
Dalam acara yang digelar SMP Labschool Kebayoran bersama Persatuan Orang Tua Guru dan Murid (POMG) ini, para orang tua akan mengenalkan profesinya pada anak-anak sesuai minatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping orang tua siswa aktif, ada dua praktisi yang turut dilibatkan sebagai guru tamu dalam Parents Day tahun ini. Mereka yakni content creator Jovial da Lopez dan movie maker Arwin Tri Wardhana.
Belajar Konstitusi
Salah satu orang tua siswa yakni Feri Amsari, pakar hukum tata negara dari Universitas Andalas. Di hadapan siswa, ia menjelaskan bagaimana konstitusi melindungi warga negara Indonesia.
"Termasuk jomblo," ujarnya bercanda.
Para siswa pun sigap menjawab pertanyaan kuis yang dilontarkannya. Salah satunya ketika ia menguji soal pasal UUD 1945 tentang perlindungan hak atas pendidikan.
"Pasal 31!" kata salah satu siswa, yang diganjar hadiah kaos.
Feri menuturkan, siswa juga bisa bergelut di bidang hukum sesuai minatnya karena konstitusi juga mengatur perlindungan tentang lingkungan hidup, ekonomi, pemilu, bendera dan lagu kebangsaan, dan lain-lain.
Fashion dan Working Mom
Woke questions datang dari para siswa di kelas fashion yang diampu Adinda Wardhani, Deputy Editor in Chief Fimela.com dan CMO K.A.L.A Studio. Salah satunya menanyakan cara Adinda menjalani peran sebagai ibu bekerja.
Menjawab pertanyaan ini, Adinda menegaskan pentingnya belajar manajemen waktu. Di samping itu, schedule yang dibuat untuk diri sendiri harus dipatuhi.
Ia mencontohkan, sejak malam hari sebelumnya, ia menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan sang anak untuk keesokan hari. Pakaiannya sendiri juga disiapkan sejak seminggu sebelumnya agar tak terburu-buru. Sementara itu, ketika mengurus tugas kantor, ia fokus bekerja dan berkoordinasi sehingga waktu tidak terbuang.
Adinda bercerita, ia juga meniti karier dari awal dan terlibat berbagai project yang mengharuskan multitasking. Untuk itu, manajemen waktu kian penting.
Sementara itu, salah seorang siswa menanyakan cara agar tak terjebak tren di tengah industri fast fashion. Merespons isu ini, Adinda mengingatkan agar siswa belajar berinovasi.
"Meskipun tren, jangan membuat hal yang lewat begitu saja. Kebaya janggan, boleh, tapi apa yang bisa kita bikin beda. Misalnya, pilihan kainnya, pilihan cutting-nya," jelasnya.
Di sesi ini, Adinda juga mengenalkan berbagai profesi industri fashion bagi siswa. Tak hanya desainer, siswa bisa memilih menjadi fotografer, model, entrepreneur, hingga jurnalis fashion.
Tips dari Content Creator
Profesi sebagai content creator rupanya paling banyak dipilih siswa. Para siswa bertambah senang saat tahu Jovial da Lopez yang akan menjadi guru tamu pada sesi content creator.
Pada sesi ini, siswa di antaranya bertanya hal tersulit menjadi content creator pada Jovi.
"Ego," jawabnya cepat.
Jovi menjelaskan, content creator dapat terjebak pada ego untuk membuat konten yang sempurna atau 'keren' secara kualitas teknis. Kamera terbaik, perekam suara terbaik, semua harus punya.
Namun, ia mengingatkan, penting bagi siswa untuk tidak terjebak menjadi 'keren' karena kualitas visual video bagus, tetapi juga harus fokus membuat konten yang 'isinya' bagus.
Ditanya soal membuat konten yang bagus, ia berpesan agar siswa membuat konten yang selaras dengan hati. Konten-konten yang sesuai dengan nilai diri dan jujur menurutnya akan tetap menyenangkan hati kendati sudah berusia lama. Sedangkan konten-konten 'pamer' patut dihindari karena kreatornya sendiri pun bisa menyesal membuatnya.
"Di atas kita masih ada yang 'lebih'," ucapnya.
Sudah membuat lebih dari 300 video konten, Jovi mengingatkan agar siswa belajar menabung konten. Saat ide sedang deras, jangan lupa mencatatnya. Sewaktu-waktu kehabisan ide, siswa bisa mengecek lagi ide-ide yang belum dibuat dan coba menghasilkan kontennya.
Kepala SMP Labschool Kebayoran Yulinda Asnita MPd menuturkan, para siswa sebelumnya diberi semacam kuesioner untuk memilih profesi yang diminati dan dicari tahu lebih lanjut. Sesuai temanya, "A World of Opportunities for Curious Minds", anak-anak diajak berani bertanya dan mengeksplorasi peluang karier di masa depan.
"Dengan rasa ingin tahu, anak-anak sudah mempersiapkan dari pekan lalu mereka ingin masuk ke sesi profesi apa," tuturnya pada detikEdu.
"Semoga anak-anak mendapat model dari orang dewasa yang sudah berhasil, yang menginspirasi sehingga punya gambaran tentang cita-cita mereka dan apa yang harus dipersiapkan untuk meraih cita-cita tersebut," imbuh Yulinda.
Ia menjelaskan, di jenjang SMP, siswa dapat menyiapkan diri untuk fokus pada bidang minat di SMA, mengenal peluang kuliah yang sesuai, termasuk jurusan dan perguruan tingginya. Dengan begitu, anak diajarkan berani bermimpi.
"Guru BK (Bimbingan dan Konseling) juga memberi tahu. Di kelas juga ada afirmasi positifnya, ada fotonya, cita-citanya, SMA impiannya. Bimbingan Konseling tidak hanya membahas soal perkembangan anak remaja di kelas, tapi juga membahas tentang impian, cita-cita, dan studi lanjutan. Sinergi. Kegiatan ini mendukung, menghadirkan tokoh inspiring sehingga menguatkan," ucapnya.
(twu/nwk)