Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti ungkap pihaknya sudah memiliki beberapa langkah antisipasi untuk program digitalisasi pembelajaran dengan pemberian interactive flat panel (IFP) atau smartboard. Antisipasi dilakukan karena Menteri Mu'ti tak ingin program ini mangkrak.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah melatih guru di sekolah penerima smartboard. Ia menyebut, pemberian smartboard harus disertai dengan smart teacher.
"Ada video ceramah saya di Universitas Negeri Makassar, saya menyampaikan smartboard itu harus disertai dengan smart teacher. Kalau board-nya smart, teachingnya-nya tidak smart, maka bisa semaput," tutur Mu'ti di acara PKS Ditjen GTKPG dengan LPTK Program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S1/D4 Bagi Guru yang ditayangkan secara daring dikutip Jumat (12/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, gurunya kita latih sehingga kekhawatiran IFP itu mangkrak sudah kita antisipasi dari awal," tegasnya.
Ada Sekolah yang Mengembalikan IFP
Lebih lengkap Mu'ti menjelaskan bila IFP yang akan diberikan berjumlah 288 ribu alat. Guru Besar UIN Jakarta itu menegaskan IFP didistribusikan kepada sekolah yang bersedia.
Hal itu dikarenakan karena ada isu beredar bila ada sekolah yang tidak mau menerima dan dikirimi IFP. Menanggapinya, Mu'ti menyebut dengan senang hati akan mengambil IFP kembali.
"Tapi bila ada yang merasa tidak mau menerima, maka kami dengan senang hati akan mengambil kembali pengiriman ke sekolah itu. Kalau memang sekolah yang bersangkutan tidak bersedia menerima," ujar Mu'ti.
Mu'ti menyebut sekolah penerima IFP akan dipenuhi segala kebutuhannya untuk menjalankan program digitalisasi pendidikan. Bahkan bila sekolah itu belum ada listrik dan internet, Kemendikdasmen akan membantu.
"Kami sudah berkomitmen untuk nanti dibantu pembangunan listrik tenaga surya yang itu juga merupakan bagian program prioritas Bapak Presiden. Belum ada internetnya, kami sudah komunikasi dengan Bakti Telkom untuk nanti juga akan bekerja sama dengan kami," bebernya.
Kemendikdasmen juga akan telah menyiapkan materi pembelajaran yang akan digunakan di IFP. Menurut laporan yang ia terima, saat ini sudah ada 2.500 paket materi yang akan didistribusikan.
Meskipun sudah dipenuhi seluruhnya, ia menegaskan guru harus tetap mengajar di kelas. Kehadiran IFP tidak menjadikan pembelajaran menjadi daring tanpa ada tatap muka.
"Saya ingin tegaskan bahwa adanya materi tersebut tidak berarti guru tidak hadir di kelas, tetap ada guru yang mengajar. Jadi kalau ada yang mengatakan dengan ada materi itu pembelajarannya full daring, tidak ada pembelajaran tatap muka, itu juga tidak benar adanya," tegas Mu'ti.
Hadirnya IFP membuat guru akan berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Menteri Mu'ti tak ingin guru jadi semena-mena tidak mengajar karena sudah ada materi yang disampaikan IFP.
"Media pembelajaran tetap menjadi alat bantu yang tidak boleh menggantikan fungsi dan kehadiran guru sebagai fasilitator pembelajaran, mentor, dan fungsi guru mulia yang lainnya," tandasnya.
(det/nwk)